CERITA AMIR

Galing kay Ramdan_Nahdi

217K 27.1K 1K

Kumpulan cerpen dan mini cerbung, bedasarkan kisah nyata yang dimodifikasi ulang. Dikemas menggunakan bahasa... Higit pa

Pintu Gerbang
Teror Penunggu Pohon Kersen #1
Teror Penunggu Pohon Kersen #2
Kuntilanak Waria
Numpang Lewat
Terjerat Pinjaman Online
Jangan Kau Menabur Garam di Atas Luka
Salah Jalan - Nyasar ke Kandang Jin
Nasi Goreng Berdarah
Berteman Dengan Genderuwo
Tuyul Kiriman
Aku Yang Terbaring di Bawah Bangku Taman
Portal Gaib di Pemandian Air Panas #1
Portal Gaib di Pemandian Air Panas #2
Portal Gaib di Pemandian Air Panas #3
Anak Kecil di Kuah Soto
Portal Gaib di Pemandian Air Panas #4
Rambut di Mangkuk Mie Ayam
Jambak Rambut Kuntilanak
Memutus Jerat Pesugihan #1
Memutus Jerat Pesugihan #2
Memutus Jerat Pesugihan #3
Aku Hanya Ingin Sehelai Benang
Memutus Jerat Pesugihan #4
'Boneka Mampang' di Taman Rumah Sakit
Lambaian Tangan Kuntilanak di Depan Warung Makan
Memutus Jerat Pesugihan #5
Memutus Jerat Pesugihan #6
Wanita di Tengah Rel Kereta
Kakek di Gerbang Pemakaman
Memutus Jerat Pesugihan #7
Apa Salah Saya?
Mati Sendirian
Sosok Hitam di Kedai Kopi
Lupa Lepas Susuk #1
Lupa Lepas Susuk #2
Penari Ronggeng di Lantai Dua Pasar #1
Penari Ronggeng di Lantai Dua Pasar #2
Penari Ronggeng di Lantai Dua Pasar #3
Penari Ronggeng di Lantai Dua Pasar #4
Anak Tumbal Pesugihan #1
Anak Tumbal Pesugihan #2
Anak Tumbal Pesugihan #3
Anak Tumbal Pesugihan #4
Anak Kecil di Pinggir Pantai #1
Anak Kecil di Pinggir Pantai #2
Anak Kecil di Pinggir Pantai #3

Hantu TikTok

4.1K 527 27
Galing kay Ramdan_Nahdi

Sore ini, aku — Amir, Hendra dan Wildan sedang duduk di taman depan kampus. Tak jauh dari jalan raya.

Aku nenatap jalan, melihat ada sesuatu yang menarik. "Dra ... Dra, liat deh," ucapku pada Hendra yang sedang menatap layar ponsel.

"Apaan, Mir?" balasnya.

"Coba lu liat ke sana!" Aku menunjuk ke arah jalan raya.

"Wanjrit, apaan itu. Hahaha ...." Hendra tertawa kencang.

"Lu pada ngomongin apa sih?" tanya Wildan.

"Biasa nge-ghibahin setan," sahutku.

"Hadeh, kebiasaan." Wildan kembali sibuk dengan ponselnya.

"Kok itu setan aneh sih, Mir? Masa jalannya mundur," ucap Hendra.

"Coba tanyain aja langsung, kenapa jalannya mundur," balasku.

"Ogah."

"Dan, lu mau kenalan gak sama setannya?" tanyaku pada Wildan.

"Nggak, ntar gw dikerjain lagi. Kemaren aja gw ampe gak bisa tidur, gara-gara setan cewe yang nyariin emaknya."

"Ya ampun, masih inget aja."

"Ya gimana gak inget, orang tuh setan duduk di kasur ampe subuh."

"Siapa, Dan? Si Masni ya? Kan cantik itu," ucap Hendra.

"Gak usah disebutin juga namanya, HENDRA! Ntar dia datang."

Selagi Wildan dan Hendra ribut, kucoba memanggil hantu itu. Aku pun penasaran, kenapa dia berjalan mundur. Namun, dia menolakku. "Duh, dianya gak mau, Hen."

"Si Setan Mundur?"

"Iya, dia gak mau ngedeket. Apa coba di mediumisasi aja."

"Terus siapa yang mau mediumisasi?" tanya Hendra.

"Ya siapa lagi kalau bukan lu, Hen."

"Ih, males banget liat bentukannya begitu. Kaya lelaki tulang lunak."

"Ayolah, demi Wildan. Biar dia juga bisa denger."

"KOK GW?" balas Wildan ngegas.

"Oke deh." Hendra pun setuju. Dengan cepat, hantu itu kutarik paksa, masuk ke dalam tubuh Hendra.

"Loh ... hahahaha." Wildan tertawa saat melihat Hendra tiba-tiba berdiri dan berjalan mundur.

"Tahan lah, Dan! Lu malah nontonin doang," perintahku. Aku dan Wildan berusaha menahan tubuh Hendra. "Dra, jangan diikutin kemauannya. Lawan aja!" Tidak lama kemudian, Hendra sudah berhenti jalan mundur.

"Iiiihh,  apaan sih? Ganggu guweh aja," ucap Hantu yang berada di tubuh Hendra.

"Jangan jalan mundur terus, Mas. Nanti temen saya nyemplung ke kolam," balasku.

"Abieznya, guweh lagi maen TikTok malah lu tarik ke sini."

"Coba tanyain gih, Dan. Sensi kayanya nih setan sama gw," ucapku.

"Setan? Pala lo setan!" balas Si Hantu.

"Mas, kenapa jalannya mundur?" tanya Wildan dengan suara lembut.

"Ih beib, kan akuh tuh lagi rekam video TikTok," balasnya halus.

"Tuhkan, kalau ke lu cara ngomongnya beda," timpalku.

"Apaan sih, Loe? Ganggu ih," balas Hantu itu masih ngegas.

"Akuh juga gak tau beib, kenapa begini. Seinget akuh sih lagi bikin video TikTok di deket lampu merah. Eh, tiba-tiba gelap," jelasnya sambil menatap ke arah Wildan.

"Tanya namanya, Dan!" bisikku.

"Nama kamu siapa?" tanya Wildan.

"Orang-orang sih panggil akuh Nayla," balasnya manja.

"Nama asli, woi! Kan lu cowo," timpalku kesal.

"Siapa sih, Lu? Daritadi ganggu aje!" hardiknya.

"Nama aslinya siapa?" tanya Wildan.

"Ih akuh tuh, malu."

"Gak usah malu." Wildan berusaha merayunya.

"Sunarya," balasnya sambil senyum-senyum manja.

"Ya Allah, jauh banget. Nyesel gw narik dia," batinku. Daripada pusing lihat kelakuan tuh makhluk. Aku memilih fokus, melihat masa lalunya.

***

Malam hari, Sunarya bersama teman-temannya sedang nongkrong di dekat lampu merah. Mereka mengobrol sambil bercanda. Entah dari mana dia memiliki ide untuk membuat video TikTok yang sedang viral.

Dengan sigap, Sunarya menyuruh teman-temannya untuk berbaris. Sedangkan dia berdiri agak di depan, menghadap barisan sambil memegang ponsel. Satu teman lainnya merekam dari arah samping.

Mulai lah, mereka melakukan aksinya. Berjalan  agak membungkuk dengan pinggul bergoyang ke kiri dan kanan, sambil menyebrang jalan.

Tiba-tiba ada sepeda motor melaju dengan kencang. Saking asiknya berlenggak-lenggok sambil mundur, Sunarya tidak sadar kalau sepeda motor itu mengarah padanya.

"Nayla, awas!" teriak teman-temannya. Harusnya itu menjadi momen mengharukan, tapi setiap kali mendengar nama itu aku selalu ingin tertawa.

Duag!

Motor itu menabrak Sunarya. Tubuhnya terpelanting, hingga kepalanya mendarat di trotoar. Seketika itu, dia langsung menghebuskan nafas terakhir.

***

"Aduh pusing," keluh Sunarya yang masih ada di tubuh Hendra.

"Kenapa?" tanya Wildan.

"Kepala aku pusing banget beib," balasnya sambil memegang kepala.

"Ya pusing pasti, orang kepalanya kejedot trotoar," selaku.

"Bantuin dong," ucapnya memelas padaku.

"Dih, tadi ngegas sekarang malah memelas."

"Liat nih, netes terus," balasnya sambil menunjukan luka menganga di kepalanya. "Ini apa sih, lembek-lembek," sambungnya sambil memasukan jari ke luka itu.

"Itu otak lu. Pantesan gesrek, otaknya bocor," ledekku.

"Jahat ih, bantuin dong," pintanya lagi.

"GAK! Dah ... dah, pergi sana!"

"Tadi dipanggil, sekarang diusir."

"Dah keluar! Kasian itu temen gw."

"Setel lagu dulu baru akuh keluar."

"Lagu apaan?"

"Lagu TikTok lah, gak gaul banget sih."

"Coba lu cek, Dan. Gw gak ada aplikasinya." Wildan langsung membuka aplikasi TikTok.

"Yang mana?" tanya Wildan.

"Itu yang biasa dipake orang yang baris sambil mundur-mundur," balasku.

"Oh ya, yang ini." Wildan memutar lagunya. "Inikan?" tanya Wildan ke Sunarya.

"Iya, Beib. Makasih."

"Tuh, Dan. Pelajaran buat lu, kalau bikin video TikTok jangan yang aneh-aneh," pesanku sambil menghadap ke Wildan.

"Gw gak pernah bikin yang begituan, Mir."

"Lah terus biasanya ngapain?"

"Bikin TUTORIAL HIJAB. Puas lu?"

"Dih emosi dia, Hen." Aku menoleh ke kanan, tetapi Hendra sudah tidak ada. "Wah ke mana si Hendra?"

"Itu, Mir. Lagi jalan mundur." Ternyata si Sunarya belum ke luar dari tubuh Hendra. Spontan kami berlari mengejarnya. Sayangnya sudah terlambat.

Byur!

Hendra pun tercebur ke kolam.

"Mampus dah kita, Dan," gumamku sambil berdiri mematung.

Hendra pun tersadar dan berkata. "AMIR ... WILDAN ... AWAS LO YA!"

SEKIAN

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

26.4K 1.8K 28
udah jadi mantan, tapi masih suka ngegodain. [ lowercase mode on ] copy right; riskaapram, 2018
7.2K 1.7K 22
⛔ DILARANG KERAS PLAGIAT ‼️ ••• Badut itu lucu, jika tidak bermain dengan nyawa. Terdapat fakta mengejutkan mengenai adanya seorang badut yang berkel...
42.7K 2.5K 25
cerita ini kelanjutan dari Jingga 1,2,3 selamat menikmati
279K 29.3K 47
Gilang dan Alby harus menghadapi kemarahan dari Anggota Sekte, setelah kematian Pak Ryan. Baca - Ellea dan Tujuh Hari Setelah Ibu Pergi, sebelum me...