Magia Academy [END]

peanutiaraa

1.1M 142K 5.9K

Akhir-akhir ini, Elle merasakan ada yang ingin keluar dari dalam dirinya. Dan tak disangka sangka, sebuah kej... Еще

- Strange Turmoil -
- Unexpected Event -
- Change -
- Until and Meet Women -
- Magia Academy -
- Element & Power -
- The Truth And A New Room -
- New Friends Again -
- Prince And Genesis Two Days Ago -
- First Run Element Control -
- The Truth About The Royal Princess Of Elysium -
- Information Darkness Shadow -
- Partner -
- Partner - pt. 2
- This Is Jelly! -
- Weapon and Fighting -
- Gifts From Mother -
- Shoping -
- Parent's Warm Embrace -
- You're My Princess -
- Kingdom Elysium -
- Caine -
- First Kiss! -
- With Mom -
- Purple Potion -
- Who's Jayden? -
- Partner, Human Version -
- Finish Before It Starts -
- Release Element Seal -
- Red Moon Story -
- Tournament -
- Sleeping With a Friend -
- Racial Type -
- Changing Class -
- Poison -
- Restored Health -
- Preparation -
- Journey! -
- Dead Forest And Rivers -
- Honey Diamonds -
- Events In the Moonlight -
- Mate -
- The Kingdom of Snowfly -
- A Surprising Fact -
- Wedding Date -
- Diamond Class -
- Bridal Dress Fitting -
- Festival -
- Married - [Special part✨]
- Ice Skating -
- Earth -
- What's the Matter? -
- Problem -
- Go Back To Studying -
- War -
- The Real War -
- Death And Victory -
- END! -
Extra Part
Extra Part 2
SEQUEL?!
Spoiler!
Announcement

- Estonia Hills And Tree Houses -

14.4K 1.9K 329
peanutiaraa

Happy reading!♡

🔮

"Apa ini benar-benar bukit Estonia?"

"Indah sekali!"

Mereka memandang kearah depan mereka, lebih tepatnya hamparan tanaman bunga-bunga yang menanjak sepanjang bukit. Sangat segar dan berwarna-warni. Kebanyakan disini ada bunga Dandelion dan Lavender.

Dari jauh, dibukit atas sana, seorang kakek tua menatap mereka dengan senyum tipis. Elle melihat kakek itu.

'Apa beliau kakek tabib yang harus aku temui?' Tanya Elle dalam hatinya.

"Hei, kalian! Ayo kita hampiri kakek itu," ajak Elle pada teman-temannya yang sedang menikmati keindahan alam.

"Siapa?" Elle menunjuk pada kakek yang masih menatap mereka.

Mereka berjalan menanjak, menghampiri kakek yang berada dipuncak bukit. Dipuncak bukit, terdapat satu gubuk dan juga pohon sangat besar, seukuran pohon beringin besar. Gubuk dan pohon itu dikelilingi oleh bunga tulip yang sedang mekar-mekarnya.

"Kakek tabib itu kan?" Tanya Elle, kali ini kakek itu tersenyum lebar. Tangannya menepuk kepala Elle sebanyak dua kali.

"Istirahatlah, kakek tau kalian sangat lelah dalam perjalanan ini." Mereka mengangguk. Membuka masing-masing tas mereka kecuali Brina tentunya. Tas yang masih dibuka itu, mereka simpan pada akar pohon beringin yang ukurannya dua kali lipat kaki mereka.

Kakek itu berlalu meninggalkan mereka yang duduk santai dibawah pohon beringin. Matahari sedang terik-teriknya diatas sana, dan membuat mereka semakin betah berada dibawah pohon.

"Pohonnya sejuk sekali, dibawah sini seperti terkena sejuknya lemari pendingin, huh." Elle menyandarkan punggungnya pada pohon itu.

"Minumlah." Kakek membawa kayu yang disulap menjadi teko air dan juga membawa beberapa cangkir yang terbuat dari ... daun?

Tanpa disuruh lagi, mereka mengambil cangkir daun dan menuangkan airnya. Meneguk air itu sampai habis.

"Emm, airnya manis sekali!"

"Iya, dingin juga."

"Kakek mendapatkan air ini darimana?"

"Dan ini cangkir yang terbuat dari daun kan?"

"Eh? Kenapa aku tak menyadarinya ya kalau ini daun?" Bingung Brina, mengangkat cangkir daun itu didepan wajah, menelitinya.

"Kakek disini, seorang diri?" Tanya Elle.

"Kakek mendapatkan air itu dari akar tumbuhan liana, sumber air yang selama ini kakek minum. Ya, itu terbuat dari daun yang tebal jadi tak akan sobek jika diisi air. Selama 20 tahun kakek tinggal disini, sendiri," jawab kakek.

"Nama kakek?"

"Panggil saja kakek Dul."

*bukan Dul temen Ijat di Upin-Ipin ya:)

"Tugas pertama dari kakek sekarang adalah kalian harus membuat satu rumah diatas pohon ini, harus ada dua kamar didalamnya. Waktu kalian sampai matahari tenggelam. Jika kalian ingin memotong satu pohon, sebaiknya meminta izin terlebih dahulu." Tatapan kakek Dul menjadi datar, lalu pergi ke dalam gubuknya.

Mereka semua menjatuhkan rahang, baru sampai langsung diberi tugas? Padahal tadinya mereka ingin tiduran dibawah pohon ini.

"Membuat rumah pohon?" Bingung Fedd.

"Sampai matahari tenggelam? Apa waktunya memungkinkan membuat rumah pohon ini?" Tanya Lea.

"Masalah waktu mungkin entah. Tapi, sebaiknya kita mencari bahan-bahan untuk membuatnya. Lebih cepat lebih baik 'kan?" Mereka mengangguk, mau tak mau mereka harus membuat rumah pohon itu.

"Baiklah, ayo!" Mereka menuruni bukit lalu pergi ke hutan lagi untuk mencari bahan-bahannya.

"Pohon ini sepertinya bagus untuk kita jadikan rumah pohon, tidak kering." Nik menepuk-nepuk barang pohon yang menurutnya bagus. Pohon yang berukuran sedang tapi pendek.

"Menurutmu itu cukup untuk dijadikan rumah?" Tanya Flynn.

Nik menggaruk tengkuknya, "Tidak, hehe."

Flynn merolling bola matanya. Pohon yang mereka cari harus berukuran besar agar cukup untuk membuat rumah pohon, jika pohonnya kecil itu mengharuskan mereka untuk menebang pohon lagi. Juga, pohonnya harus lembab, jika kering itu akan membuat rumahnya keropos.

"Hei! Kemarilah!" Panggil Elle sedikit berteriak karena posisi antara para lelaki dan para perempuan cukup jauh. Flynn dan yang lainnya menghampiri Elle juga teman-temannya.

"Lihatlah pohon ini, sepertinya cukup untuk dijadikan rumah pohon," ucap Elle ketika para lelaki itu berada dihadapannya.

"Jika kita menebang pohon ini kearah barat makan bunga-bunga itu akan tertimbun oleh pohon ini. Tapi jika kearah timur, pohon yang lain akan rusak. Kearah selatan dan utara pun sama," jelas Astair melihat sekeliling mereka.

"Jadi bagaimana kita menebangnya?" Tanya Astair. Mereka diam-diam memasang senyum smirk-nya.

"Kau naik keatas sana As, sekalian menebangnya mulai dari atas dengan ukuran yang kecil, mengerti?" Astair memasang muka masamnya.

"Kenapa tidak kalian saja?" Bantahnya.

"Karena kami tak bisa memanjat pohon, kau dari kecil bertalenta menjadi pemanjat pohon sampai kau ingin berteman dengan tupai karena ingin tau cara memanjat dengan cepat. Jadi sekarang, gunakanlah talentamu itu," ujar Nik, atau lebih tepatnya mungkin meledek. Mereka menahan tawa, berusaha tak melihat pada Astair.

Dengan muka kesal sekaligus malu karena salah satu aibnya terbongkar, Astair dengan cepat memanjat pohon. Memang pemanjat seperti Astair tak bisa diragukan lagi, buktinya kurang dari lima menit dia sudah sampai diatas pohon sana.

"HEI! TANGKAPLAH!" Astair memotong salah satu dahan menggunakan pedangnya.

Mereka tak menangkap dahan yang jatuh itu, melainkan menghindarinya. Astair gila, bagaimana bisa mereka menangkap dahan seukuran kaki mereka. Bukannya jatuh ke tangan, malah jatuh ke kepala mereka. Bisa bahaya bagi mereka.

Sudah, lupakan. Dahan itu sudah ada ditanah. Kembali keatas, Astair menebang pohon kembali sampai setengah pohon itu.

"Saat kau menebangnya, kau meminta izin tidak?" Tanya Fedd.

"Astaga!" Mereka membulatkan matanya, bagaimana bisa Astair lupa. Kalau nanti ditanya kakek Dul, bagaimana? Masa baru bertemu, mereka langsung berbohong, pasti kakek akan tau itu.

"Bagaimana—" Lea hendak mengomel tapi didahului oleh Astair.

"Sudah, tenang saja." Astair menolehkan kepalanya kepada Fedd dan Nik. "Tinggal setengahnya, kalian selesaikan. Aku lelah," lanjutnya, Astair menghampiri Flynn, Elle, Sena, dan Brina yang sedang membereskan potongan kayu pohon itu.

Satu jam lamanya mereka mengumpulkan kayu-kayu yang akan mereka buat untuk rumah pohon, dan sekarang hari sudah mulai siang.

"Bagaimana cara membawa kayu ini?"

"Memakai power Brina, dia kan powernya telekinesis. Jadi, bisa memindahkan barang apa saja dan kemana saja!" usul Sena yang dibalas pukulan ringan ditangannya, dan pelaku pukulan itu adalah Brina.

"Mana bisa, aku memindahkan kayu sebanyak ini. El, bantu aku ya? Kau 'kan memiliki banyak power."

"Aku tak tau mantranya, Brin," ujar Elle.

"Akan ku ajarkan, ayo!" Brina menarik tangan Elle kehadapan kayu-kayu itu.

"Taruh tanganmu ke kayu, lalu tutup matamu dan bayangkan tempat pohon besar tadi, lalu ucapkan переехать, mengerti?" Elle mengangguk, mengikuti langkah bersama dengan Brina.

"переехать."

Dan wush! Kayu-kayu itu hilang bersamaan dengan Elle dan Brina yang membuka matanya.

"Berhasil!" Elle dan Brina melakukan tos, lalu dan kembali pada teman-temannya yang lain.

"Sudah selesai?" Mereka berdua mengangguk. Setelahnya, mereka semua kembali ke bukit Estonia.

●●●

"Siapa yang menaruh seember paku disini?" Tanya Sena ketika sampai dibukit dan melihat seember paku, juga ada palu, kampak dan peralatan lainnya.

"Siapa lagi kalau bukan kakek Dul? Kau pikir ini datang dari langit apa?" Cerocos Lea.

"Sudahlah, ayo kerjakan sekarang, jangan membuang-buang waktu."

Mereka mulai bekerja, mulai dari membuat teras dari kayu, lalu tangga, dan badan rumah, atap serta bagian yang lainnya.

"Kekiri sedikit, ya, sudah!" Elle mengintrupsi Flynn dan Nik yang sedang menaruh meja. Kalian tau? Rumah pohon ini sangat luas, hampir seukuran dengan asrama mereka. Untung saja, pohonnya juga sangat besar.

"Taruh saja disini. Nah, sudah selesai. Tinggal bagian kamar dan bagian luar." Elle keluar dari rumah pohon itu lalu melihat Lea, Sena, dan Brina yang sedang membuat serangkaian bunga untuk menghias bagian luar rumah.

"Apa sudah selesai?" Tanya Elle sedikit berteriak.

"Sebentar lagi!" jawab Sena.

"El, tangkap!" Lea melemparkan se untaian bunga, dengan sigap Elle langsung menangkapnya dari atas.

Elle naik ke kursi kecil setinggi betisnya, lalu memasangkan untaian itu pada sisi langit-langit atap. Elle terlalu fokus dengan memasangkan untaian itu, hingga tak sadar ketika kakinya bergeser kesamping dan mengakibatkan Elle kehilangan keseimbangan. Elle memejamkan matanya, dia tau dia akan jatuh.

Tapi ... Elle merasakan ada yang melingkar di pinggangnya, dan tak merasakan badannya sakit atau apapun.

"Open your eyes." Suara itu membisik ditelinga Elle. Elle membuka matanya dan melihat siapa yang telah menolongnya.

"Flynn?" Gumam Elle pelan, pipinya mulai memanas, blushing.

"Yes, baby?" Masih dengan posisi Elle yang berada dipelukan Flynn, mata mereka saling beradu pandang, dan jantung mereka memompa lebih cepat.

"Khem, permisi kami mau lewat." Sontak mereka berdua langsung menjauhkan diri masing-masing.

'Astair sialan!' umpat Flynn dalam hati tentunya.

'Astaga, apa yang kulakukan?!' ujar Elle dalam hati juga.

"Kalau mau dilanjutkan, lebih baik didalam saja, hehe." Nik menyengir lalu segera turun kebawah mengikuti Fedd dan Astair.

"K-kau duduk saja, biar aku yang menyelesaikannya." Elle mengangguk, lalu duduk dikursi yang ada disana. Melihat Flynn yang melanjutkan kerjanya memasang untaian bunga.

"El, ayo mengatur kamar kita!" Brina datang dengan antusiasnya, dibelakang ada Lea dan Sena menenteng tas kecilnya.

"Tas ku mana?" Tanya Elle. Brina mengangkat tali tas kecil yang ada di tangannya.

"Oh ya, ini minum, kau pasti lelah." Elle menerima cangkir daun itu lalu meneguk air segar yang ada didalamnya. Belum setengah airnya dia habiskan, cangkir itu tiba-tiba direbut dari tangannya.

"Flynn!" Elle menggeram kesal, sedang enak-enaknya meminum, direbut, lalu diminum oleh Flynn. Itu artinya, secara tidak langsung mereka berciuman karena meminum dari bibir cangkir yang sama. Eh tapi, mereka 'kan pernah— oke skip.

Kembali, Elle mengingat kejadian memalukan di cafetaria itu. Ugh! Lihat, pipinya kini memanas.

"Kenapa? Aku juga haus menggantikan kerjaanmu. Dan juga, kenapa dengan pipimu?" Elle tak menjawab, dia masuk kedalam rumah pohon menyusul temannya yang sedari tadi sudah ke dalam.

"Gemas sekali, ck!"





∞ Magia Academy ∞

Ga pake pict, males ngedit hehe.

(Kalo rumah pohonnya ga sesuai dengan pikiran kalian, silakan berimajinasi sepuasnya ya!🤗)

Don't forget to Vomment!★♡

Rabu, 25 November 2020
Peanutiaraa

Продолжить чтение

Вам также понравится

Scenarios Esoka

Разное

12.1K 1.6K 6
Seorang gadis baru saja terbangun dari mimpi yang sangat aneh. Sebab, apa yang ia alami terasa begitu nyata. Yang lebih mengejutkannya lagi adalah i...
637K 68.3K 70
Kutukan dan Pembalasan Dendam membawa Elena ke sebuah takdir yang harus dia hadapi. Berbagai rintangan dan rasa sakit akan dia lalui, untuk merebut k...
Dream ( END ) ThunderCalp

Подростковая литература

1K 259 31
Riska seorang cewek tomboi yang punya banyak impian di benaknya. Sebuah hal yang sangat ingin dia lakukan dimasa SMA nya. Band! Dia harus membuat ban...
Bricia's world Potta

Фэнтези

1.1M 96.1K 48
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...