Manner of Death Indonesia Tra...

By AgeAxl

2.1K 69 19

Judul. : Manner of Death Author : Khun Sammon Dr. Bunn menemukan kejanggalan saat melakukan otopsi te... More

Author Permission
~ Jangan Coba - Coba ~
Siapa Kamu ???
Karena kamu Pembunuhnya !!!
Dia Menemukan ku !!!

~ feeling saya nggak pernah salah ~

567 15 0
By AgeAxl

BAB SATU

Prasangka ... Itu adalah kata pertama yang terlintas di pikiranku ketika aku melihat penghinaan yg dilakukan oleh staf wanita muda.  Dia mengirimkan tatapan menjijikkan itu kepada seorang lelaki tua yang masuk ke toko bermerek, dari apa yang saya tahu, dia mungkin berusia akhir enam puluhan.  Rambutnya acak-acakan, dia mengenakan kemeja abu-abu kebesaran dan celana jeans lusuh.  Pria itu tertatih-tatih masuk ke toko dan mencoba mengambil beberapa pakaian seolah ingin membelinya. 

Aku menggantungkan kemeja, yang telah aku pilih sebelumnya di  tempat aslinya di rak, sebelum berbalik untuk melihat kejadian ini dengan penuh rasa ingin tau. Apakah dia tahu bahwa, di balik kemeja lusuh, ada kalung emas seharga 5 Baht yang tergantung di leher pria itu?  ( entah salah atau gimana di Novel ditulisnnya cuma 5 Baht ) Seperti yang telah aku katakan, prasangka akan mengaburkan persepsi tentang realitas, dia mungkin tidak bisa melihat kalung emas itu karena kabut yang dia ciptakan sendiri, dan meskipun dia bisa melihatnya, pikirannya akan mengubah apa yang dilihatnya, pasti yang palsu ... tidak mungkin orang seperti pria ini bisa memiliki kalung emas besar dan masuk untuk membeli pakaian desainer dengan harga ini ... Ini yang dia pikirkan. 

Aku membayar barang-barang yg aku beli  di konter dan berjalan keluar toko, memegang dua kantong kertas di tangan ku.  Ada pakaian dalam satu tas dan donat untuk aku sarapan  sebelum berangkat bekerja di tas lainnya.  Besok malam, aku akan makan malam dengan sahabatku di Sekolah Menengah namanya  adalah Songsak a.k.a. Pert, seorang Jaksa Penuntut Umum yang muda dan gagah, yang memiliki senjata pamungkas : Penampilannya. ( iri ngomong boss 😂😂😂)

Aku sedikit  iri padanya tidak cuma tampan dan memiliki pekerjaan yang bagus, dia juga berkencan dengan banyak wanita.  Oleh karena itu, aku harus mengenakan pakaian terbaikku sehingga aku tidak akan menjadi pecundang total saat berdiri di sampingnya. 
Tapi bukan itu alasan aku membeli baju baru.  Tidak penting untuk terlihat tampan sehingga aku harus menghabiskan ribuan baht untuk ini.  Namun, kemeja yang aku  pakai kemarin  selama pekerjaanku  basah kuyup dengan cairan perut dari jenazah yang saya otopsi.  Itu adalah kelalaian yang tidak disengaja, yang dilakukan oleh seorang petugas, yang menabrakku saat dia membawa kendi berisi cairan perut sebelum menumpahkan isinya ke lenganku. 
Karena plastik di bawah jubah lab ku tidak mencapai lenganku, cairan berbau busuk merembes melalui lengan baju di bawahnya.  Aku tidak akan membuang waktuku untuk mencuci baju itu. 

"Hei, Bunn! Kenapa kamu mendaftar ke sekolah pasca sarjana  ( S2 maksudnya )  di bidang ilmu forensik ?!"  Tim, salah satu temanku, pernah bertanya kepadaku. 
" Kamu telah belajar kedokteran selama enam tahun, dan sekarang kamu akan membedah mayat? Aku mengikuti kelas itu hanya selama dua minggu selama tahun kelima, dan aku hampir sakit." 

" Setiap orang memiliki hasrat yang berbeda," jawabku sambil membersihkan remah-remah dari seragam *extern ku. 

*extern :  6 tahun sekolah kedokteran

" Saya suka mayat, kamu menyukai anak-anak.  Jadi saya memilih ilmu *Forensik, sementara kamu memilih *Pediatri.  ada yg lebih masuk akal dari ini " Aku menyeringai pada Tim, yang memasang wajah aneh.

*Forensik =  salah satu  cabana kedokteran yg  tujuannya memberi tau kebenaran  yg ada berdasarkan ilmu medis
*Pediatrik  = cabang kedokteran untuk bagian masalah anak

" Bagaimana kamu bisa mengatakan dengan lantang bahwa kamu suka mayat?  aneh kamu ini "
"Oi, keanehanku membantu negara kita!  Ada kekurangan personel yang ekstrim di cabang kedokteran ini.  Ditambah, aku adalah  satu-satunya pelamar untuk program ini.  Profesor itu hampir menangis ketika lamaranku sampai di departemen "  Aku berdiri dari tempat dudukku di kantin sekolah kedokteran, mengambil stetoskop dan menggantungnya di bahuku.
" Cepatlah, Tuan Dokter Anak.  Konferensi akan segera dimulai. ".   Sebenarnya, aku ingin memberikan jawaban yang lebih panjang kenapa aku  memilih belajar Ilmu Kedokteran kepada Tim. Tapi itu akan terlalu membosankan, aku nggak  suka menjelaskan pemikiranku sendiri kepada siapa pun. Itu akan lebih  menyenangkan untuk membuat orang lain menebak-nebak, emosi dan pikiranku akan disimpan di balik tirai, mewakili pria yang lucu, banyak bicara, dan fasih. Aku bersedia membayar siapa pun yang mengaku pernah melihatku stres. Aku telah menghabiskan tiga tahun sebagai dokter  magang.  Setelah lulus, aku dibujuk untuk menjadi profesor kedokteran, tetapi  aku muak dengan kehidupan universitas, aku ingin hidup bebas seperti yang aku suka, jadi aku memutuskan untuk bekerja di rumah sakit provinsi di utara, hampir  ribuan kilometer dari kampung halamanku. Aku ditempatkan di sana sebagai satu-satunya ahli patologi forensik di provinsi, Aku segera terhubung dengan baik dengan tokoh-tokoh di jaringan hukum, setiap  petugas Polisi , Pengacara, Jaksa , atau bahkan Hakim mengenalku.

Nama ku Bunnakit Songsakdina, M.D., seorang Dokter Forensik berusia 30 tahun di Rumah  Sakit Provinsi, Jomblo, ( aku juga 😉 ) Aku  dulu punya pacar, petugas bank yang cantik, tetapi dia tampaknya tidak suka dengan pria yang suka membedah mayat setiap hari.  Jadi, dia meninggalkanku tiga minggu lalu. 

Pert memegang segelas bir, tertawa terbahak-bahak setelah mengetahui status lajang saya. 
"Oi! Sejak kapan Nyonya besar tercinta Prae mencampakkanmu? Kamu tidak pernah memberitahuku."  Seorang pria jangkung dengan kemeja mahal dan sepasang celana panjang meletakkan gelas bir di atas meja, dia menatapku dengan tatapan serius. 
" Terserah ... Kalian sudah putus ..."
" Jadi? "  Aku mengerutkan kening, menatap tatapan seriusnya.
" Kalau begitu, ini kesempatanku." Wajah tampannya mendekat ke arahku, mulut simetrisnya terbuka menjadi senyuman yang menyayat hati. Aku merinding di sekujur tubuhku karena senyumnya. ( dr. Lebay 😂😂)

". Beri aku nomor teleponnya."  Aku mengangkat jariku, yang selalu aku pakai pegang pisau bedah untuk membelah mayat, dan menjentikkan dahinya dengan sekuat tenaga, Pert menangis teriak dan kembali ke tempat duduknya sambil mengusap keningnya. 
" Apa-apaan ini? Tidak, aku tidak akan! Bagaimana kalau kamu pergi dan putus dengan Cherry, Mai, Som, atau siapa pun yang kamu kencani pertama kali?" 
" Dr. Bunn, jangan menghalangi. Sebaiknya kamu  membiarkan mantan mu pergi ke pria yang baik seperti saya."  Ini adalah percakapan santai antara Pert dan aku setiap kali kami sedang tidak bekerja di halaman sebuah restoran terbuka dimana  orang terlihat berjalan jalan, mena terdekat terletak hanya beberapa meter antara  satu sama lain. 

Kami tidak akan mendiskusikan pekerjaan kita yang berhubungan dengan kejahatan penyerangan atau pembunuhan di depan umum seperti ini.  Oleh karena itu, topik diskusi kita yang biasa pasti akan melibatkan hubungan cinta dua pria kesepian berusia tiga puluhan. 

"Ngomong-ngomong, kenapa kalian berdua putus ...?"  Pert bertanya dengan nada yang lebih serius. 
" Aku tidak tahu. Kurasa kita tidak bisa akur."  Aku mengangkat bahu, menegaskan bahwa aku tidak terganggu.  Aku   putus dengan Prae karena alasan tertentu, yang aku tidak berencana memberi tahu siapa pun.  Tidak mungkin Pert bisa tahu tentang perasaan tulusku di bawah wajah tenangku yang menipu ini. Tidak ada yang tahu.

"Aduh, kenapa nggak lama ? Kupikir kamu memeluknya setelah kau membedah mayat busuk dan lupa mandi. " 😂😂😂

" Jika begitu, kami akan putus dalam tiga hari pertama karena mayat busuk itu datang setelah aku berkencan dengan Prae beberapa hari."   Aku baru menyadari bahwa saya berbicara terlalu keras ketika seorang wanita separuh baya di sebelah meja kami menatap saya dengan tidak setuju. Aku menoleh padanya dengan raut wajah meminta maaf dan merendahkan suaraku.

Percakapan kami berlangsung dengan santai, untungnya setelah aku selesai dan pindah ke provinsi lain, aku bertemu dengannya, kami juga bekerja di bidang karir terkait, memungkinkan Pert dan aku untuk bertemu satu sama lain dalam beberapa kesempatan,  baik di dalam maupun di luar pengadilan.

Dalam waktu bekerja, Jaksa Agung Songsak akan menjadi  orang yang menginterogasiku  sebagai saksi ahli medis. Tapi di luar pengadilan, dia akan berubah menjadi Pert, 'mantan anak laki-laki tampan yang biasanya duduk di belakang kelas, anak laki-laki periang yang tidak bisa berhenti berbicara omong kosong.  ( satuin aja sama Cantaloupe 😂😂)

waktu aku sampai rumah, waktu sudah tengah malam, aku membuka pintu gerbang rumah satu lantai yg aku sewa,  aku sewa sejak aku pindah ke sini untuk bekerja pada pemerintah. 

Sebenarnya, rumah sakit memang menyediakan akomodasi untukku, tapi  setelah aku melihat rumah kayu yang terpencil dalam keadaan ekstrim yang meminta renovasi, aku memutuskan untuk menyewa rumah di luar rumah sakit sebagai gantinya.  Untung ada rumah yang disewakan di perumahan tidak jauh dari rumah sakit, maka aku putuskan untuk menyewa rumah satu lantai di atas tanah seluas 280 meter persegi ini.  ( astaga waktu mau nyawa di ukur dulu apa dok ? 🙄)

Aku mengeluarkan kunci rumah dari saku untuk membuka pintu ketika HP ku tiba-tiba bergetar di saku.  Aku  mengeluarkan Hp untuk melihat siapa yang berani meneleponku saat ini.  Itu adalah nomor telepon rumah.  Memiliki seseorang yang menelepon dengan nomor bukan nomer HP bukanlah sesuatu yang aneh.  Jika itu panggilan dari rumah sakit, itu akan menjadi nomor telepon rumah.  Tapi aku sudah menyimpan nomor rumah sakit di HPku.  Lalu, nomor siapa ini?  Aku  memutuskan untuk menerima panggilan saat membuka kunci pintu.  "Halo."
[Uh ...] Akhir dari saluran itu adalah suara laki-laki.
[ apakah  ini nomor Nath?] Siapa sih Nath? aku segera menyimpulkan bahwa ini adalah panggilan yang salah sambung,
" Tidak, Anda telah menelepon  nomor yang salah. "
[ Eh ?] Akhir baris terdiam selama beberapa detik,
[ Kurasa aku sudah menekan nomor yang benar. Bolehkah aku tahu siapa ini?] Aku membuka pintu dan masuk ke dalam rumah. 
Aku bertanya-tanya mengapa orang ini ingin tahu siapa aku.
" Anda salah sambung.  Ini bukan nomor Nath "  Aku segera mengakhiri panggilan. Jika pemilik nomor ini menelepon lagi, aku tidak akan menjawabnya. Gadis itu, Nath, mungkin telah memberinya nomor palsu. Maaf soal itu. Saatnya istirahat malam setelah nongkrong dengan teman kulewati  dengan tenang.

.......,,

Aku tidur nyenyak sepanjang malam tanpa ada nomor aneh yang meneleponku lagi.  Aku menoleh untuk melihat seorang dokter  magang perempuan muda, yang berdiri dengan wajah pucat, dengan aku senang bercampur dengan simpati, di atas meja baja di depan kami tergeletak mayat seorang pemuda.  Dia dikirim ke sini untuk diotopsi untuk menentukan penyebab kematiannya.  Dari catatan, orang ini meninggal dalam kecelakaan mobil, setelah bertabrakan dengan tiang listrik sekitar pukul 4 pagi.
Ketika  tim penyelamat tiba di lokasi, denyut nadinya sudah tidak ada lagi, aku menghabiskan waktu setengah jam untuk memeriksa  bagaimana menentukan waktu kematian dan bagaimana memeriksa kondisi eksternal tubuh dengan nya ( dengan dokter magang ) , Selanjutnya, aku  perintahkan petugas untuk memulai proses pembedahan. 

"Apakah kamu sudah sarapan, Fai?"  Aku berbalik untuk bertanya kepada  dokter magang, yang kehadirannya diminta oleh staf di ruang gawat darurat untuk meninjau ilmu forensik bersama ku.  Kasihan dia. 
" Aku ... aku sudah sarapan, Profesor." Adalah umum bagi seorang magang untuk memanggil staf otopsi 'seorang profesor'. Wajahnya menjadi semakin pucat ketika staf otopsi mengupas kulit kepala di atas wajah almarhum,  membuka tengkoraknya.
Aku menatap Fai dengan jubah labnya, mengenakan topi bedah berwarna hijau, masker menutupi hidung, dan sepatu bot karet. Tubuhnya tampak mengecil dalam seragam ini. Aku tersenyum lembut saat melihat itu.

" Ayo, ayo cepat  dan selesaikan otopsi. Aku akan mengantarmu makan siang. "  Aku membimbingnya menjauh dari meja, menunggu staf membuka tengkorak almarhum.

" menurutmu apa penyebab kematiannya?" Tanyaku kepada Fai tanpa harapan serius, dulu  ketika aku masih mahasiswa kedokteran, aku hanya punya waktu dua minggu di kelas forensik.  Jika aku tidak mengejar gelar sarjana di bidang ini, aku relatif yakin bahwa aku juga tidak akan dapat mengingat apa pun.

" Umm."  Fai menoleh ke tubuh dengan ekspresi tidak yakin. 
" Syok hipovolemik karena kehilangan banyak darah? "
"Hmph, itu mungkin saja. Kehilangan darah biasanya terjadi pada pasien yang cedera akibat kecelakaan. Namun, dari tampilan luar, kita tidak bisa melihat adanya pendarahan kecuali dari hidung dan telinga. Mungkin ada pendarahan di dalam. Orang ini berbadan besar.  memar di perut dan dadanya. Setelah kita membuka paru-paru dan perutnya, kita pasti bisa melihatnya. Kurasa orang ini tidak mati karena kehilangan banyak darah ... ". Fai menoleh ke arahku dengan ragu.  Aku menggoyangkan alisku padanya.,
" Tunggu dan lihat ..."
Tengkorak itu dibuka dengan indah ( cuma dokter forensik yg liat mayat bilang indah 🤧) Lalu, otak dipindahkan ke blok. Aku membimbing Fai untuk melihat kepala yang terbuka.
" Bingo, patah tulang tengkorak  berdasarkan .  Apa kau melihatnya? " Aku menunjuk pada tanda retakan di dasar tengkorak untuk dilihatnya. Awalnya, kami melihat dahak merah muda dan dingin menetes dari hidungnya serta bukti lain yang mengungkapkan mekanisme kematian akibat asfiksia/ dasar  tengkoraknya retak, lalu darah dari dasar tengkorak masuk ke saluran pernapasannya.  Orang ini pasti sudah mati karena tersedak darahnya. "

Aku melihat mata bulat Fai berbinar kegirangan. Dia terlihat cukup manis. Setelah menyelesaikan otopsi, aku mengantar Fai ke steakhouse tidak jauh dari rumah sakit. Kapanpun para magang datang  dikirim untuk belajar denganku, adalah kebiasaan bagiku untuk membawa mereka makan siang.  Kemudian, aku akan mengantarkan mereka kembali ke UGD agar mereka dapat melanjutkan tugasnya. 

Mengapa Anda memilih belajar kedokteran forensik, Profesor?"  Fai bertanya padaku saat kami menunggu makanan.  Ini adalah pertanyaan populer yang akan ditanyakan setiap magang ketika saya membawa mereka makan siang. 

"Menurutku ini menyenangkan. Kita berkomunikasi dengan orang-orang melalui kata-kata. Tapi orang mati berkomunikasi dengan kita dengan tubuh mereka. Tergantung pada apakah kita akan mendengar mereka. Orang mati yang jatuh dari gedung dapat ditentukan sebagai bunuh diri. Tapi kemudian, kita menemukan level  zat beracun yg tinggi dalam darah mereka. Orang mati mencoba berbicara kepada kita, mengatakan bahwa 'Saya tidak bunuh diri, Dokter! Saya dibunuh! "  Fai mengerutkan wajahnya.

" Profesor, kau membuatku merinding."  Aku tertawa
"Hei, itu hanya persamaan. jika yang mati benar-benar berbicara, saya akan lari untuk hidup saya." 
"Apakah anda  masih takut hantu ?!"  Kata Fai dengan nada tinggi. 
"Tentu saja!  Aku berdoa setiap malam sebelum tidur. ". Fai dan aku tertawa bersamaan. Aku merasa ini adalah kesempatan yang baik. 😈

" Uh ... Sebenarnya, kamu tidak perlu memanggilku profesor.  Ini bukan sekolah kedokteran.  yang simple aja, kamu  bisa memanggilku Bunn. ". Fai tersenyum lebar.
" OK . Kamu sangat baik, dan kamu mengajar dengan sangat baik, Bunn. "  Aku akan berterima kasih padanya atas pujian itu ketika dering HPku  yang tiba-tiba menyela.  Aku menariknya keluar dan melihat nomornya.  Nama yg tersimpan sebagai  "Kapten "

Tiga kata muncul di kepalaku saat aku melihat nama ini muncul di layar selama jam kerja. Kata-kata itu adalah : Sesuatu terjadi....

...........

Aku melangkah keluar dari mobil van rumah sakit, Fai melompat ke keluar setelah aku.

Aku  putuskan mengajak mahasiswa magang untuk memberikannya  pengalaman di TKP karena selama di luar jam kerja, magang yang bertugas di IGD akan menjadi orang yang melakukan otopsi di TKP.  Aku  mengenakan jaket hitam dengan huruf besar FORENSIK di punggungku, dan sepatu kets untuk kelincahan.  Kami bertiga, terdiri dari Fai, Anan( petugas koroner laki-laki) dan aku berjalan ke dalam gedung. Anan membawa tas di satu tangan dan sambil mengeluarkan kamera saku di tangannya yang lain dan dengan cekatan memotret TKP.

Gedung ini adalah sebuah kondominium di tengah kota.  Ada sekelompok kecil orang berkumpul di lantai dasar.  Mereka pasti orang-orang yang tinggal di sini.  Mataku memandangi lantai dasar untuk mengamati suasana dan individu yang mencurigakan.  Ini adalah apa yang aku lakukan secara otomatis meskipun itu melampaui kewenangan tugas.  Tugasku terletak hanya di mana jenazah yang bersangkutan, dari tempat kejadian, aku harus bisa mengatakan siapa yang meninggal, kapan dia meninggal, apa penyebab kematiannya dan jika perlu, aku harus mengirim  tubuh ke Departemen Forensik rumah sakit untuk melakukan otopsi.
 
Penyidik ​​akan mengumpulkan informasi dari laporan yang aku berikan dan menentukan penyebab kematian dan mengidentifikasi tersangka atau pembunuhnya, bersamaan dengan bukti lainnya.  Namun, aku suka memainkan game yang satu ini dengan diriku sendiri.  Jika ini kasus pembunuhan, aku bisa menebak siapa yang melakukannya tanpa bukti kuat.  Aku akan menyimpan jawabannya untuk diri ku sendiri, dan aku akan menunggu imformasi  dari polisi atau menunggu tes identifikasi, seperti tes DNA.  Anda mungkin boleh menyebutnya anugrah karena, hingga saat ini, statistikku  masih terbukti seratus persen benar.

Seorang petugas polisi mendekatiku
"Dr. Bunn,"
" Oh, Kapten Aem," aku  mengirimkan senyum lebar kepada seorang pria tinggi berotot berseragam yang merupakan penyelidik lokal di daerah ini, tanganku menunjuk ke arah Fai. "Hari ini  Saya membawa anak magang tahun pertama untuk mengamati kejadian itu.  Namanya Fai. "  Aku melihat Kapten menatap kearah dokter wanita bertubuh mungil itu. Aku benar-benar ingin memotretnya dan mengirimkannya ke istrinya. "Baiklah, silakan naik lift ke sini.  TKPnya  di lantai lima. ".  Kami pindah ke lift yang sudah dibuka. Saat kami di lift, Kapten berbalik untuk berbicara denganku
" Ada catatan bunuh diri, Dr. Bunn.  Kakak perempuan almarhum telah mengonfirmasi bahwa itu adalah tulisan tangan almarhum.  Almarhum didiagnosis ada  gangguan depresi.  Kami menemukan banyak sekali antidepresan dan pil tidur seolah-olah dia menolak untuk meminumnya setelah dia menerimanya.  Kami telah bertanya kepada saudara perempuannya, dan dia mengatakan bahwa wanita yang meninggal itu stres karena kehidupan cintanya belakangan ini.  Pacarnya mengancam akan mengakhiri hubungan mereka, atau sesuatu seperti itu. " Aku mengangguk tanda mengerti

" Dari apa yang kudengar, itu cenderung kemungkinan bunuh diri, begitu ? Ah ... dan kamu mengatakan bahwa pacarnya yang menemukan mayatnya kan? "
" ya jam 11.30 pagi, pacar almarhum datang untuk melihat dia di kamar, dia bilang dia mengetuk, tapi tidak ada yang menjawab, dia juga tidak menjawab panggilannya.  Jadi, dia turun untuk meminta kunci cadangan dari staf, mengklaim bahwa pemilik kamar ini menderita depresi, dengan kemungkinan bunuh diri, dia memasuki ruangan dan menemukan wanita itu gantung diri dari pancuran di kamar mandi.  Dia bergegas memeluk tubuh tersebut, dan hampir menggendongnya untuk melakukan CPR.  Untung staf menghentikannya tepat waktu dan dengan cepat menelepon kami. " Aku membuat suara pelan ' tsk' , Aku lebih suka mayat yang tidak tersentuh.
" Meluk ?  Rambutnya pasti rontok di sekujur tubuh. "  ( rambut pacar korban maksudnya ) Kapten Aem tertawa. Lift tiba di lantai lima dan bergeser terbuka. Aku berjalan keluar dan melihat ke lorong. Ada satu ruangan dengan pintu terbuka. Sekelompok petugas polisi dan petugas  forensik berdiri di depan ruangan itu. Di dekat pintu, dua orang sedang berbicara dengan polisi. satu adalah seorang wanita yang menangis yang lainnya adalah seorang pria jangkung dengan kemeja putih dan celana panjang abu-abu. Rambut hitamnya disisir rapi kebelakang, dia adalah lelaki yang tampan, berpenampilan luar biasa, terutama ketika dia berdiri di antara orang-orang seperti ini. ( ngeliat aja yg ganteng mah 😂😂 )
" Itu adalah adiknya dan pacarnya," Kapten Aem dengan cepat membenarkan kecurigaanku. Reaksi atas kehilangan orang yang kita cintai  berbeda beda untuk setiap orang. Beberapa orang akan marah, beberapa akan sedih, beberapa akan merasa bersalah.

Aku melihat ke pria, pacar dari wanita yang telah meninggal, ekspresinya tenang, berbeda dengan saudara perempuan  dari almarhum, yang saat ini menangis tersedu-sedu, wajah dan mata tidak menunjukkan perasaan apapun, aku  terus mengingat hal ini.  Aku berjalan melewati penyelidik forensik, yang sedang memeriksa orang dan tempat, ke dalam ruangan. 

Kapten membawaku ke kamar mandi di sebelah kiri, hal berikutnya yang aku  lihat adalah tubuh wanita berusia 28 tahun dengan rambut panjang, Dia mengenakan gaun tidur merah muda, tergantung di kepala pancuran yang menempel di dinding kamar mandi, kakinya berada di lantai sebuah kursi plastik bundar berkaki empat tergeletak di atas ubin, ujung tangan dan kakinya berubah menjadi ungu tua, wajahnya membengkak dan berubah menjadi hijau dengan  lidah menjulur. 

Aku mendengar rentetan suara shutter dari kamera di tangan Anun sementara Fai berdiri di sana, wajahnya tampak pucat.  Aku  mengeluarkan sarung tangan karet dari tas dan menyerahkannya kepada semua orang di tim, aku  mendekati tubuh dan memeriksa kondisi eksternal untuk mencari bukti fisik di tubuh, seperti darah atau rambut. 

" Nama almarhum Janejira Sukyod, 28 tahun, dia pernah bekerja sebagai guru sekolah dasar, dia baru saja mengundurkan diri dari jabatannya selama dua minggu,"  kata Kapten sambil mengamati pekerjaanku. 

" Kakaknya bilang depresinya semakin parah. Kakak perempuannya adalah orang terakhir yang melihatnya. Mereka makan malam bersama di sini jam 7 malam dan kakaknya kembali jam 9 malam."  Aku  menggunakan jariku untuk menekan area gelap di ujung kaki dan tangannya, dan aku  mencoba menggerakkan lengannya. 

"Dia mungkin sudah mati sekitar 8 sampai 12 jam. Itu cocok dengan gambaran waktu saat dia sendirian."  Aku berjinjit untuk melihat tali dari dekat.  Itu adalah kain putih yang diikat ke kepala pancuran yang dipasang di dinding.  Eh !?  Mataku menangkap sesuatu yang tidak biasa, di atas tanda tali di lehernya, ada beberapa goresan kecil dan panjang, dengan luka memar di bawah tali, aku  menelepon Anun untuk mengambil gambar daerah ini dengan jelas.  Fai mendekat dengan ragu-ragu. 

"Apa itu?"  Aku menunjuk tanda itu.  " Kamu bisa lihat ini? Kelihatannya ada bekas cakaran kuku, ya kan? dan  daerah ini kelihatan terlalu memar." Menoleh ke Kapten Aem.
" Apakah ada tanda-tanda pergulatan di dalam ruangan?"  Aku belum melihatnya namun Kapten menggelengkan kepalanya.
"Semuanya tampaknya berada di tempatnya. Dari apa yang saya tanyakan pada adiknya, tidak ada yang dipindahkan."  Saya mengulurkan tangan untuk merasakan bagian yang memar.  Aku dapat mendeteksi fraktur laring yang pasti tidak akan ditemukan pada orang yang gantung diri.  Aku perlahan-lahan menghembuskan napas dan menoleh ke Kapten, yang berdiri di sana, menungguku  sebagai antisipasi. 

Aku tidak sabar untuk membawa tubuh ini ke rumah sakit untuk diotopsi secara menyeluruh.  " Maaf sudah membuang lebih banyak pekerjaan padamu, M," aku terdiam beberapa saat.  " Tapi ini sepertinya bukan bunuh diri. Saya ingin mengirimnya ke Dep. Forensik untuk diotopsi."  Wanita ini dicekik sampai mati, dan kemudian tubuhnya di buat seolah-olah dia telah gantung diri "
Setelah menyelesaikan otopsi pendahuluan di lokasi kematian, aku melepas sarung tanganku dan berjalan keluar ruangan tempat kejadian itu terjadi.  Aku  menghirup udara segar di luar jauh ke dalam paru-paruku.  Jenazah akan dibawa ke Departemen Forensik untuk pemeriksaan menyeluruh. Aku  siap membedah kasus ini, Masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.  Jantungku berdebar-debar cepat setiap aku menemui kasus pembunuhan.  Aku  sudah kecanduan perasaan ini.  Inilah alasanku benar-benar mencintai profesi ini.  Ketika ini tampaknya menjadi kasus pembunuhan, aku mulai memainkan permainan favoritku.  Siapa pembunuhnya ...?

Mataku tiba-tiba melihat ke arah pria yang diidentifikasikan sebagai pacar almarhum, orang yang menemukan mayat tersebut.  Wajahnya tetap tanpa ekspresi,  dia sama sekali tidak berduka atas kematian pacarnya meskipun faktanya mereka sudah putus?  Matanya yang panjang dan sipit menatap balik  ke mataku seolah-olah dia sadar bahwa dia sedang diawasi.  Aku mengalihkan pandanganku ke tempat lain, jantungku masih berdebar-debar karena antusias.  Perasaanku memberitahuku bahwa orang ini bukan orang biasa, menyembunyikan sesuatu, mengingat tubuhnya yang kuat dan simetris dengan tinggi 5'11 kaki ( kira2 180 cm )  aku pikir pria ini dapat dengan mudah mengangkat pacarnya dan menggantungnya. 

Aku  berharap polisi memiliki pandangan yang sama tentang orang ini dan menyelidiki dia secara menyeluruh.  Aku memutuskan Pria ini adalah seorang pembunuh, dan aku  yakin bahwa statistik seratus persenku  tidak akan disalah.

End of Chapter 1

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Wuaaaah exited kan ??
Comment and vote ya jgn lupa 😉

🖤 Age

18/11/2020

Continue Reading

You'll Also Like

101K 6.4K 64
Berawal dari hobi membaca novel tentang Gus. Khalisa Syairah Khaulah memutuskan untuk pindah ke pesantren. Jika kebanyakan dalam cerita yang dia baca...
29.5K 2.3K 30
~Bayangan Mafia di Balik Kerudung~ Semua bermula ketika seorang pria tampan yang terluka di sekujur tubuhnya, di temukan tidak berdaya di belakang...
9.6K 1.4K 44
DANMEI TERJEMAHAN
19.9K 1.9K 10
# ONGOING Jake Shim adalah siswa yang baru saja pindah ke Future Perfect High School. Ia menyadari bahwa kelas yang ia tempati sekarang terlihat begi...