Hei, Baby boy - yeonbin

By cairaxa

382K 37.2K 12.3K

Yeonjun tidak pernah tahu kalau bermain dengan seorang pembangkang dan keras kepala seperti Soobin, jauh lebi... More

prolog
1. Got Him
2. A Deal
3. Rules
4. Mine
5. Teasing
6. Yeonjun's office
7. Daddy
8. Fuck You
9. Penthouse
10. Club
11. First punishment
12. Bussiness trip
13. Kai
14. Welcome back, Yeonjun
16. Straight
17. Ramai
18. The Older's house
19. The Party
20. I Know I Love You
21. Noona
22. Second punishment

15. The New One

10.8K 1.2K 632
By cairaxa

YO! WASSAPPPP

Akhirnya setelah berbulan bulan aku back lagi wkwkwk

Buat yang masih minat baca, makasih banget dan semoga chapter ini memuaskan. Dan buat yang lupa alur (pastinya sih karena dah lama banget gak di up) bisa dibaca chap sebelumnya.

Warn! 15+

⚠️⚠️⚠️

Happy reading!

***


"Welcome back, Yeonjun"

Yeonjun melingkarkan tangannya dipinggang yang lebih muda, balas memberikan kecupan di bibir tipis itu dan menarik Soobin untuk mendekat. "Itu manis sekali, sayang. Sudah berapa lama ya sejak terakhir kali ada yang menyambutku saat aku pulang?"

"Kau senang?"

"Tentu saja, baby"

Yeonjun kembali menyatukan kedua belah bibir mereka, kali ini bukan hanya kecupan sekilas, ia membawa Soobin kedalam sebuah ciuman panjang yang memabukkan. Dan rasanya benar benar puas bisa kembali menikmati bibir tipis itu yang benar benar ia rindukan.

Sebelah tangan Yeonjun yang melingkari pinggang Soobin menekannya agar yang lebih muda tetap menempel padanya sedangkan sebelahnya lagi menahan tengkuk Soobin untuk memperdalam ciuman mereka. Soobin sendiri masih memeluk leher Yeonjun dan sesekali meremat rambut hitamnya saat hisapan Yeonjun dibibirnya terlalu kuat.

Setelah puas melumat dan menghisap bibir tipis itu, Yeonjun melesakkan lidahnya memasuki rongga mulut yang lebih muda, mengetuk lidah Soobin untuk ikut bermain dan menciptakan gulatan acak. Yeonjun tersenyum disela ciumannya saat lenguhan yang lebih muda mulai keluar. Dia benar benar merindukan suara ini.

Saat Soobin menepuk nepuk punggungnya karena kehabisan napas, Yeonjun melepaskan ciumannya dan hendak menjamah lehernya. Hanya saja gerakannya terhenti saat melihat beberapa tanda merah menyebalkan yang terdapat disana.

"Yeonjun?" tanya yang lebih muda bingung saat tiba-tiba Yeonjun berhenti dan hanya memandangi lehernya. Yeonjun yang tidak menjawab membuatnya sadar mungkin, cara memanggilnya salah. "No, I mean, umm..... Daddy?"

'Ugh. Ini memalukan'

Ya. Karena sudah lama tidak mengatakannya, rasanya ini menjadi seperti saat pertama kalinya dia mengatakan ini.

Soobin menangkup pipi yang lebih tua, membawa Yeonjun agar menatapnya. "Daddy, what's wrong?"

Yeonjun menggeleng. Ia memegang tangan Soobin yang berada di pipinya dan mengusapkan pipinya sendiri kepada telapak tangan yang lebih muda. "Aku hanya sebal melihat tanda kemerahan dilehermu itu"

"Kau disini untuk menghapus jejaknya dan menggantinya dengan milikmu, kan?"

Yeonjun kembali menggeleng membuat Soobin mengerutkan keningnya bingung. "Nope. Tujuanku kesini untuk menemuimu. Aku merindukanmu, baby. Dan lagi kau sendiri yang memintaku untuk cepat cepat datang kesini. Aku kesini untukmu. Dan untuk menghapus jejak bajingan itu, adalah hal lain yang memang harus aku lakukan tanpa kau minta sekalipun"

Sebelah tangan Yeonjun yang berada dipinggang Soobin turun, mengusap dua bongkahan itu sekilas dan sedikitnya ia terkejut, lagi, karena langsung bersentuhan dengan paha Soobin yang tidak terhalang kain sama sekali. "Aku baru sadar kau tidak memakai celana. Sengaja melepasnya untukku, hm?"

Soobin memutar matanya saat Yeonjun mendaratkan beberapa ciuman dipipi gembilnya. "Tentu saja tidak. Sejak pagi tadi aku memang malas memakai celana karena panjang bajumu mencapai pahaku"

"Ah. Begitukah?"

Yeonjun mengangkat tubuh bongsor itu, membawanya ke atas kasur sembari terus saling memberikan kecupan kecupan ringan satu sama lain.

Tidak butuh waktu lama, kecupan itu berubah menjadi ciuman panas yang cukup dalam. Hanya saja, Yeonjun heran karena Soobin tidak mau membuka mulutnya.

"Baby? Ada apa?"

"Eum? Aku tidak tahu cara melakukannya, Daddy. Teach me"

Yeonjun terkekeh. Mengatakan hal polos seperti itu dengan wajah menggoda, sangat tidak searah. Baiklah. Yeonjun mengerti. Ia akan mengikuti permainannya.

"Sure. Aku akan mengajarimu dengan senang hati, baby. I'll teach you how good I was to make you feel good"

"Hmm" Soobin melingkarkan tangannya dileher yang lebih tua, menatapnya polos dengan mata bulat yang berbinar binar. "Then, what should I do, Daddy?"

Yeonjun menyeringai, mengusap paha si manis sensual dengan tatapan singa jantan yang sudah sangat siap memangsa mangsanya. "Spread your leg, baby boy"

***

"Hei"

"Hm?"

"Berhenti menggerilya tubuhku saat aku makan, bajingan. Kau membuat makananku terasa buruk"

Yeonjun mendengus. Padahal sebelumnya Soobin sendiri yang ingin bermanis-manisan dengan Yeonjun. 'Sudah kembali ke asal ternyata'

"Ayolah, baby. Aku masih merindukanmu. Lagipula kita baru melakukannya beberapa ronde saja. Itu tidak akan cukup untukku"

Soobin mendecak malas. Ia masih lelah setelah digempur habis habisan tapi Yeonjun bahkan menggangu waktu istirahatnya. Ia mulai berpikir apakah keputusannya untuk segera bertemu Yeonjun itu benar atau malah sebuah kesalahan fatal.

Akhirnya acara makannya selesai walaupun Soobin tidak tahu dirinya kenyang atau belum karena fokusnya yang terbagi dua. Dan kini, ia kembali berada dipangkuan Yeonjun yang masih siap untuk ronde berikutnya.

"Aku sudah lelah, Jun. Lanjut besok saja ya?" bujuknya sembari mengusap kepala Yeonjun yang kembali menjamah lehernya.

"Aku masih menginginkanmu, sayang. Ini belum seberapa dibandingkan dengan penantianku selama seminggu kebelakang"

Soobin kembali melenguh saat lagi lagi Yeonjun melancarkan aksinya. Sebenarnya bagaimana Yeonjun bisa sangat fit seperti ini setiap kali mereka melakukannya.

Tanpa sengaja, Soobin melirik ke atas nakas dan teringat akan kertas putih yang ia temukan tadi.

"J-jun. Tunggu sebentar"

"Aku tidak akan membiarkanmu lari, baby"

Soobin mendecak sebal setelahnya menjambak rambut hitam itu gemas dan akhirnya membuat kepala si empu menjauh.

"Aw! Itu menyakitkan!"

"Sudah kubilang tunggu sebentar!" balas Soobin kesal sembari mencondongkan tubuhnya, meraih kertas putih yang dilipat dua tersebut dan menyerahkannya pada Yeonjun yang masih mengusap kepalanya yang terasa perih-hasil jambakan Soobin barusan.

"Ini...apa?" tanyanya bingung.

"Tadi ada seseorang yang menggedor gedor pintu rumahmu. Aku tidak berani membuka pintunya jadi sekitar dua jam setelahnya, aku mengintip keluar dan malah menemukan kertas ini"

"Apa isinya?"

"Kalau sudah kubaca terlebih dahulu aku tidak akan memberikan kertasnya kepadamu" sarkasnya dan itu membuat Yeonjun terkekeh pelan. Rasanya sudah lama sekali ia tidak mendengar sarkasme seperti itu dari kesayangannya.

"Biarkan saja. Paling hanya orang iseng yang tidak ada kerjaan"

"Tapi bagaimana kalau ini penting, Yeonjun"

"Baiklah baiklah. Kau berisik sekali"

"Hei!"

Yeonjun kembali terkekeh kecil. Masih dengan memeluk pinggang yang lebih muda, sebelah tangannya akhirnya mengalah dan mengambil kertas itu. Ia membuka kertas itu kemudian alisnya mengerut tak suka saat melihat isinya.

Hai, Yeonjun.

Apa kabarmu? Hari ini aku datang ke rumahmu tapi sepertinya aku salah tanggal haha. Aku lupa hari ini kau masih di Jerman.

Aku ingin memperingatkanmu. Seminggu lagi Ayah ulang tahun dan kau tidak melupakannya kan?

Saat hari ulang tahun Ayah, kita akan mengadakan acara makan keluarga. Kami semua merindukanmu. Jadi, datang ya, adikku tersayang.

Hyung mu yang tercinta

"Eh? Bukankah kau anak tunggal, Yeonjun?"

***

Soobin berjalan di koridor berbarengan dengan Beomgyu yang mengoceh soal ini itu. Sayangnya, pikiran Soobin sedang berkelana pada kejadian kemarin yang masih terasa janggal untuknya.

Saat ditanya oleh Soobin, Yeonjun malah meremas kertas itu dan membuangnya sembarangan. Ia malah menyuruh Soobin untuk tidur setelah menjawab, "Sudah kubilang itu hanya orang iseng. Kau tahu sendiri aku itu anak tunggal"

Dan Soobin tidak berani bertanya lebih lanjut tentang itu. Selain karena mood Yeonjun yang terlihat memburuk, Soobin tidak akan lupa ekspresi yang Yeonjun tunjukan saat ia mendekap Soobin dalam pelukannya.

Walaupun tidak terlihat jelas karena Soobin melihatnya secara diam diam, sejauh ini, itu adalah ekspresi Yeonjun paling menyeramkan yang pernah ia lihat. Dan walaupun usapan tangan Yeonjun pada punggungnya sangat lembut, itu bukanlah usapan hangatnya yang seperti biasa.

Kali ini terasa dingin. Teramat dingin hingga bulu kuduknya berdiri. Akhirnya Soobin memaksakan diri untuk tidur dan untungnya keesokan harinya, Yeonjun sudah kembali normal walaupun ada sesuatu yang terlihat berbeda.

Ia terlihat seperti sedang menahan amarahnya. Yah, lagi lagi, Soobin tidak berani bertanya. Ia tidak mau melewati garis pembatas antara ia dan Yeonjun.

"Soobin hyung"

Kesadarannya kembali saat tiba tiba seseorang memanggilnya. Ia melihat, Kai yang menunduk sembari menahan ujung bajunya.

"A-aku ingin bicara"

***

Drap

Drap

Drap

Soobin menghentakkan kakinya kesal sembari berjalan menuju ruangan Yeonjun.

Demi tuhan Yeonjun benar benar menyebalkan. Ia menuduh Soobin kembali berhubungan dengan Kai setelah kejadian kemarin dan langsung memanggilnya untuk segera menghadap.

Sialan. Soobin lupa bahwa Yeonjun selalu menyewa seseorang untuk terus mengawasi gerak geriknya. Padahal apa yang terjadi tidak seperti yang Yeonjun pikirkan. Ditambah lagi ada Beomgyu disana. Tidak mungkin ia dan Kai macam macam.

BRAK!

Seperti biasa, Soobin menendang pintu ruangan Yeonjun dan setelahnya, kedua bola matanya membola ketika disuguhkan pemandangan tak terduga.

Disana, Yeonjun duduk dimeja kerjanya dengan seorang wanita dipangkuannya. Ya, SEORANG WANITA.

Oh, dan lihatlah. Sepertinya mereka sudah bermain cukup jauh. Semua kancing kemeja wanita itu sudah terbuka menampakkan dua gundukan yang terlihat sesak didalam bra ber-renda berwarna hitam.

Soobin melipat tangannya didepan dada, menatap Yeonjun sebal. "Wah wah. Ada yang sedang bersenang senang"

Yeonjun menghembuskan nafasnya berat dan menyingkirkan wanita itu. "Ini tidak seperti yang kau pikirkan"

Soobin mengangkat sebelah alisnya, tersenyum meremehkan. "Oh ya? Same as mine, then. Ini tidak seperti yang kau pikirkan"

Yeonjun sudah membuka mulut-hendak membalas ucapan Soobin sebelum perempuan itu lebih dulu bersuara. "Wah wah. Kau memiliki pegawai yang tidak sopan, ya"

Wanita itu berjalan ke arah Soobin sembari mengancingkan kembali kemejanya. Ia menatap Soobin, meremehkan, ikut melipat tangannya didepan dada.

"Sebagai seorang pegawai, kau tidak memiliki rasa takut dan tidak tahu diri, ya. Berani beraninya memasuki ruangan bosmu sendiri dengan cara seperti itu. Aku penasaran bagaimana cara Yeonjun akan memecatmu nanti"

Soobin memutar matanya. Sok berkuasa. Ia balik menatap perempuan itu malas, berujar menyebalkan. "Lantas kau siapa, nyonya yang terhormat? Jangan bilang kau hanya office girl yang naik pangkat dengan menggoda atasannya"

Yap. Pedas seperti biasanya.

Dan sepertinya perempuan itu juga tersulut emosinya. Ia terlihat kesal sembari mengepalkan tangannya.

"Hah. Kau pikir aku harus melakukan hal rendah seperti itu? Tidak perlu. Tanpa dimintapun, pangkatku sudah tinggi karena aku adalah Hwang Yeji, Choi Yeonjun's baby girl"

Aw. There's a new one here.

TBC

Yoooooo

Ngetik lagi setelah sekian lama, semoga feelnya masih dapet :"D Dan makasih banget buat para readers yang masih setia nungguin book ini 😭😭💙 Luv U! 💙

Semoga suka ya 😭💙💙

Votement nya jangan lupa dan makasih udah mampir! 🙏🏻

Salam,

Cai ❄️🥶

Continue Reading

You'll Also Like

62.1K 3.3K 19
seorang gadis bernama Gleen ia berusia 20 tahun, gleen sangat menyukai novel , namun di usia yang begitu muda ia sudah meninggal, kecelakaan itu memb...
228K 18.9K 93
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
198K 19.1K 71
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
933K 76.7K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...