17 | kv

By ggukiology

21.3K 3K 204

šŽš š†šŽšˆšš†. "Kalau sampai umur tujuh belas kita belum punya pacar, kita pacaran aja." Jeongguk dan Taehy... More

1 - Iron Man
2 - Lawan Bareng
3 - Janji
4 - Playboys
5 - Nebeng
6 - Gelut
7 - Pertolongan Pertama
9 - Fuckboys
10 - Comfort
11 - Nyusahin
12 - Ribut
13 - Stuck With Me

8 - Baper

1.5K 236 22
By ggukiology

Taehyung masih ingat betul tentang tempo hari. Kala kapten tim basket sekolah mereka datang tergopoh-gopoh buat menarik Taehyung menjauh dari Jungho dan perkelahian mereka. Masih dengan jersey lengan pendek, dibalut jaket parasut hitam serta keringat yang belum kering total. Bahkan rambutnya masih basah dan lehernya mengilap.

"Woi! Udah! Kalau berantem jangan di sini!" Park Seojoon berseru ke arah Jungho dan antek-anteknya, bawa Taehyung serta Jimin ke belakang tubuhnya.

Jungho tergelak, ngejek. "Yang berantem bukan gue doang, bro. Tuh adek kelas lo juga jelas-jelas pukulin gue, kenapa nggak lo sewotin sekalian?"

Seojoon mendengus. "Mereka ke sini buat nonton, bukan berantem."

"Ya gue juga?!"

"Ya makanya jangan cari ribut."

Jungho total kesal, kepalan tangannya mengerat dan tanpa pikir-pikir lagi layangkan pukulan ke arah Seojoon. Taehyung sontak kaget, hampir maju buat pukul Jungho tapi ternyata Seojoon bisa menghindar dengan gesit dan lawan balik. Bahkan sampai Jungho mundur dan terhuyung beberapa langkah.

Hampir-hampir adegan baku hantam berlanjut kalau saja para panitia dan beberapa orang dewasa yang bertanggung jawab datang buat ngelerai. Jungho dan Taehyung yang paling lama diceramahi. Sama-sama nggak terima, lemparkan pembelaan yang ditampik lantas berakhir cuma ngangguk-ngangguk pasrah. Lalu berdamai karena disuruh.

"Urusan kita belum selesai," Jungho mendesis kala mereka telah terbebas dari ceramah.

Taehyung mengendik. "Urusan lo doang, sih. Gue udah nonjok lo, udah puas."

"Pft. Cemen lo."

"Nggak usah nyari gara-gara, anjing. Gue mau balik." Ntar dicekek sama Jeongguk.

Dan begitu saja, mereka berpisah. Masih dengan perasaan setengah hati karena masih kurang kalau belum ada yang pingsan.

"Lama banget, nyet. Lo diceramahin apa aja sampai mau setengah jam?" Jimin muncul di parkiran, bersandar pada motornya sambil mainan hape.

Taehyung mengendus, jengah. "Disuruh tobat."

Mendengarnya, Jimin ketawa nggak tahu diri. "Nggak bakal mempan." Kemudian ambil posisi buat mundurin motor, sekalian ngasihin helm ke Taehyung. "Cabut, yuk. Udah malem juga, ntar gue diomelin Jeongguk."

Taehyung menangkap helm Jimin, mengernyit. "Kenapa jadi lo yang diomelin, nyet?"

"Ya kesayangannya gue pulangin malem gimana nggak kena semprot."

"Siapa kesayangan Jeongguk?"

"Elo, lah, siapa lagi."

Pasang ancang-acang, hampir-hampir Taehyung lemparin helm ke kepala Jimin. Sementara yang mau dihantam cuma nyengir dengan tampang watados seakan-akan dia nggak habis ngomongin sesuatu yang geli-geli najis di kuping Taehyung. Sampai merinding. "Anjing, geli, setan. Gue tampar lo."

Jimin mencebik. "Kalem, nyet. Naik buruan."

Baru aja Taehyung mau naik, tapi berhenti pas seseorang panggil namanya. Dia noleh, nemuin Park Seojoon yang juga naik motor, helm nutupin muka serta jaket yang tutupin tubuhnya. Taehyung mungkin nggak bakal sadar kalau bukan dari suaranya.

"Kim Taehyung!"

Senyum Taehyung perlahan mengembang. "Oi, Kak Seojoon. Duluan, nih?" Jimin juga ikut tersenyum dan lontarkan sapaan yang dibalas oleh si kakak kelas.

"Hahaha, iya. Lo juga udah mau balik, kan, sama temen lo?"

Taehyung mengangguk, memakai helmnya kemudian duduk pada jok belakang Jimin. "Yoi. Kapan-kapan, deh, Kak, nongkrong bareng sama anak-anak."

"Sip," Seojoon tersenyum di balik helmnya, mendengus. "Kapan-kapan, deh, lo balik bareng gue."

Agak linglung, Taehyung sampai kedip beberapa kali buat mencerna ucapan si kapten basket. Hah? Nggak salah tangkep, kan, dia? "Kak—"

"Gue duluan, ya, Tae, Jim?"

Belum sempat Taehyung selesaiin kalimatnya, Seojoon udah tarik gas aja dan melesat menjauh diiringi suara motor yang berderu kemudian hilang perlahan-lahan. Taehyung menaikkan sebelah alisnya, heran, sementara Jimin justru ketawa lihat komuknya lewat kaca spion. "Anjing, lah. Lo ada Kak Bogum masih aja digas sama Kak Seojoon. Pakai pelet lo, kan."

Sebenarnya, diam-diam pun Taehyung telah tertarik dengan si kapten tim basket sekolahnya. Apa namanya? Cinta pada pandangan pertama? Tai, sinetron abis. Perkara nonton gimana kecenya Seojoon di lapangan dan gimana si kakak kelas nolongin dia dari keributan, Taehyung agak naksir sedikit. Tapi di sisi lain, dia ingat masih punya Bogum, si ketua OSIS super sibuk yang kayaknya lupa kalau doi punya pacar.

"Biasanya kalau bengong, sih, ketempelan," Jimin nyeletuk, sadarin Taehyung dari lamunannya. Baru sadar mereka udah keluar dari area parkiran dan mau otw balik.

"Berarti lo boncengin jurig juga dong."

"Gue turunin lo anjing." Bergidik, Jimin sempat berencana buat turunin Taehyung di tengah jalan tapi nggak jadi. Agak kasihan sedikit. "Lo bengongin apa?"

"Gue mikir."

"Utang Bu Sri, ya?"

"Bukan, tai."

"Terus apaan?"

Taehyung terdiam sebentar, kemudian memilih untuk nggak bilang apa-apa—seenggaknya, untuk sekarang. Nanti aja; besok, kapan-kapan.

"Nggak apa-apa, sih. Nggak penting juga," ucap Taehyung pada akhirnya. Dia sempat lihat gelagat Jimin yang mau sanggah ucapannya tapi Taehyung keburu nyaut lagi, "cepetan apa, Jim. Gue aduin Jeongguk lo ngajakin gue aneh-aneh sampai pulang malem."

Jimin komat-kamit dengan kata-kata tidak senonoh disertai makian buat Taehyung karena total mengada-ada. Benar-benar ingin turunkan Taehyung di tengah jalan tapi kalau harus dikepret sama pawangnya besok—kayaknya nggak dulu, deh, makasih.

Alhasil, Jimin tetap antarkan Taehyung dengan selamat sentosa, sehat wal afiat sampai perempatan komplek rumah Taehyung. Anaknya sendiri yang minta. Sempat ucap, "makasih, nyet. Gue balik, ya," sebelum kemudian berjalan menuju rumahnya, sementara Jimin cuma tatap punggungnya yang menjauh sambil kemudian putar balik untuk pulang. Yah, seenggaknya acara tadi cukup... menarik.

▬▬▬

Besoknya, lagi-lagi Jeongguk temukan Taehyung yang udah duduk manis di teras rumahnya, sambil makan roti yang katanya dibikinin Mama soalnya Jeongguk lama.

"Ngapain lo?" Jeongguk putar bola mata malas, ngelewatin Taehyung dengan santai buat ngeluarin motor.

"Nebeng lagi," Taehyung berucap, kelewat santai sebelum kembali mengunyah roti selai stroberinya. "Kan Jefri belum sembuh."

Omong-omong, Taehyung pulang cukup larut habis dari rumahnya dan sesi dokter-dokteran semalam. Lebamnya makin kelihatan di daerah pipi, untung nggak begitu besar.

"Minta tolong orang rumah sana."

"Ayah udah berangkat tadi pagi."

"Abang lo?"

"Bang Namu nginep di rumah temennya."

"Bunda?"

"Kata Bunda suruh nebeng lo."

Bisa-bisanya Taehyung nyengir tanpa dosa setelah itu—dengan senyum kotak andalannya, tampilkan deretan gigi yang rapi serta matanya menyipit seperti sabit. Jeongguk kan nggak jadi nolak.

Sebenarnya, Jeongguk juga nggak masalah kalau Taehyung nebeng. Sama sekali. Dia cuma mau lihat Taehyung kesel aja, tapi Taehyungnya malah nyengir. Yang sebenernya nggak masalah juga.

Menghela, Jeongguk senyum, ajak Taehyung yang mukanya udah melas untuk naik dengan gestur kepala. Dan Taehyung nggak habiskan waktu lagi, segera naik ke jok belakang motor Jeongguk setelah pamit sama Mama Jeon. Pakai helm dan peluk Jeongguk dari belakang.

"Hehe, makasih, sayang."

Jeongguk mendelik, "hah?"

Taehyung berdecak. "Nggak usah baper lo. Gue sayang-sayang bukan ke lo doang kali."

Mendengus, Jeongguk diam-diam pasang senyum miring di balik helmnya. Menarik starter motornya beberapa kali. "Makanya jangan suka sayang-sayang sembarangan. Gue sayangin balik mampus lo." Kemudian motornya melaju kencang dan cukup tiba-tiba, buat Taehyung agak kaget dan peluk Jeongguk erat dengan reflek.

Taehyung pukul kepala belakang Jeongguk yang dipakaiin helm. "Anjing, pelan-pelan!"

Yang punya kepala mengaduh singkat. "Lo suka balapan kenapa gini doang kaget, deh?"

"Ya, kan, belum siap, tai."

"Belum siap gue sayang?"

"Hah?"

Jeongguk terkekeh. "Bercanda, nggak usah baper."

Taehyung ikut terkekeh, menertawai ketidak jelasan Jeongguk yang menurutnya konyol. "Sinting lo." Kemudian memeluk Jeongguk dari belakang dan sandarkan dagunya pada bahu Jeongguk, buat helm mereka bertubrukan namun nggak ada satu pun yang protes.

Wangi. Jeongguk selalu wangi dan Taehyung suka. Dia bisa nduselin Jeongguk seharian dan cengar-cengir tanpa dosa pas si Jeon mulai marahin dia. Nggak marah beneran, pastinya. Karena nyatanya, Taehyung selalu jadi tempat teraman untuk Jeongguk tinggal. Dan nyatanya, Jeongguk adalah tempat ternyaman untuk Taehyung pulang.

▬▬▬

first of all, happy new year!!! hehe (jujur agak kaget tiba-tiba udah 2021). anyway, sorry for being inactive beberapa bulan huhu i'm trying to be more active here and continue this work.

semoga tahun ini banyak hal baiknya, ya! <3

Continue Reading

You'll Also Like

49K 5.3K 20
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
807K 84.4K 57
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
68.4K 14.1K 156
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
218K 33.2K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...