๐๐ˆ๐‚๐Š๐„๐ƒโ”ŠJaemjen

By JAEMJENWONS-

9.8K 1.1K 75

โœง + .หš ๐™‹๐™ž๐™˜๐™ ๐™š๐™™. "Pilihanku satu, yaitu kamu." "Diam." (written in indonesian) #๐‰๐€๐„๐Œ๐‰๐„๐ ! jangan s... More

๐™„๐™ฃ๐™ฉ๐™ง๐™ค
one
two

three

1.7K 219 37
By JAEMJENWONS-







Ada serigala ituh woey













-



Pagi ini, jaemin memutuskan untuk pergi tidak memakan apapun.

Entah apa alasannya.

Tetapi, alasannya merupakan, aku tidak lapar. Itu saja. Pria bersurai putih itu keluar melewati pintu depan. Karena, ia cuman utusan. Ia tidak hidup dengan siapapun.

Kecuali, yang maha mengutus seseorang untuk hidup bersamanya.















Dengan sekejap, ia melakukan teleportasi. Ia tidak teleport langsung ke dalam gedung tetapi, ia hanya melakukan teleportasi di dekatnya.

Agar terlihat natural kesannya.

Ia melihat ke sekitar. Masih belum banyak yang kelihatan. Atau kemungkinan mereka di dalam ruangan masing-masing.

Jaemin masih ingin tau dengan pria kemarin. Mate utusannya. Mengingat itu, jaemin memasang senyuman menyeringai. Lanjut berjalan ke dalam gedung itu. Mencari ruang kerjanya.

Untung, ruangan jeno itu tidak jauh darinya.

Jaemin memasuki ruangannya itu.
















Saat ia melihat ke dalam, belum ada nona chaeyoung.

Perfect. Batin jaemin. Ia keluar dari ruangan itu, untuk mengecek keberadaan jeno. Dibenaknya ia berpikir, pemuda manis itu sudah datang atau belum.

Jaemin mengambil langkah ke depan pintu para pemain biliar.

Ia menggunakan kekuatannya untuk melihat tembus pintu itu. Tetapi, sayang sekali. Pemuda manis itu belum datang. Tetapi, itu tidak apa. Ia melihat salah satu teman pemuda manis itu sudah duduk di kursi.

Jaemin mengambil beberapa langkah mundur sebelum ia berjalan ke arah lain.




















Saat itu pun.

Ia bertabrakan dengan seseorang. Emosi, ia mendongak untuk melihat siapa orang tersebut. Ternyata itu merupakan orang yang ia cari tadi.

Keadaan pria itu terduduk di lantai sambil meringis. Jaemin tersenyum miring, ia mengulurkan tangannya.

Jeno melihat aksi tersebut dan main menerima saja tanpa melihat siapa yang ia tabrak. Matanya membesar ketika melihat siapa yang sebenarnya di depannya. Pria tampan itu lagi. Sialan.

"Selamat datang, princess" sapa jaemin.

"Kau lagi. Sedang apa berdiri di depan pintu ruangan kerjaku?" Tanya jeno.

















"Jangan gitu dong jawabnya, jawab itu yang sopan dan ramah." Komplain jaemin. Membuat jeno mendengus kesal.

"Apa mau mu apa sih?" Jeno bertanya, sekarang sudah merasa kesal sendiri.

"Bukannya aku sudah bilang? Aku hanya menginginkanmu" Jawab jaemin dengan santainya serta senyuman angelic miliknya. Jeno berbohong jika ia bilang ia tidak kagum dengan senyuman seterang kilat itu.

"Oh. Kalau begitu, minggir." Jawab jeno dingin, mencoba mengabaikannya.

"Tidak mau" tolak jaemin.

"Dasar, menyebalkan." Jeno mendorong pria itu kekanan agar ia bisa lewat. Tiba tiba ia merasa dingin lagi dan merasa ada yang memeluknya dari belakang.





















"Kau tidak bisa kemana-kemana, princess, tak akan ku biarkan sampai kamu menjadi milikku." Goda jaemin dengan nada yang rendah membuatnya terdengar lebih menggoda. Sangat menggoda. Jeno tersentak sedikit atas perlakuan itu.

"L-lepaskan!" Seru jeno dengan nada rada panik.

"Apa kau dengar apa yang aku katakan tadi?" Tanya Jaemin lagi sekarang ia tepat membisikkannya ke telinga jeno.

Kata kata tersebutlah yang memenuhi pendengarannya sekarang. Jeno mendengus frustasi. "Lepaskan, kita bisa bertemu nanti." Bentaknya paksa, sambil berusaha melepaskan dirinya.

Saat ia berhasil, dengan langkah terburu, ia memasuki ruangan kerjanya itu.

Alangkah indahnya kalau ia tidak tergoda tadi.

Sepertinya ia punya masalah sekarang.

Bukan apa apa.






Sedangkan jaemin, ia berjalan ke arah sebaliknya dengan senyuman miring di mukanya. Untung saja lorong ini tidak ada orang.

Jaemin sendiripun kembali ke ruangannya sendiri.































Shift jeno tiba tiba di buat selesai cepat hari ini. Entah apa alasannya, jeno keluar dari ruangan dan pamit kepada teman-temannya yang masih menjalankan shift mereka.

Walau kerjaan mereka hanya latihan dan turnamen.

Jeno berjalan lewat lorong yang tadi ia lewati saat datang. Tiba tiba, ia teringat apa yang ia katakan kepada pria tinggi itu.

Ia mulai berpikir, mungkin waktu kerjanya (atau bisa dibilang latihannya) itu di percepat karena tuan na itu.












Sial. Berarti sekarang ia harus menemuinya.

Walau ada rasa antisuas yang ia rasakan entah dari mana. Ia masih tidak mau pria itu melakukan aneh aneh. Tidak akan ia biarkan jika itu benar benar terjadi.

Ia menghela nafas sebelum lanjut berjalan ke ruang tuan na.

Ruangan itu tidak jauh darinya. Maka maklum jika ia melihat pria bersurai putih itu di dekat ruang kerjanya.

Saat ia sampai tepat di depan pintu ruangan tuan na. Mendadak, ia merasa dingin lagi. Tidak sampai ingin menggigil, hanya ia merasa ada yang memata-matainya. Seperti, ada orang yang menontonnya dari kejauhan.










Perlahan ia mengetok pintu itu.

Yang membuka pintu tersebut bukanlah tuan na, melainkan nona chaeyoung. "Ah, jeno! Apa ada yang bisa kita bantu?" Tanyanya. Jaemin yang sedari tadi melihat berkas-berkas menoleh ke atas.

Dan melihat jeno yang berdiri di depan chaeyoung dengan senyuman kecil.

Ia tersenyum.

Sungguh, Ia kira pemuda itu tidak akan menemuinya dan ia yang harus menemuinya. Tidak, pria itu menepati kata-katanya.

Jaemin suka itu. Ia berdiri dan mendekati keduanya. "Sepertinya, dia mencariku?" Tanya jaemin dan melirik ke arah pria berambut biru tua yang mendatangi ruangannya.

Nona chaeyoung melirik keduanya bergantian. "Memangnya kalian ada urusan apa?" Tanyanya, ia sedang kepo.










Jeno terkekeh kecil, "tidak ada, kita tadinya mau ketemuan, tapi ga jadi." Jelasnya tidak mau nona itu salah paham.

"Oh, kalian mau kencan maksudnya?" Tanyanya lagi.

Jeno terbelalak, "buka-" namun belum sempat jeno menyelesaikan perkataannya sudah di cutoff duluan sama tuan na. "Sepertinya." Jawabnya sambil menyengir.

Lagi-lagi, jeno dibuat terkejut.

"Bukan! Kita bukan mau kencan, hanya menemui sesama alangkah bro-broan."

Nona chaeyoung hanya tersenyum.

"Baiklah, pergilah, aku akan mengurus berkas-berkasnya. Have fun yah kalian berdua!" Nona itu tersenyum sambil berbalik untuk duduk di meja kerja jaemin dan membaca-baca berkas-berkas yang tersisa.












"Owahhh, makasih chae, aku akan kembali lagi nanti, pergi dulu ya" pamit jaemin.

Sebelum berjalan mengambil jasnya dan mengandeng tangan jeno dan menyeretnya pergi. Keduanya sekarang berjalan menuju kamar kecil.

Ditemani dengan keluhan jeno karena perbuatan jaemin tadi.

"Hoi! Lepasin nggak?!"










Jaemin hanya diam dan memasuki toilet pria.

"Ih! Punya telinga nggak sih?!" Seru jeno sambil berdecak kesal. Namun tiba-tiba ia merasa bokongnya bersetuhan dengan pintu dibelakangnya.

Jaemin menahannya dan tersenyum miring.

"Kau ternyata kembali." Senyum jaemin.

"Lebih baik, daripada membuat masalah denganmu." Jawabnya dengan jujur. Jaemin mengangkat alisnya. "Kau tau? Yang kau lakukan itu yang akan membawamu kedalam sebuah masalah."

Jeno hanya menatapnya bingung.












"Apa kau tahu apa yang akan terjadi kepadamu sehabis ini?" Bisik jaemin tepat di telinga jeno.

Jeno merasa seluruh tubuhnya kesetrum sesuatu.

"Memangnya apa yang akan kau lakuk—" tiba tiba sesuatu lembut mengenai lehernya dan itu membuatnya tersentak sedikit. Sensasi barupun mulai terbuat.

Entah, ia merasa lega dan senang.

Bibir jaemin benar-benar cocok di kulitnya.











"—hnghh" lenguh jeno.

Ia mencoba untuk mendorong lelaki yang lebih tua itu. Namun, karena sensasi yang sangat nikmat, dorongan itu tidak berpengaruh sama sekali.

Sementara jaemin, ia hanya menikmati apa sedang ia lakukan sekarang. Semuanya berjalan dengan lancar.

Karena,

Partnernya akan merasa membutuhkannya ketika ia melakukan hal senonoh. Dan partnernya juga akan memiliki rasa ingin bersamanya setiap waktu dan hari. Ia akan merindukan sosoknya jika ia tidak bersamanya.

Jaemin berbohong jika ia sendiri tidak mempunyai perasaan terhadap jeno. Ketika ia mengetahui bahwa jeno-lah partner utusannya. Ia langsung tertarik dengan apapun yang pria itu pancarkan dan katakan. Itu jugalah yang memenuhi benaknya selama seharian kemarin.












Ia merasa dirinya menjadi nafsu mendengar lenguhan tadi. Astaga.

Kemauannya sekarang hanya untuk memiliki pria yang sedang ia hujain ciuman di bagian lehernya. Jika bisa ia ingin menandainya.












































































Apakah ia akan berhasil?

-

Jawabannya, tidak.

tapi boong. Ngga lah ga ada spoiler. Bodo ah aku leave aja begitu, kalo ada kesalahan di chapternya maapin yeh

Aku ngerjain sambil ngikutin event soalnya.

Akhirnya punya motivasi yk, udah sebulan guysss, maap lom updet updet. Kalo terkesan cringy atau apa. Pls maklumi.

See ya :]





JAEMJENWONS

Words: 1203 words.

Continue Reading

You'll Also Like

47.9K 9.8K 12
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ โ€ผ๏ธ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
78.9K 5.1K 68
Why did you choose him? "Theres no answer for choosing him, choosing someone shouldn't have a reason." - Aveline. ------------ Hi, guys! Aku kepikir...
46.8K 6.3K 38
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
103K 18K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...