My Every "First" With You

By KacamataSenja

345K 25.4K 5.9K

(Completed || Warning!! 21+++) Jatuh cinta pada padangan pertama?? Kalau kata kebanyakan orang sih "meh, man... More

Wow!
Alice to the Rescue
Tameng
Katanya sih Kebetulan...
Gun Lihat!
Bermula dari Keram
Gun dan Cinta itu Musuh Bebuyutan
Som Tum dan Salep
Joss...
Pertama Kali Ngebentak Dosen...
Off Jumpol Ngeselin!!
Gun Aneh.
Gun dan Syaraf Syaraf di Otaknya
Pertama Kali Nangis di Depan Orang...
Aku Nggak Bakal Pergi...
Akhir Perjuangan.
Perjuangan Baru dimulai...
Jarak Lima Meter
Tau kalau disayang...
Cemburu Tanda?
Gun Punya PR...
Jawaban PR Gun.
Off Menyesal.
Mereka Memang Aneh.
Bodoh Banget Marah Sama Off.
Jangan dibuat Ribet Kayak Drama Televisi (18+)
Super Sibuk : Pasangan Aneh yang Menjijikkan
Super Sibuk: Tumbang.
Ngambek.
Jangan Kayak Gini Lagi Ya...(20+)
Pergi dari Zona Nyaman.
Mr. Jumpol (21+++)
Salah Paham.
Kekacauan Kecil Lainnya.
Keceplosan karena Mulutnya Bodoh.
Aula I'm in Love (21+++)
Ada Begitu Banyak Cinta untuk Gun.
Baru Juga Hari Pertama.
Hobby Cari Masalah.
Ancaman Baru??
Gagal Lagi...
Pitt vs OffGun = 1:0 (21+++)
Cinta tidak selalu Rainbows and Butterflies
Je T'aime Aussi Mon Amour...
Hukuman...
Kebetulan Tidak Masuk Akal Lainnya.
Hari yang Santai...
Gempur (21+++)
Nggak jadi Berlayar?
Get to Know Off...
Kalau udah Panggil Sayang, Luluh deh...
Jadinya Suka Siapa Sih?
Momay...
Kenapa Sih?
Momay Ngeselin? Yakin?
Bayar Hutang (21+++)
Selalu Ada Ada Aja...
Another Surprises???
Till We're Grey and Old
Another Pair.
Apart... (S1 Last Chapter)
PENGUMUMAN

Off dan Tay si Primadona

4.7K 474 34
By KacamataSenja

Bangkok, Chulalongkorn University
Juli, 2020

----------------------------
15 November 2020
----------------------------

"Al, jangan tanya." Gun memotong Alice tepat sebelum sepupunya itu membuka mulut begitu melihat Gun memasuki ruangan. "Aku lagi ngga mau ngomongin masalah semalem."

New segera menarik Alice menjauh. Wajah Gun seram. Biasanya juga seram, tapi kali ini sepertinya sudah di ambang batas maksimal.

"P'Gun, Mrs. Siu memintamu ke ruangannya sekarang." Ploy, salah satu panitia Gun tiba tiba muncul dan memberi kabar.

"Mrs. Siu?" Gun mengernyitkan dahinya. Alice dan New saling menatap seperti tahu mengapa Gun harus menemui dosen kesiswaan itu.

"Titip ruangan, aku pergi dulu." Pamit Gun pada mereka. Sepeninggal pria kecil itu, Alice mengeluarkan ponselnya.

"Off perlu tahu nggak?"

"Jangan bikin perang dunia ke empat deh. Tadi malem aja aku udah serangan jantung." New mengingatkan.

"Tapi ini pasti gara gara kemarin yang pertandingan berenang deh, New. Apalagi coba yang bisa bikin Gun dipanggil sama dosen kesiswaan."

"Ya udah tunggu dulu. Toh belum tentu juga kan."

"Ya udah lah." Alice kemudian mengurungkan niatnya untuk menghubungi Off.
####

Gun terkejut ketika memasuki ruangan Mrs. Siu, Off sudah terduduk manis di sana.

"Samat pagi Mrs." Gun memberikan wai lalu melirik sebentar ke arah Off yang menatapnya dengan pandangan serba salah. Mrs. Siu memberi gesture mempersikahkannya untuk duduk disebelah Off.

"Mungkin kamu sudah bisa menebak mengapa saya memanggil kamu kesini, Gun." Gun mengangguk pelan.

"Maafkan saya, Mrs., saya janji tidak akan terjadi lagi."

"Kamu beruntung Off hanya mengalami keram. Bisa kamu bayangkan jika lebih dari ini? Dengan apa kamu akan bertanggung jawab Gun? Dengan jabatan ayahmu?" Mrs. Siu tidak pernah takut dengan apa yang ia ucapkan. Itulah mengapa semua rekan memintanya menjadi dosen kesiswaan.

Off bisa melihat Gun sedang menahan emosinya sekarang. Tangannya dikepal erat, tubuhnya sedikit bergetar.

"Mrs. Siu anda keterlaluan sekarang." Off memotong pembicaraan mereka dengan tidak sopan. Gun seketika itu juga menggunakan sepatunya untuk menendang kaki Off. Tapi sepertinya dia tidak peduli. "Saya sudah bilang saya yang memaksa dia untuk mengijinkan saya bertanding. Mrs. bisa melihat melalui CCTV jika tidak percaya bahwa dia sudah melarang saya masuk ke dalam air. Ini semua tidak ada sangkut pautnya dengan Gun apalagi bapak Rektor." Gun mengernyitkan alisnya menatap Off.

"Kamu beruntung orang tuamu tidak menuntut, Off."

"Saya bisa menjamin saya memiliki orang tua yang bisa membedakan siapa yang salah dan siapa yang benar, Mrs. Tenang saja. Mereka tidak akan menuntut siapapun karena ini semua salah saya. Jadi bisakah anda mengijinkan kami untuk keluar?"

Mrs. Siu tidak bisa berkata apa apa lagi karena Off sendiri menyalahkan dirinya.

"Saya tidak mau mendengar kejadian seperti ini terulang lagi di semua cabang perlombaan. Kamu paham, Gun?"

"Khab, Mrs. Saya paham."

"Silahkan kalian keluar."
####

"Gun." Panggil Off setelah beberapa menit tidak bersuara sejak keluar dari ruangan Mrs. Siu.

"Aku lagi nggak mau bahas apapun, Off." Gun, dengan nada dinginnya membungkam Off. Jarak satu meter diantara mereka jelas menyuarakan bahwa kedua orang ini tidak memiliki hubungan yang baik.

"Sebenernya ada satu." Lalu Gun bersuara membuat Off bersemangat.

"Apa?!" Pekiknya senang lalu menyamakan posisinya sejajar di samping Gun.

"Tetap di belakangku."

"Ah..." Off menghentikan langkahnya menunggu Gun berjalan agak menjauh barulah dia bergerak. "Ada apa Gun?" Ulangnya setelah mereka sudah berada di jarak aman.

"Kamu, gimana kamu bisa tahu papaku rektor? Alice? New?"

"Hmmmm." Off berusaha mencari alasan yang tepat karena tidak ingin membuat Gun semakin kesal. Tapi sepertinya dia tidak menemukan satupun kecuali berkata jujur. "Hmmm. Teman papaku kenal papamu. Dia yang cerita ke papaku. Tapi jujur aku juga baru tahu, Gun, itupun karna aku kemarin menghubungi papaku. Jangan mikir macam macam kayak aku sengaja masuk ke fakultas ini atau apalah itu karena aku sama sekali nggak. Aku bersump..."

"Oke oke, Off. Ngga perlu bersumpah." Gun lalu mempercepat langkahnya meninggalkan Off yang memang seharusnya tidak sejalan dengannya.

"Maafin aku, Gun." Lirihnya sambil menatap punggung Gun yang semakin menjauh lalu menghilang di ujung lorong.
####

"Udah siap, Off?" Tanya Tay saat melihat sahabatnya ini merenung di tengah makan siang mereka.

Off menggelengkan kepalanya. Setelah ini seharusnya Off mengikuti babak final pertandingan debatnya. Namun bodohnya justru sejak semalam ia tidak memiliki keinginan sama sekali untuk mempelajari bahan perlombaan. Mengetahui temanya saja Off tidak.

"Jadi kamu berencana buat nyerah tentang Gun, nih?"

"Kok larinya ke Gun sih?"

"Katanya mau menang demi Gun. Udah ilang berarti tuh semangatnya"

"Jangan ngaco ya. Aku nggak bakal nyerah."

"Kamu keren sih Off. Aku iri kamu bisa sampai segininya. Si Non anak bu lurah yang aduhai aja kamu bilang kayak sapu harry potter, tapi bisa bisanya gara gara Gun kamu jungkir balik sampe kayak gini. Santet kali ya."

"Hush. Jaga mulut Tay."

"Tapi beneran kamu hebat. Aku salut."

"Kamu juga tar kalau nemu yang pas pasti bakal segininya kog Tay."

"Ya kalau nemu."

"Makanya kalau ada yang ngejar tu ya udah diterima aja. Bukan malah dihindari."

"Kamu ngomongin New?"

"Emang ada lagi yang mau sama kamu?"

"Sialan kamu Off." Lalu mereka berdua tertawa terbahak bahak sejenak melepas penat.

"Habis ini temenin aku balik dorm donk. Mau ambil bahan debat. Mau menang pokoknya ngga mau tau."

"Kurang 20 menit Off. Mana sempat bolak balik."

"Uik, udah jam segini ya." Off terkejut.

"Memang temanya apa?" Tay mulai ikut panik. Tapi Off hanya tersenyum kecut sambil mengangkat bahunya.

"Aku tanya panitia fakultas kita aja. Mereka pasti punya catatannya."

Tay tidak bisa menemani Off karena sebentar lagi pertandingan kudanya juga akan segera berlangsung.

"Semangat Tay!" Teriak Off sambil memasuki ruang perlombaan.

"Kamu juga!" Balasnya.
####

Off menyesali kebodohannya sendiri. Mengapa justru di saat final pertandingan debatnya dia malah kosong tanpa persiapan seperti ini? Sejak tadi dia berdoa supaya kali ini otak pintarnya akan berfungsi dengan baik.

Off duduk sambil melihat para peserta fakultas lain memperebutkan juara tiga dan empat. Diagugup, tapi tidak ada yang boleh tahu kecuali panitia lomba fakultas mereka yang jelas tahu Off belum mempelajari materi hari ini karena 20 menit sebelum dimulai, Off justru bertanya pada mereka apa temanya.

"Off, P'Gun ada di belakang. Dia mau bicara sama kamu sebentar." Mild, satu satunya panitia yang menjadi saksi kebodohan Off menyampaikan sebuah kabar yang paling tidak ingin Off dengar.

"Aku dengar kamu ngga siap untuk lomba hari ini?" Tanpa berbasa basi Gun mencerca Off dengan mulut dinginnya.

"Siapa bilang aku ngga siap?"

"Mild bilang kamu justru tanya sama dia apa temanya? Aku salah dengar?"

"Ya aku emang tanya, tapi bukan berarti trus aku ngga siap donk. Aku siap kok."

"Buktiin kalau gitu."

"Oke!"

"Udah sana balik."

Off menatap Gun sebentar sebelum berbalik sambil mematri kata menang di otaknya. OFF HARUS MENANG.
####

"Gimana?" Alice yang baru saja mendengar kabar kebodohan Off, melompat antusias saat melihat Gun kembali keruangan panitia.

"Dia memang pintar. Juara satu Al."

"What? WOW! Nyesel ah ngga kesana. Eh tapi ngga jadi nyesel sih." Lalu dia terkekeh sambil menutup mulutnya.

"Kenapa?"

"Ha?"

"Kenapa ngga jadi nyesel?"

"Ohhh, aku kan tadi di arena berkuda kan, trus..." Alice tidak bisa menahan kekehannya. "Trus Tay juara dua donk. New, kamu tahu kan kalau New kayaknya suka deh sama anak itu."

"Trus?"

"Trus waktu Tay keluar dari lapangan, si New, panitiamu yang nyebelin banget kalau sama orang lain itu malah lari trus lompat meluk Tay donk. Di depan semua orang woi! Bener bener di depan semua orang sampe bikin Tay pucet." Alice lalu tertawa kencang. "Saking pucetnya sampe waktu New udah lepas meluknya pun Tay masih kayak orang begok berdiri di pinggir lapangan."

"Hah?"

"Serius Gun, MC lombanya sampe harus ganti mic sama toa biar Tay sadar." Alice kembali tertawa mengingat kejadian itu.

"Ohhh..ya udah yang penting juara kan."

"Ih kamu ini ya, ketawa kek, apa kek, lempeng amat."

"Lagi ngga mood, Al."

"Gara gara Mrs. Siu?"

"Ngga kog..ngga ada hubungannya sama dia."

"Trus?"

"Ngga papa..kan pasti ada sehari dua hari kamu ngga mood tapi ngga ada alesannya kan."

"Hmmm. Iya sih."

"Ya udah gitu aja."
####

"TAY!" Teriak Off begitu mereka bertemu di ruang ganti lapangan basket. "Katanya juara dua, kog busuk gitu mukanya? Sini congrats dulu." Off lalu memeluk Tay sambil menepuk punggungnya.

"Kamu juga. Congrats uda juara satu." Balas Tay tidak bersemangat.

"Kenapa sih?"

"Kamu ngga denger kabar ada apa di arena balap, Off?"

"Apaan?"

"Tentang New tuh."

"New? Kamu sama New?"

"Hmm."

"Enggak. Apaan cepet!" Off menarik Tay ke salah satu bangku panjang untuk duduk di sana. Lalu setelah bermenit menit kemudian tawa Off meledak menyisakan Tay yang semakin bersungut.

"Astaga Tay! Sejak kapan kamu kalau kaget jadi bego?"

"Ya gimana ngga bego coba? Bayangin kamu di peluk sama cowok. Cowok yang jelas jelas kamu ngga suka. Beda cerita lagi kalau Gun tiba tiba meluk kamu. Pokoknya aku bego lah tadi. Udah ah jadi kesel inget inget lagi."

"Ya udah ah, yuk latihan aja!" Off lalu menarik Tay menuju ke tengah lapangan.
####

Malamnya, setelah seharian hampir lupa karena terlalu serius berlatih basket, Off kembali galau. Setelah mengumpulkan keberanian hampir dua puluh menit, dia akhirnya memutuskan untuk mengetuk pintu kamar Gun. "Gun..." Suaranya lirih seolah takut terdengar.

Tidak ada jawaban. Off sekali lagi mengetuk pintu kamar Gun. Setelah berdetik detik kemudian, suara kunci diputar terdengar jelas.

"Hmm?" Gun menyembulkan kepalanya tidak tertarik untuk membuka pintu lebar lebar.

"Ini," Off menyerakan dua bungkus roti coklat di depan wajah Gun. "Alice bilang dari tadi kamu ngga mau makan. Kalau ternyata emang gara gara kejadian tadi pagi, aku minta maaf..." Banyak sekali penyesalan tersirat di wajah Off.

"Off, kejadian tadi pagi ngga sepenting itu sampai aku harus mengorbankan makanku." Sampai detik ini Gun masih belum mengulurkan tangannya untuk mengambil dua roti di depan wajahnya.

"Oh..."

"Udah ya, aku masih banyak kerjaan. Makasih rotinya, tapi nggak perlu." Gun lalu menutup pintu meninggalkan Off dengan dua buah rotinya dalam keadaan kecewa.

Off menghela nafasnya dalam dalam.

"Sesusah itu ya cuma mau jadi teman." Off menyerah. Menyerah untuk malam ini saja, bukan menyerah mengejar Gun. Bukan...
####

Siang ini Alice dan New memutuskan untuk makan  berdua disalah satu sudut kampus. "Gila ngga sih New, ngga berasa ya tiba tiba udah tinggal besok aja pertandingannya." Alice bergumam disela suapan makan siangnya.

"Ngga berasa apaan!" New menyaut ketus membuat Alice tertawa terbahak bahak.

Bagaimana tidak ketus jika setelah kejadian di arena berkuda saat itu, Tay dengan terang terangan meminta New untuk tidak dekat dekat dengannya. Hampir satu minggu ini menyiksa batin New karena tidak bisa dekat dekat dengan mahasiswa baru pujaannya.

"Ngga nyangka lho kamu bisa begini. Aku pikir sampai lulus pun kamu bakal jomblo." Sindir Alice.

"Udah ah, ngga mau ngomongin itu lagi."

"Nanti ke lapangan kan?"

"Pertanyaan macam apa itu, Al? Masa ngga? Aku seksi kesehatan lho? Hari ini final basket futsal voli lho, bisa di buang Joss kalau sampai aku ngga ngapa ngapain."

"Dih, ngapain sih takut ma Joss. Emang dia jadi wakil sumbangsihnya apa? Keliatan aja ngga pernah. Aku aja kadang lupa kalau dia wakil. Kalau dia bukan anaknya Mrs. Luna sih udah pasti didepak dari panitia tuh."

"Santai Al, napa jadi marah-marah coba. Udah cepetan makan, kita mesti ketemu Gun dulu sebelum ke lapangan."

"Hmm..."
####

"Jadi gini ya, Off. Kalau basket udah pasti, aku cuma ngga yakin futsal sama voli karena tandingnya barengan. Doain aja ada salah satu yang mulainya telat. Tapi kalau sampai barengan, kamu di voli ya. Futsal udah oke." May, manager mereka baru saja memberikan briefing pada Off yang super sibuk karena tergabung di semua pertandingan final hari ini.

"Hmm." Jawab Off sambil melakukan pemanasan di tepi lapangan basket. "Ui Tay!" Off memekik saat melihat Tay baru tiba dilapangan. "Gimana?"

"Tiga bro." Jawabnya baru saja menyelesaikan perlombaan paduan suara.

"Congrats!"

"Thanks! Yuk semangat basketnya."

Mereka berdua segera berlari ke tengah lapangan bergabung dengan anggota team yang lain. Hari ini pertandingan terakhir mereka yang tentu saja akan melawan Fakultas Teknik yang terkenal itu. Tahun lalu Psikologi berada di posisi kedua dan selalu berakhir seperti itu. Entah bagaimana dengan tahun ini.

Beberapa hari terakhir ini Off benar benar fokus berlatih dengan mengabaikan semua hal yang bisa merusak konsentrasinya. Keinginannya untuk memenangkan pertandingan demi Gun semakin kuat tidak sejalan dengan Gun yang semakin mengabaikannya.

Peluit tanda pertandingan di mulai pun ditiupkan. Off tidak lagi peduli Gun menonton atau tidak. Terpenting untuk dia adalah memenangkan pertandingan meski harus berkali kali jatuh seperti sekarang. Salah satu lawan sepertinya sejak tadi dengan sengaja berusaha menjegal Off setiap kali dia berusaha melakukan tembakan tiga poin andalannya.

Ini adalah kali keduanya sejak 10 menit pertandingan di mulai, Off berlari keluar lapangan meminta pertolongan pertama untuk anklenya. Mr. Pom tidak memiliki pilihan selain terus memasukkan Off kembali ke lapangan karena lawan mereka berat sekali hari ini.

Skor sementara di pimpin Oleh Fakultas Teknik dengan 26:17. Off dan Tay serta anggota teamnya berlari ke sana kemari berusaha mencetak skor untuk mengejar ketinggalan mereka. Tay sudah mulai tampak kelelahan di babak ketiga karena sejak tadi starter team sama sekali belum beristirahat. Mr. Pom benar benar tidak memiliki pilihan lain.

"Semangat Tay! Semangat teman teman" Teriak Off di sela perpindahan ke babak terakhir. Skor sementara untuk fakultas teknik adalah 89:86. Walau hanya terpaut satu bola, mereka masih punya 10 menit terakhir yang di mana semua kemungkinan bisa terjadi. Kaki Off semakin berdenyut karena tidak mendapatkan istirahat sama sekali, tapi Off tahu dia masih mampu. Dia memiliki Tay dan team yang bagus, sehingga sebagai kapten, Off harus bisa membawa team mereka menuju kemenangan.

"Melihat dari pertandingan kalian melawan industri kreatif, kalian adalah team terkuat yang pernah kami punya. Saya menaruh banyak harapan di pundak kalian ya. Saya pikir kita punya kemungkinan besar untuk merebut juara satu tahun ini jika kalian bisa bekerjasama dengan baik." Off teringat kata kata Mr. Pom beberapa waktu lalu. Mengingat bagaimana pelatih mereka begitu yakin membuat Off kembali bersemangat.

"Ayo semuanya! Semangat! Semangat!" Teriak Off tepat sebelum pluit babak terakhir ditiupkan.

Entah karena semangat yang membara atau alasan lain, Off bisa merasa energi teamnya menguat. Dengan cepat mereka mengejar ketertinggalan skor mereka. Sekarang mereka bahkan memimpin dengan 96:93. Off semakin bersemangat saat Tay mendapatkan kesempatan melakukan tembakan bebas dua bola yang akhirnya membuat mereka berhasil memenangkan pertandingan dengan 98:93.

Mr. Pom berlari ke dalam lapangan begitu pluit tanda berakhirnya pertandingan ditiupkan. Ini adalah kali pertamanya dia merasakan juara pertama sejak diminta untuk menjadi pelatih di fakultas ini. Off dan Tay saling berpelukan tidak peduli dengan peluh yang menetes disana sini. Para mahasiswa yel yel berteriak kencang menggema diseluruh sudut lapangan. Setelah lawan main mereka selesai memberikan selamat, Off terdiam di tempatnya mencari keberadaan Gun.

Pria kecil itu ada di tempat bisanya bersama New dan Alice yang masih bersorak kegirangan. Off menatap Gun dalam putaran lambat seperti sedang bermain di suatu sinetron. Yang ditatap hanya bisa tersenyum kikuk sambil mengucapkan selamat lewat bibirnya.

"Eh?" Off lalu tersenyum lebar. Sangat lebar sambil mengucapkan terima kasih sebagai balasannya.

"Yuk Off, kamu harus segera berpindah ke lapangan voli." May tiba tiba muncul dan mengingatkan Off.
####

Pertandingan voli sendiri dimulai bersamaan dengan pertandingan futsal yang untung saja ditunda karena arenanya sedang di guyur hujan.

Untuk voli sendiri mereka tidak terlalu banyak berharap karena hanya Off dan dua anggota team saja yang benar benar bisa bermain voli dengan baik. Pada akhirnya mereka hanya berhasil merebut posisi ke tiga.

"Good job kalian semua." Teriak May sambil menggiring Off ke pinggir lapangan memintanya untuk berganti kostum futsal.

"Off." Lali laki jangkung itu tersentak mendengar suara familiar memanggilnya. Benar saja, Off berbalik dan menemukan Gun sudah berdiri di sana dengan tatapan cemasnya. Tentu saja ditemani oleh New.

"Aku rasa kamu ngga perlu ikut pertandingan Futsal." Ini adalah kali pertama mereka berbicara sejak malam itu. Off mengernyitkan dahinya.

"Memangnya kenapa?"

"Kakimu. Kalau sampai ada apa apa sama kakimu gimana?"

"Kamu khawatir Gun?" Off sedikit terkejut.

"Nggak. Aku nggak khawatir. Aku cuma ngga mau kalian kenapa napa aja."

"Bilang aja kamu khawatir apa susahnya sih." Off menimpali.

"Aku nggak khawatir, aku cuma ngga mau disalahkan lagi sama Mrs. Siu aja. Kamu ngga inget dia bilang apa sama aku pagi itu?" Gun tampak kesal.

"Ah..." Off paham.

"Hei kalian." Giliran New bersuara. "Jangan ribut donk. Malu..."

"Gun, aku jamin aku bakal baik baik aja. Kalau sampai kakiku sakit, aku berhenti main. Oke? Kamu ngga perlu khawatir tentang Mrs. Siu Gun. Aku udah bicara sama dia beberapa hari lalu biar ngga ikut campur sama urusanku. Kamu tenang saja, dia ngga bakal berani ngapa ngapain kamu."

"Huh?" Gun menatap Off dengan pandangan bertanya tanya. "Kamu ngancam Mrs. Siu bawa bawa namaku?"

"Aku ngga bawa bawa namamu, okay. Aku bawa namaku sama nama ayahku. Udah. Kalian ngga perlu khawatirin kakiku karna Mrs. Siu. Sekarang kalian balik aja ke bench. Ngga mau kena bola kan?"

"No!" New segera menarik Gun menjauh saat itu juga. "Semangat Off!" Pekik New.

"Thanks New!"
####

"Kog jadi Mrs. Siu sih Gun? Orang jelas jelas kamu khawatir sama kakinya kog. Kamu malu ya ketahuan khawatir?" New mencerca Gun begitu mereka kembali ke bench.

"Ih, emang gara gara Mrs. Siu kok. Kamu aja yang ngambil kesimpulan sendiri."

"Ya udahlah terserah. Awas kalau suatu hari kamu ngomel ngomel di depan aku gara gara Off sama orang lain ya." Ancam New.

"Ngga bakal. Hih!"

"Udah ah kalian ini." Alice menengahi. "Diem trus nonton. Udah!" Lanjutnya kesal.

Setelah kurang lebih 30 menit berlalu, New dan Alice kembali berteriak dan melompat girang dia atas bench karena fakultas mereka berhasil merebut posisi pertama di pertandingan ini.

"Off beneran gila sih. Gila! Apa apaan fakultas kita ini huh?!" Pekik New membuat Alice tertawa lebar.

"Off keren banget ngga sih. Fix aku fans nomor satunya sekarang!!! Dan kalian sadar nggak kalau semua pertandingan yang kita menangkan tu selalu ada Off kalau ngga Tay. Mereka gila sih." Pekik Alice membuat New sontak terdiam.

"Ups..." Alice menutup mulutnya membuat Gun kini tertawa geli.

"Udah ah yuk, kita balik siapain rapat evaluasi aja." Gun bangkit berdiri dari duduknya.

"Ngga mau kasih selamat ke Off dulu?" Tawar Alice.

"Kalian aja kalau mau. Aku balik." Gun lalu berlalu meninggalkan Alice dan New yang mau tidak mau mengikuti Gun saat itu juga.

Tay yang melihat Gun dan kawan kawannya keluar dari arena segera menghampiri Off di lapangan. "Off! Gun udah balik. Jangan di cariin terus." Tay menepuk pundak kawannya.

"Aw, dia ngga kasih selamat gitu." Off tampak kecewa.

"Jangan banyak ngarep. Yuk! Kamu masih mesti latihan band sama berenang buat besok.
####

Gun, New dan Alice yang sudah sejak tadi menunggu diruangan evaluasi mengeluh kesal karena panitia mereka selalu saja terlambat. Untung kali ini mereka bisa menyelesaikan evaluasi lebih awal dari pada biasanya.

"Joss." Panggil Gun setelah hanya tinggal mereka berdua di ruangan itu.

"Kalau ngga penting aku mau pulang."

"Aku cuma mau tanya apa tujuan kamu ikut kepanitian ini. Itu aja."

"Hmmm. Buat cari cewek? Atau, ya biar eksis aja." Jawab Joss santai.

Gun menghela nafasnya kesal. "Mrs. Kim tanya kenapa ngga pernah liat kamu di ruangan atau di lapangan. Aku juga ngga pernah liat kamu kecuali di rapat evaluasi."

"Jadi kamu ngaduin aku ke Mrs. Kim?" Joss tampak mulai emosi.

"Aku ngga ngaduin kamu Joss, aku cuman cerita kenyataannya aja sama Mrs. Kim."

"Kamu! Ngarang alasan apa kek. Kayaknya kamu emang sengaja kok." Nadanya semakin meninggi.

"Sengaja atau ngga sengaja kamu tetep ngga ada selama proses ospek ini. Banyak banget panitia ngomongin kamu ngga pernah muncul, malah kamu main ke fakultas lain ngobrol ma temen temen kamu itu. Trus aku mesti gimana? Ngarang kamu sakit perut tiap Mrs. Kim nanyain, Gitu?"

"Sialan ya kamu, Gun! Jangan mentang mentang ayahmu rektor ya trus kamu bisa sesombong ini. Aku bisa patahin kaki kamu sekarang juga!" Sentaknya membuat Gun sedikit menciut walau sebisa mungkin tidak ditampakkan.

"Aku ngga pernah pake nama ayahku buat apapun Joss. Aku ngga pernah jual nama ayahku buat dapet semua yang aku punya. Aku pakek otak dan tenaga aku sendiri. Ngga kayak seseorang..." Gun balas menyindir membuat Joss tidak lagi mampu menahan kekesalannya.

Dia bergerak cepat mendorong tubuh Gun yang kecil itu menghantam tembok hingga menimbulkan suara yang cukup keras. Tangannya menekan leher Gun membuat pria itu kesulitan bernafas.

"JOSS!" Off tiba tiba muncul dari pintu depan. Dia segera berlari dan mendorong Joss menjauh membuat Gun terbatuk beberapa kali sambil berusaha mengambil nafasnya yang sempat terputus.

"Apa apaan kamu! KAMU GILA YA!" Teriakan Off menggema. "Kamu aku laporin kasus percobaan pembunuhan MAU?!" Teriaknya tidak hanya membuat Gun terkejut, tapi juga Joss.

"PERGI KAMU SEKARANG!" Lanjutnya membuat Joss mengambil tasnya dan pergi dari ruangan detik itu juga.

"Gun..." Pekik Off panik sambil mengamati seluruh tubuh pria kecil itu. "Kamu ngga papa?"

"Hmmm. Aku ngga papa."

"Sini aku bantu beres beres. Kamu duduk dulu."

"Aku ngga papa Off." Ulang Gun.

"Duduk Gun."

"Off..." Panggil pria kecil itu penuh penekanan. "Aku ngga papa. Aku laki laki dan aku ngga selemah itu."

"Ta..."

"Pulang, Off. Aku bisa sendiri."

"Kalau gitu aku diam. Tapi jangan suruh aku pulang."

"Pulang. Sekarang." Ada nada tak terbantahkan di sana membuat Off tidak berkutik.

"Oke. Aku pulang. Kamu hati hati ya..." Off lalu dengan kecewanya keluar dari ruangan meninggalkan Gun yang masih berkutat membereskan barang barangnya seolah tidak peduli pada Off.

Hatinya terluka lagi...
______________________________💚

Continue Reading

You'll Also Like

13K 1.1K 17
berkhianat?,apakah semua itu benar?
3.6M 27.6K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
1.6K 156 5
BL romansa dewasa. Bright dan Win memiliki status sebagai om dan juga ponakan. Tapi bagaimana jika om dan ponakan itu saling menyukai, tetapi mereka...
996K 91.3K 53
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...