EPITOME: LUNISOLAR [TAEKOOK/V...

Bởi heyhduami

1.4K 185 6

He is the strongest, and the weakest person. Ketika pria paling kuat hancur, ia tidak sanggup menangis . - EP... Xem Thêm

P R O L O G U E
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10"
11"
13"
14"
15"
16"

12"

48 7 0
Bởi heyhduami

"Kau menyukai Seokjin-hyung, ya?"

Kekehan Seokjin menggema di rumah besar penuh kaca itu. "Kau tidak tahu? Kami bahkan sudah pacaran."

.

Telunjuknya mengusak bawah hidung berkali-kali hingga cupid bow memerah. Jungkook tidak percaya, bahkan susah untuk mencerna kenyataan bahwa Seokjin dan salah satu anggota family berpacaran.

Kau tahu?

Seperti dua orang yang saling mencintai?

Tidak terdengar seperti family mengingat cinta di antara mereka adalah obsesi seperti kasus cinta segitiga Taehyung, Jimin, dan Yoongi.

Jadi, apakah Jungkook harus bersyukur atau was-was? Bersyukur karena tameng Seokjin akan semakin tebal dari serangan makhluk buas, atau justru was-was karena Namjoon adalah salah satu dari makhluk buas?

Seperti pisau bermata 2. Jungkook tidak boleh bermain lotre.

Yoongi terlihat lebih aman karena kejelasan sikapnya yang melindungi Seokjin karena menginginkan sesuatu, justru membuat Jungkook lebih mudah mengambil sikap.

"Mau rokok? Ku dengar kau cukup addict." Namjoon mengulurkan sebuah rokok kretek yang diselipkan di ujung jarinya pada Jungkook.

Yang lebih muda mengambilnya tanpa basa-basi. Mengambil korek dan menyalakannya tanpa berucap apapun.

Tebing di belakang rumah Seokjin memang luar biasa indah, namun menakutkan secara bersamaan. Kau bisa melihat birunya lautan dengan suara ombak yang menenangkan, tapi juga bisa melihat badai dipenjuru lautan.

Sekarang musim dingin, angin di atas tebing sebenarnya tidak cukup baik, tapi kedua anak adam itu rupanya cukup betah untuk berlama-lama tanpa berbincang.

"Kami tidak pernah tahu nama keluarga kami. Semuanya memilih nama keluarga sendiri-sendiri. Karena aku dan Taehyung sangat dekat, jadi kami memutuskan untuk menggunakan nama keluarga yang sama."

Jungkook tidak tahu alasan mengapa Namjoon bercerita seperti itu. Tapi ia adalah pendengar yang baik, sehingga mulutnya bergumam, "Lalu?"

"Tidak ada. Hanya saja, mungkin aku sedikit mengerti dirimu. Kehilangan keluarga adalah hal terakhir yang ku bayangkan saat ini."

.

Flashback

"Aku ingin bicara, hyung. Bisakah?"

Jungkook hampir tak sadar diri di sela perawatan lukanya. Tapi ia masih mengerahkan tenaga untuk menarik atensi Hoseok yang hendak meninggalkan ruangan.

Hoseok tidak menjawab, tapi ia memutar tubuhnya. Melihat Jungkook yang bersandar pada headboard dengan dokter yang sibuk membersihkan luka-luka di tubuh berotot itu.

Pria yang dihormati Jungkook itu berdiri diam.

"Kau tahu tentang keluarga ku, bukan?" Hoseok masih diam. Tangannya dimasukkan ke saku, menunggu Jungkook kembali melanjutkan perkatannya. "Park Jimin yang melakukannya."

Sebenarnya Hoseok sudah menduga hal itu, tapi ia masih cukup terkejut.

"Tidak masalah jika kau tidak percaya, aku hanya tidak ingin berdiam diri." Jungkook mengangkat pandangannya ke arah Hoseok. Gurat tekad tergambar di wajah tampan yang penuh luka itu.

Hoseok menghela nafas. "Bagaimana dengan Taehyung? Kau tidak peduli jika dia tidak mempercayaimu?"

Tentu saja Jungkook peduli. Sangat peduli. "Setelah ini, aku tidak ada urusan apapun lagi dengan kalian. Jadi seharusnya tidak masalah."

"Kau benar-benar akan berhenti dari dunia yang sudah kau masuki selama 7 tahun?" Tanya Hoseok. Ia memperhatikan dokter yang mulai membereskan peralatannya di samping Jungkook.

Pemuda Jeon itu berdehem pelan sambil mengangguk. "Aku sudah mengatakan padamu akan pensiun dari beberapa bulan yang lalu, dan kau berjanji akan mengizinkanku setelah menyelesaikan kasus Jimin."

"Kau hampir membunuhnya."

"Tapi dia tidak mati."

Hoseok dapat melihat kepalan keras tangan Jungkook. Pemuda itu tampak menahan emosinya.

"Dia keluargaku, Jeon."

"Aku mengerti. Makanya aku tidak meminta apapun darimu."

Benar. Jungkook melakukan semuanya sendiri. Ia tidak berbohong soal menyelamatkan Jimin dari penjahat sialan itu, tapi ia juga tidak pernah mengatakan akan membiarkan Jimin hidup.

Dokter membungkuk kepada dua pemuda yang bersitegang di dalam kamar, lalu berjalan melewati Hoseok dan menutup pintu.

"Beristirahatlah. Aku tidak berniat membunuhmu karena selama ini kau sudah menjadi anjing yang baik."

Hoseok memutar tubuhnya, berjalan meninggalkan Jungkook yang menunduk dengan kerutan emosi di dahinya. Pintu tertutup, dan Hoseok menoleh ke sebelah kanannya.

Ada Namjoon yang menghisap rokok dalam-dalam, lalu berdesis sambil mengeluarkan asapnya.

.

Deru mobil membuat Hoseok berlari ke pekarangan, mendapati mobil milik Namjoon terparkir dalam keadaan mesin hidup.

"Taehyung!" Serunya. "Apa yang sedang kau lakukan?!"

Taehyung menoleh ke arah Hoseok yang berdiri di atas undakan dengan keningnya yang mengernyit kebingungan.

"Menemui Jeon Jungkook, dan jangan menghalangiku."

"Kau belum sembuh sepenuhnya, oke? Jangan bercanda!" Hoseok kembali melangkah mendekat, namun Taehyung lebih cepat menarik perseneling mobil bercat merah itu.

"Jaga Jimin untukku!"

Hoseok tercengang di tempat seiring mobil Namjoon yang menjauh dan semakin menghilang dari pandangannya. "Tapi kenapa juga dia memakai mobil Namjoon?"

Perjalanan ke Busan cukup lama. Macet dimana-mana, belum lagi lengan dan kaki Taehyung yang belum sembuh sempurna membuatnya sedikit kesulitan.

Sudah musim dingin, tapi pemuda bersurai cokelat itu membuka jendela mobilnya. Mantel bulu tidak begitu tebal, tapi entah mengapa hawa dingin terasa nyaman.

Ia kebingungan.

Kenapa juga batinnya terus berteriak ingin bertemu Jeon Jungkook? Alisnya yang datar berkedut. Ini pertama kalinya ia merasa khawatir kepada orang lain selain Jimin.

Tangan kanannya memutar stir dengan lihai. Melewati jembatan yang dipenuhi salju, dan memasuki lembah pinus di sisi kiri kanannya. Perjalanan ini mengingatkan perjalanan terdahulu bersama Jungkook ke Busan.

Ia ingat letak matahari yang saat itu bersembunyi di balik awan. Kemudian musik-musik indie yang diputar Jungkook dari radio mobilnya.

"Jeon." gumamnya.

Taehyung tiba di garis pantai. Diparkirnya mobil Namjoon di sisi jalan. Ia keluar dan bersandar di kap mobil. Tangannya menyilang di atas dada, memperhatikan matahari yang masih berada 45 derajat dari permukaan laut.

Ia berhenti selama beberapa menit. Ditemani burung camar yang beberapa kali hinggap di atap mobil atau tiang-tiang pagar.

Matanya menutup sembari menarik nafas panjang, kemudian mengeluarkannya. Taehyung beranjak, kembali ke dalam mobil dan mobil merah tersebut kembali ke jalurnya.

'Rumah Seokjin.'

.

Seokjin dan Namjoon sibuk couple bickering di meja makan, sedangkan Jungkook lebih dulu menyelesaikan sarapan dan tengah mencuci piringnya.

Ia melirik keluar jendela di atas wastafel, menampakkan langit gelap di garis laut. "Badai di musim dingin?"

"Hm? Badai salju?" tanya Namjoon seraya mengalihkan pandangannya ke arah Jungkook yang saat ini menggelengkan kepalanya sembari melanjutkan mengeringkan piring.

Bel rumah berbunyi beberapa kali, Seokjin mengernyit bingung. "Apa itu pacarmu, Kook? Selain kalian berdua, hanya pacar Kook-ie yang pernah kemari." Ujarnya tak yakin.

Namjoon dan Jungkook kembali saling berpandangan. Yang lebih muda menunjukkan raut sebal dengan alisnya yang menukik. "Dia bukan pacarku, oke? Biar aku yang buka pintu." Sungutnya disusul langkah yang sengaja dihentak-hentakkan.

"Dia selalu seperti itu?"

Seokjin mengerling ke belakang Namjoon. "Kelinci itu lucu kan?"

Derit pintu menggema di rumah besar Seokjin. Jungkook mendengus ketika melihat entitas yang sudah tidak mengejutkannya lagi. "Ini belum sehari dan kau sudah merindukanku?"

Taehyung memutar kedua maniknya. Menjilat bibir bawahnya sejenak sembari membawa jarinya ke leher Jungkook. Mengetuk pelan bagian tubuh dengan detak yang sudah tak beraturan tersebut, "Rindu tatomu."

"Tato?" Jungkook menangkap jemari Taehyung dan meremasnya pelan. "Bukannya kau masih sakit, hm?"

Taehyung menarik pelan tangan besarnya dan kembali masuk ke saku mantel. Menaikkan satu alis tebal lengkap dengan decakan tak sabar. "Di luar dingin sekali, tidak ada rencana menyuruhku masuk dulu?"

Jungkook memundurkan tubuhnya sedikit ceroboh. Agaknya sedikit salah tingkah akibat perilaku si hyung kesayangan barusan.

"Ada Namjoon kan?" Tanya Taehyung, tangannya sibuk melepas mantel dan menggantungnya di lengan.

"Bagaimana kau tahu?"

"Mobilnya terparkir di luar."

Jungkook mangut-mangut. Ia berjalan lebih dulu ke ruang makan yang diikuti oleh Taehyung. Pemuda itu memperhatikan seksama rumah besar Seokjin.

Mereka tidak ada disana.

"Hyung? Seokjin-hyung?" panggilnya agak keras.

"Kami disini. Kemari lah." Namjoon memunculkan kepalanya dari beranda, sebelum kembali menghilang di balik pintu berkawat.

Dua pemuda di ruang makan itu saling pandang, Jungkook lebih dulu kembali berjalan ke arah beranda. Membuka pintu dan berjengit akan dinginnya udaea di luar rumah.

"Oh, Tae!"

Taehyung mengalihkan perhatiannya pada sosok sang kakak yang berdiri di sisi sofa berselimut kain rajut. "Ada perlu denganku, hm? Bagaimana kau tahu aku disini?" tanya Namjoon.

"Bukan dirimu, tapi laki-laki beringas itu." jawabnya sambil menggedikkan dagunya ke arah Jungkook. Tidak lama ia memberikan salam singkat pada Seokjin yang sibuk menahan senyum gemasnya.

Namjoon tidak perlu banyak bertanya. Dia berada diposisi yang tidak diuntungkan saat ini. Ia tahu rahasia Jungkook dengan anggota family lainnya, termasuk masalah pemuda kelinci itu dengan Jimin.

Beruntung, otaknya baik dalam menganalisis segala situasi. Ia yakin ada sebuah pemicu yang mengakibatkan Jungkook melakukan hal tersebut pada Jimin.

Tapi apa yang bisa dia perbuat saat ini?

Untuk sementara, menonton dan kembali mengamati adalah pilihan yang terbaik. Jimin memang keluarganya, tapi Jeon Jungkook bukan orang yang harus menanggung semua kesalahan.

•••*•••

THANK YOU

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

78K 5.1K 68
Why did you choose him? "Theres no answer for choosing him, choosing someone shouldn't have a reason." - Aveline. ------------ Hi, guys! Aku kepikir...
100K 17.8K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
471K 47.1K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
310K 23.7K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...