Selamat Membaca❤
.
.
〰〰〰〰
Libur telah usai sekolah telah datang, satu bulan sudah Garuda dkk di sibuk kan dengan kegiatan belajar, belajar dan belajar.
Pernah sekali Garuda ingin lari karena tak bisa mengerjakan pr nya yang banyak dan menumpuk tetapi hal itu ditentang keras oleh Grizella.
Mengerjakan bukan sembarang kerjakan saja, setiap siswa akan dites kemampuannya dengan satu persatu maju ke depan dan menjelaskan apa yang ia buat.
Jangankan menjelaskannya, inti dari penyelesaiannya saja Garuda tak paham dan terpaksa lah Grizella yang harus turun tangan mengajari cowok itu hingga ia pandai.
"Sumpah bu Rin, saya nggak ngerti." Zayyan, untuk ketiga kalinya cowok itu merobek kertas miliknya.
Hari ini adalah hari percobaan matematika yang dimulai dari semester pertama mereka belajar. Dari mana bisa tau catatan saja mereka tidak punya.
"Kamu dari tadi ngeluh mulu, ya. Kerjakan!!" perintah Bu Rini.
Bukan masalah jika mengerjakan soalnya seperti biasa yaitu mencontek. Kali ini mata tajam Bu Rini mengabsen seluruh siswa agar tak bisa mencontek.
Contohnya Daffin, cowok itu hanya bisa pasrah kala dirinya lagi dan lagi ketahuan melihat jawaban Gardika dan pada akhirnya ia dipindahkan duduk dilantai depan sendirian dengan berandal kan selembar kertas saja.
"Ini apaan? mana bisa X dikali B," gumam Gardha benar-benar tak mengerti.
Mereka semua pun lebih memilih jalur aman daripada bernasib seperti Daffin yang sudah seperti orang gila didepan sana.
Ingin minta tunjuk pada Gardika tetapi takut ketahuan oleh Bu Rini yang kali benar-benar mengawas mereka dengan ketat.
"Walaupun ini bukan UH, tetapi ibu sudah menganggap ini seperti UH jika kalian mengerjakannya dengan mulus. Jika kalian berhasil mengerjakannya sendirian maka kalian tidak perlu melakukan UH," ujar Bu Rini.
Mendengar kata tak melakukan UH, sontak seluruhnya menegakkan kepala masing-masing dari rumitnya soal matematika.
"Benar ngga perlu peke UH bu?" tanya Garuda senang.
Bu Rini mengangguk mengiyakan. "Jika nilai kalian 90."
"Yah." Semuanya mendesah kecewa kala mendengar nilai '90' dari mulut Bu Rini.
Percuma saja, nilai 50 saja belum tentu dapat apalagi 90. Barabe, bagi Daffin saja nilai 50 lebih berarti dari pada nilai '0'.
"Peke UH aja buk, biar otak saya makin pecah." Daffin, cowok itu sudah benar-benar muak melihat kertas jawaban yang selalu ia pandang.
"Benar, buk. Saya udah ngga kuat. Ahh, perut saya sakit," ujar Garuda berbohong.
"Heh, disini yang berkerja otak bukan perut." Bu Rini menunjuk otaknya lalu menuju perutnya.
"Sama aja dong buk, otak saya berpikir keras sedangkan perut lapar banget buk," timpal Lemuel.
"Cari alasan saja, kerjakan sebaik mungkin dan sebisa mungkin jangan sampai nasib kalian seperti Daffin," ucap Bu Rini melirik Daffin.
Daffin hanya bisa menghela nafas pasrah, apa yang ia perbuat saat ini? ingin bertanya pada Gardha percuma saja, toh cowok itu juga tak mendapat jawaban.
"Buk?" panggil Daffin.
"Ada yang bisa ibu bantu?" tanya Bu Rini berbalik hadap Daffin.
"Ada, bu."
"Apa?"
"Carikan saja pacar kaya Garu. Biar bisa diajarin juga kaya Garu."
"Heh, kamu ya masih kecil juga udah pacaran segala, kerjakan saja soal kamu jangan berpikiran aneh," emosi Bu Rini.
"Saya udah gede kali, bu. Bentar lagi udah delapan belas umurnya," gumam Daffin.
"Kalau sudah siap taro dimana, Bu?" Uzi, cowok itu dengan entengnya membuat semuanya cengo dengan Uzi yang sudah menyelesaikan jawaban nya.
"Stt, kang. Bantuin." Daffin mulai berbisik pada Uzi.
Dengan santai Uzi melewatkan Daffin yang asik meminta jawaban nya. Uzi kembali duduk pada tempat semula dikarenakan jam istirahat masih lama.
"Daffin, mau kamu keluar?" Daffin menggeleng pelan pertanyaan Bu Rini.
Disini saja sudah rasa gila apalagi diluar bisa mati muda ia mengerjakan soalnya.
〰〰〰
"Lagi, yes gue menang." Zayyan berteriak heboh mendapati dirinya akan ditraktir Gardika selama satu minggu.
"Nggak, lo curang mana ada lo langsung kek gini." Gardika tak setuju dan mempraktekkan cara Zayyan bermain.
"Jangan berisik ganggu aja," bentak Uzi yang sedang tiduran di atas kursi kayu markas mereka.
"Bang, kalian kalau udah tamat kuliahnya ngga jauh kan? masih disini?" tanya Dito.
"Kalau gue sih disini," ucap Gardha di angguki Gardika.
Bagaimana pun Gardha dan Gardika tak akan pernah bisa dipisahkan satu sama lain. Jika Gardha bersekolah diluar, Gardika pun ikut bersekolah diluar seperti Gardha begitupun sebaliknya.
"Kalau gue terserah Queen," jawab Lemuel.
"Bucin banget, kalau Queen mau mati lo juga mau mati gitu?" tanya Zayyan serasa muntah.
"Nggak gitu juga," balas Lemuel kesal.
"Gue juga disini kayaknya, iya nggak Yan?" Daffin bertanya pada Zayyan.
Zayyan mengangguk saja.
"Kalau kalian?" Terakhir pertanyaan Zivo salah satu anggota Porus bertanya pada Garuda dan Uzi yang hanya diam.
"Luar," jawab Uzi singkat, padat dan jelas.
"Yah, nggak bisa bareng-bareng dong." Desahan kecewa keluar dari mulut Gardha.
"Lo bang?" tanya Ridho pada Garuda.
"Bokap gue nyuruh diluar tapi gue nggak mau, gue maunya sama Grizella terus," ucap Garuda.
"Kalian diluar? gue juga ikutan sama Garu," sambung Zayyan.
"Lah, elo ninggalin gue?" tanya Daffin sedih.
Zayyan menggeleng "Lo juga ikut," ucap Zayyan.
"Gue nggak bisa, disini aja otak gue serasa neraka apalagi diluar bisa hangus," ucap Daffin geleng-geleng memikirkan dirinya yang kuliah diluar negeri.
Garuda mematuti, sebenarnya ia juga tak ingin berpisah dari Grizella. Apalagi ia yang selalu bermanja pada Grizella. Lalu sanggupkah ia tak bermanja dengan Grizella nantinya. Haruskan Garuda membawa Grizella kemana pun ia pergi?
Apalagi jika dihitung waktu UN tak berapa lama lagi, itu artinya ia juga harus siap kehilangan Grizella dalam waktu dekat ini.
Terlebih lagi ini adalah paksaan papa nya dan papa nya berjanji ini adalah permintaan terakhirnya lagipula ini demi kebaikan Garuda juga.
"Gue juga dipaksa nyokap, kalau bukan karena mama sakit gue ngga mau," ujar Uzi menampilkan wajah terpaksa nya.
"Nanti kalau tante sophie udah sembuh, lo bisa batalin," ujar Gardika.
"Nggak segampang itu, saking senangnya mama sampai udah daftarin gue dan alhamdulillah nya gue keterima," ucap Uzi.
"Hebat lo, Zi. Udah lulus aja lo, lah gue? jangankan lolos ke universitas lulus sekolah aja belum tentu," ucap Daffin menertawai nasibnya.
"Sama, gue apalagi," sambung Zayyan sedih.
"Lah, kenapa elo pengen sekolah diluar juga?" seru Gardha.
"Yah, kepengen aja sih," ujar Zayyan menggaruk tengkuknya.
Garuda memandang anggotanya satu persatu. Mungkin jika ia sudah kuliah diluar Negeri maka ia akan berpisah dari Porus dan fokus pada kuliahnya saja supaya cepat selesai dan menikah dengan Grizella.
Untuk itu, Garuda akan menyerahkan jabatannya sebagai ketua Porus pada Dito. Garuda pun kurang yakin jika nantinya ia dan Uzi pergi maka Lemuel, Gardha, Gardika, Zayyan dan Daffin akan jarang berkunjung kesini.
Maka dari itu ia lebih memilih Dito untuk menggantikannya, ia percaya Dito bisa mengatasi semuanya dengan sendiri tanpa emosi yang berlebihan.
"Rencananya jabatan gue kasih sama Dito."
Dito terperanjat kaget, ia belum siap menjadi pemimpin Porus menggantikan Garuda apalagi ia baru kelas sepuluh dan nantinya kalau ia menerima tawaran Garuda ia baru kelas sebelas.
Garuda memberi anggukan pada Dito agar cowok itu menerima tawarannya. Dito menggeleng tanda tak setuju.
"Maaf, bang. Gue masih kecil dan gue belum bisa gantiin lo," ucap Dito tak enak.
"Walaupun lo masih kecil, kemampuan lo nggak kecil dan gue yakin lo bisa," ucapan semangat pun turun dari mulut Lemuel.
Garuda mengangguk menyetujui, begitu pula dengan Uzi yang juga setuju dengan pendapat Lemuel.
"Kenapa ngga bang Muel aja?" tanya Dito.
"Mungkin kalau Garuda sama Uzi udah ngga disini kita bakalan jarang kesini juga," ucap Lemuel yang diangguki semuanya.
"Lo bisa," ucap Garuda menyakinkan.
"Oke, bang. Gue coba," putusnya meski sedikit berat.
"Revo, lo gantiin Uzi."
Revo, cowok pendiam persis seperti Uzi menolak dengan keras hanya dengan gelengannya saja.
"Gue nggak bisa bang," tolak Revo.
"Lo bisa, kalau bukan kalian lagi siapa yang bisa nerusin Porus? gue harap partisipasi kalian dalam Porus membawa kejayaan untuk Porus," ujar Gardika.
"Gue juga berharap, porus bisa lebih baik dari ini dan porus semakin berkembang untuk kedepannya," harap Garuda.
Dito dan Revo mengangguk mengerti atas arahan yang disampikan Garuda. Kedua cowok itu hanya bisa pasrah atas apa yang dikatakan Garuda untuk kebaikan Porus kedepannya.
Garuda tersenyum hangat, Bosporus adalah geng yang membawanya dalam arti persahabatan dan kekeluargaan yang sesungguhnya.
Bospuros adalah segalanya bagi Garuda, Porus geng yang ia bangun satu tahun lalu dengan jerih payahnya bersama Uzi, Daffin, Zayyan, Gardha, Gardika dan Lemuel kini telah beralih pada generasi baru.
"Mulai besok, kalian akan resmi menjabat sebagai ketua dan wakil."
〰〰〰〰
Untuk cast kalian bisa check di instagram:
@Garuda.story_