I SHALL EMBRACE YOU

By Toelisan

21.8K 1.7K 91

[FOLLOW SEBELUM BACA] "Kita itu cuma dua orang yang saling kenal terus tinggal satu atap." ucap gadis itu. ... More

ISEY || CHAPTER SATU
ISEY || CHAPTER DUA
ISEY || CHAPTER TIGA
ISEY || CHAPTER EMPAT
ISEY || CHAPTER LIMA
ISEY || CHAPTER ENAM
ISEY || CHAPTER TUJUH
ISEY || CHAPTER DELAPAN
ISEY || CHAPTER SEMBILAN
ISEY || CHAPTER SEPULUH
ISEY || CHAPTER SEBELAS
ISEY || CHAPTER DUA BELAS
ISEY || CHAPTER TIGA BELAS
ISEY || CHAPTER LIMA BELAS
ISEY || CHAPTER ENAM BELAS
ISEY || CHAPTER TUJUH BELAS
ISEY || CHAPTER DELAPAN BELAS
ISEY || CHAPTER SEMBILAN BELAS
ISEY || CHAPTER DUA PULUH
ISEY || CHAPTER DUA PULUH SATU
ISEY || CHAPTER DUA PULUH DUA
ISEY || CHAPTER DUA PULUH TIGA
ISEY || CHAPTER DUA PULUH EMPAT
ISEY || CHAPTER DUA PULUH LIMA
ISEY || CHAPTER DUA PULUH ENAM
ISEY || CHAPTER DUA PULUH TUJUH
ISEY || CHAPTER DUA PULUH DELAPAN
ISEY || CHAPTER DUA PULUH SEMBILAN
ISEY || CHAPTER TIGA PULUH
ISEY || CHAPTER TIGA PULUH SATU
ISEY || CHAPTER TIGA PULUH DUA
ISEY || CHAPTER TIGA PULUH TIGA
ISEY || CHAPTER TIGA PULUH EMPAT
ISEY || CHAPTER TIGA PULUH LIMA
ISEY || CHAPTER TIGA PULUH ENAM
ISEY || CHAPTER TIGA PULUH TUJUH
ISEY || CHAPTER TIGA PULUH DELAPAN

ISEY || CHAPTER EMPAT BELAS

414 36 0
By Toelisan

[I Shall Embrace You]

-

-

Hai balik lagi

Happy reading~

-

-

-


Cia bangun dari tidurnya. Meski semalam bisa dikatakan gadis itu hampir tidak tidur. Setelah pertengkaran dengan Vian, entah kenapa sulit sekali bagi gadis itu untuk memejamkan mata.

Cia menoleh ke samping. Kosong.

Bahkan sampai pagi ini, Vian belum pulang. Semarah itukah Vian padanya? Cia menghela nafas. Sebenarnya laki-laki itu kenapa? Dia tidak habis pikir dengan pola pikiran Vian. Menyebalkan.

Cia turun dengan langkah gontai.

"Pagi, sayang," sapa Ratna.

Cia mengangkat kepalanya. Menatap Ratna yang sudah duduk di meja makan bersama Fery.

Tunggu, ada yang aneh.

Sorot mata Cia tidak berhenti memandangi punggung laki-laki itu.

"Vian udah pulang? Kapan?" Cia membatin.

Berbeda dengan Cia. Vian seolah kehilangan mood hanya untuk melirik ke arah Cia. Laki-laki itu menghindari tatapan Cia.

Ingin rasanya Cia menanyakan dimana laki-laki itu tidur semalam. Tapi urung karena melihat tingkah Vian yang seolah enggan berdekatan dengannya. Cia menghela nafas. Ia memilih pergi dan melewatkan sarapannya.

"Nggak sarapan?" tanya Fery pada Cia.

Cia tersenyum. "Enggak deh, Pa. Cia buru-buru. Cia pergi dulu Pa, Ma."

Fery dan Ratna mengangguk.

Fery mengerutkan keningnya, merasa ada yang aneh dengan suasana rumah pagi ini. Sedangkan Ratna memilih untuk tersenyum karena ia tahu apa yang terjadi semalam.

Cia menggerutu sepanjang jalan. Semua yang ia lakukan serba salah jika itu menyangkut tentang Vian.

Cia duduk di halte di perempatan. Rasanya bokongnya sudah mulai kebas karena kelamaan duduk. Salahnya juga karena pergi terlalu pagi. Selang beberapa menit sebuah motor berhenti di hadapannya.

"Ngapain di sini?"

Cia membelalakkan matanya. "Dimas?"

Dimas tersenyum. "Kamu ngapain disini?" laki-laki itu mengulangi pertanyaannya.

"Nunggu angkutan," jawab Cia.

"Vian kemana?" tanya Dimas.

Cia gelagapan. Tidak mungkin dia bilang kalau mereka sedang bertengkar. Gadis itu menghela nafas dalam-dalam.

"Heh?" Cia bingung harus memberi jawaban apa.

"Yaudah naik," ujar Dimas sembari tersenyum.

-

-

-

"Cia, semalem kamu kemana aja sih? Telfon aku nggak diangkat-angkat," gerutu Ranti ketika dua remaja itu tengah duduk di bangku tribun lapangan basket.

"Ketiduran," jawab Cia asal.

"Cia, kamu tahu nggak?"

"Enggak," potong Cia.

"Dengerin dulu, ihh!" Ranti memukul pelan bahu Cia.

"Apa?" tanya Cia yang mulai memasang telinga.

"Kemarin Vian pergi nyamperin pacarnya," ujar Ranti yang sedikit lesu.

"Pacarnya?" tanya Cia menyakinkan pendengarannya.

"Iya. Katanya sih pacarnya pingsan trus disamperin deh sama Vian ke sekolahnya. Sweet banget ya, Vian. Aku mau deh jadi istrinya kalau gitu." Ranti tersenyum mulai membayangkan hal yang bukan-bukan.

"Jadi kemarin Vian susah dihubungi karena nyamperin pacarnya?" Cia bergumam dalam hati.

"Pacarnya masih sekolah?"

Ranti mengangguk. "SMA kelas tiga."

"Trus nih ya, Vian--"

"Bisa nggak, jangan ngomongin Vian hari ini? Males tahu denger namanya." Cia menatap Ranti.

"Kenapa? Aku malah senang dengar namanya," jawab Ranti.

"Aku enggak." Cia memilih pergi meninggalkan Ranti yang mematung di tempat.

"Tuh anak kenapa sih? PMS kali, ya?" tanya Ranti pada dirinya.

-

-

-

"Denger-denger semalem ada yang tidur di kontrakannya Bewok nih," ucap Dimas pada Vian yang masih sibuk dengan laptopnya di gedung jurusan.

"Siapa?" tanya Vian tanpa menoleh ke arah Dimas.

Dimas tersenyum. "Ada lah, bocah tengil. Mata-mata gue kan banyak," ucap Dimas cengengesan.

"Oh," jawab Vian.

"Dan pagi ini, lo minta gue buat nganter Cia ke kampus. Kenapa? Kalian ada masalah?" tanya Dimas.

"Kemarin Dila pingsan," ujar Vian setelah hening beberapa saat. Dimas menolehkan kepalanya melirik ke arah Vian.

"Aku nyusulin dia ke sekolahnya." Vian enggan menatap Dimas.

"Kamu masih mendedikasiin diri buat Dila?" tanya Dimas tidak percaya. Vian tidak menjawab. Tapi Dimas lebih tahu bagaimana Vian.

"Kamu bukan orang tuanya, Yan."

"Tapi aku sahabatnya." potong Vian cepat.

"Tiga tahun ini dia ngelewatin hari-hari sulitnya. Karena aku!" ucap Vian penuh penekanan.

"Yan, apa yang terjadi tiga tahun yang lalu itu bukan sepenuhnya salah kamu."

"Itu salah aku dan aku punya tanggung jawab untuk itu."

"Dan karena itu, kemarin ponsel lo matiin?" tanya Dimas yang sudah gemas dengan sikap keras kepala Vian.

"Hah?" tanya Vian tidak mengerti.

"Kamu tahu nggak? Kemarin Cia udah keliling satu fakultas buat nyariin kamu. Ponsel kamu mati," ujar Dimas.

"Dia juga minta tolong sama aku. Kalau ketemu, bilangin ke kamu kalau dia bakalan pulang malam kemarin, karena penghitungan suara calon ketua BEM."

"Setahu aku, dia sampai telat rapat karena nyariin anda, Syamsudin." Sambung Dimas gemas.

Vian menghela nafasnya. Segera, ia bangkit dari duduknya. Melenggang pergi.

"Woi mau kemana?!" teriak Dimas.

Vian tidak menghiraukan teriakan Dimas. Dalam pikirannya hanya satu, Cia.

Dia harus bertemu dengan Cia. Laki-laki itu berjalan ke arah kelas Cia. Ia mengintip dari balik pintu. Setelah itu ia segera masuk ke dalam kelas. Semua mahasiswa yang ada di kelas itu seketika terdiam.

"Ada Cia, nggak?" tanya Vian ke salah satu teman satu kelas Cia.

"Cia lagi rapat di ruang BEM," jawabnya.

Vian mengangguk lalu keluar dari kelas itu. Laki-laki bertubuh tinggi itu melangkahkan kakinya ke arah ruang BEM yang terletak di sebelah lapangan basket fakultas.

Saat Vian sudah berdiri di depan pintu masuk. Tiba-tiba pintu terbuka, menampilkan seseorang yang sangat tidak ingin Vian lihat.

"Cia ada di dalam?" tanya Vian tanpa basa-basi.

"Ada urusan apa?" tanya Alvin.

"Ada di dalam, nggak?" ujar Vian datar.

"Kayaknya enggak," jawab Alvin santai.

"Kayaknya?" tanya Vian tidak yakin.

Pintu kembali terbuka. Menampilkan seorang gadis yang tidak asing bagi Vian. Gadis itu menatap Vian terkejut. Terkejut karena kehadiran Vian di sana.

"Kamu temannya Cia, kan? Dia ada di dalam?" tanya Vian pada Ranti.

"Heh?" jawab Ranti bingung.

"Kami mau rapat. Kalau ada urusan, tunggu aja." Alvin masuk ke dalam ruangan di susul oleh Ranti yang masih menatap Vian heran.

Tangan Vian mengepal kuat. Tidak ada pilihan, jika ia ingin bertemu dengan Cia maka dia harus menunggu.

Sudah satu jam lebih Vian berdiri di depan pintu itu. Tapi yang dicari tidak kunjung keluar. Ponsel Vian bergetar. Laki-laki menghela nafas lalu merogoh ponsel yang ada di saku celananya.

Dila.

Nama itu tertera di layar ponsel Vian. Vian menggeser tombol hijau lalu mendekatkan benda persegi itu ke salah satu telinganya.

"Kenapa, Dil?" tanya Vian ketika panggilan itu diangkat.

"Oke, aku kesana sekarang," putus Vian.

Laki-laki itu menatap pintu yang masih tetutup rapat. Ia menghela nafas, lalu pergi meninggalkan tempat itu.

-

Udah segitu dulu aja...




Vv, Nov 2020

Toelisan,-

Continue Reading

You'll Also Like

856K 12.2K 25
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
800K 95.8K 12
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
2.6M 131K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
3.1M 157K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...