"bukankah ini indah?"
Selena tersenyum lebar ketika menatap kristal-kristal yang bergantungan menghiasi taman tempat diadakannya pernikahan salah seorang bangsawan berpangkat Duke yang akan segera diselenggarakan dipertengahan musim gugur yang indah ini. Berbulan-bulan sudah ia menanti hari ini, hari dimana dirinya dapat melihat kedua tokoh utama mengikatkan janji suci seperti yang ia dirinya dan Albert lakukan pada musim semi yang telah lalu.
Tidak hanya dirinya, bahkan seluruh orang yang mengenal dua pasangan ini tentu tidak sabar menanti sang pengantin wanita menampakkan dirinya.
"Aku tidak sabar melihatnya!"
"Annika sahabatku akan menikah ya tuhan! Aku tidak percaya ini!"
"Itu dia!"
Mereka sontak mengarahkan pandangan mata tepat kearah seorang wanita dengan balutan gaun pengantin yang menawan. Disamping Annika berdiri sang kakak yang menjadi pendamping sementara dirinya menuju altar pernikahan dimana seorang Lucian tengah berdiri menatapnya lekat.
Annika yang menggandeng lengan kakaknya nampak tersenyum bahagia dan memegang erat buket bunga mawar merah ditangannya, berjalan diatas karpet putih melewati kursi para tamu yang sibuk menatapnya kagum.
Hingga keduanya sampai didepan altar, Rennald menatapnya sebentar dan tersenyum seraya menunjuk Lucian yang berjalan kearahnya.
"Berbahagialah."
Annika tersenyum dan melepaskan tangannya dari lengan kakaknya, berjalan mendekati Lucian yang mengulurkan tangan kepadanya. Baik keduanya sama-sama saling menatap satu sama lain, tidak percaya bahwa hari ini benar-benar akan datang pada mereka.
Lucian menyerahkan lengannya kearah Annika.
"kau siap?"
"Kupikir harusnya aku yang mengatakan itu kan? Kau terlihat lebih gugup dari aku. Lucian."
"Aku tidak gugup, tapi kaki ku yang tidak berhenti gemetar ini lah yang gugup!"
"Terserah saja, aku siap kok."
Mereka berdua tersenyum lebar satu sama lain dan berjalan menuju altar dimana sang pendeta sudah berdiri menunggu mereka berdua.
Annika dan Lucian berdiri berhadapan satu sama lain, pendeta mulai mengucapkan kata-kata sakralnya, menatap keduanya dan meminta persetujuan dari keduanya pula. Keluarga Annika menyeka sudut mata, terutama Yurian yang kini menangis tersedu-sedu melihat sang adik menikah, Selena tersenyum lebar dan sesekali memukul lengan Albert dengan bahagia, Hansel menghela nafas dan berusaha menenangkan diri dengan sesekali menatap kearah lain.
'harusnya aku tidak datang dengan dalih sibuk...'
Menyakitkan memang, tapi ia turut bahagia ketika melihat keduanya sama-sama tersenyum cerah dan menatap satu sama lain dengan penuh kasih. Ethan tidak mengatakan apa-apa dan tersenyum kecil melihat hari bahagia itu.
semua orang bahagia. Terutama saat kata-kata terakhir sang pendeta terdengar diantara sayup-sayup keheningan taman.
"Maka dengan ini, saya menyatakan bahwa kalian berdua resmi menjadi pasangan suami-istri. Semoga bahagia dan diberkati selalu."
Suara ricuh kebahagiaan terdengar diseluruh sudut taman, Annika menggandeng tangan Lucian dengan erat dan menatapnya hangat. Pria itu mengecup keningnya sekilas dan balas menatapnya hangat.
"Aku berjanji, kita akan bahagia selamanya."
Annika yang mendengar kata-kata itu, tersenyum senang. "Aku tahu kau akan melakukan nya untukku, dan untuk kita." Ia menatap kedepan, berusaha melihat masa depan secerah mungkin. Dan ia yakin ia akan bahagia. Sesuai dengan apa yang ia yakini dengan pilihannya untuk tetap tinggal disini, bersama Lucian disisinya.
Seperti Lucian yang menggenggam erat tangannya dan tersenyum lembut kearahnya, Ia dapat merasakan nya, kebahagiaan dimasa yang akan datang.
Seolah kata 'bahagia' yang dijanjikan waktu itu memang benar-benar datang padanya.
Pada jalan takdirnya.
"Aku mencintaimu Lucian."
"Dan aku lebih mencintaimu, lebih dari Yang kau bayangkan."
***
Bahagia? ya aku bahagia, sangat bahagia.
Cerita ini berakhir dengan baik, tanpa ada yang tersakiti, tanpa ada yang perlu disesali. Dengan akhir yang memuaskan, tidak hanya aku, yang lain juga. Selena dan Albert, Sienna dan Harry, Helena dan Elden, lalu yang mengejutkan nya lagi adalah Hansel dengan seorang Putri Duke dari kekaisaran Ireland.
Dan kebahagiaan ku semakin lengkap ketika melihat dua kakak beradik yang kini berusaha menanam sebuah pohon apel seraya bermain dengan kelinci dihalaman belakang Mansion.
Lysia Aileen Vallerius dan Aldwin Charrion Vallerius. Mereka berdua seperti kembar padahal berbeda dua tahun, Lysia dan Aldwin entah bagaimana menuruni mata merah milik Lucian dan memiliki rambut pirang milikku ku. Aku tidak percaya aku memiliki mereka dalam kehidupan ini.
Tidak ada yang aku inginkan lagi.
Aku—kami berdua—sangat bahagia.
Kutatap Lucian yang memelukku erat seraya menatap anak-anak yang sesekali tertawa karena tanah yang tidak sengaja mengenai pakaian mereka.
"Rasanya seperti melihat diriku yang dulu..."
"Hmm, mereka berdua mirip denganmu, aku sedikit sedih karena mereka berdua memiliki mata merah."
"Kalau begitu, mari kita buat satu yang bermata ungu."
Aku melepaskan pelukannya dengan paksa dan memanggil anak-anak untuk kembali kedalam, berbalik sebentar kearahnya dan menggelengkan kepalaku dengan cepat. "Tidak, terimakasih atas tawaran nya." Terakhir aku mengecup pipinya sekilas dan bergegas membawa anak-anak kedalam rumah, karena harus menyiapkan kedatangan Selena yang akan berkunjung kesini.
Aku berbalik sebentar dan melihat Lucian yang tertawa kearahku lalu menyusul langkah kami bertiga. Lysia yang mengoceh tentang dongeng yang diceritakan oleh Aldwin, dan Aldwin yang menatap datar Lucian yang sesekali merangkul ku.
Aku tidak menyangka aku akan memiliki keluarga kecil yang bahagia seperti ini.
Bersama Lucian.
'setiap momen yang kami lewati setiap hari setiap detiknya, akan aku ingat selalu...'
Aku menatap Lucian yang menatapku hangat.
Menunggu Bagaimana kisah kami akan berlanjut esok harinya.
*Lucian and Annika, diperjamuan pernikahan nya Hansel^^
• Note: Ext chap bakal update tidak beraturan. (Karena sekarang lun mau fokus ma Giselle and other projects^^ banyak loh btw)
Perkiraan paling sedikit mungkin lima chap sampai tujuh chap dan ada kemungkinan kapan-kapan di updatenya^^