Good Liar Boy VS Bad Liar Girl

By Koo_Alla

87 31 25

[GAK ADA PAKSAAN BUAT BACA+VOTE+COMENT+FOLLOW] Bagaimana jadinya, jika ada seorang cewek yang tak bisa berboh... More

Cowok Berjaket Denim
Join

Bertemu lagi

30 12 0
By Koo_Alla

Seorang cowok sedang duduk diantara lautan manusia. Duduk sendirian dibangku panjang. Sesekali mengecek ponselnya. Menunggu pesan dari teman-teman.

Dia, Alardo Andrian Ganendra. Biasa dipanggil Alardo ataupun Al. Cowok bermanik biru, sebiru laut. Dengan rambut warna coklat, hidung mancung dan juga kulit putihnya, menggambarkan hebatnya Tuhan, menciptakan manusia setampan dia. Dia salah satu mostwanted disekolah Hartana Jaya. Sekolah bergengsi, yang berada di Jakarta Selatan.

Saat dirinya sedang makan siang, tiba-tiba ponselnya bergetar. Ternyata ada telpon masuk dari salah seorang temannya.

"Halo Al, lo ada dimana?" tanya si lawan bicara.

"Kantin. Cepat kesini bangke. Lama banget lo!" sembur Alardo.

"Okey, okey gue kesana sekarang."

Langsung saja telepon dimatikan oleh si lawan bicara. Alardo mendengus kesal, setelah mendapat perlakuan tak baik dari temannya. Kemudian Alardo melanjutkan acara makannya kembali.

Hingga tak lama kemudian, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya.

"Eh anjrit!" jerit Alrdo kaget.

Si teman yang menepuk pundak Alardo malah terkekeh geli. Ternyata dia tak sendiri. Dia bersama seorang temannya lagi.

"Masih aja suka kagetan lo, Al," sahut cowok yang tadi menepuk pundak Alardo.

Dia Harrison Cio Adichandra. Biasa dipanggil Cio. Cowok paling bobrok diantara teman-temannya. Cowok yang sedikit penakut dengan tikus. Tapi senang bermain dengan kecoa. Nah bagaimna tuh? Yah pokoknya begitulah sifatnya.

"Berisik lo. Diem!" ujar seorang cowok yang tadi datang dengan Cio, kemudian melanjutkan bermain game online.

Dia Eros Gazza Aryaguna. Cowok paling galak. Merupakan satu-satunya coolboy di SMA Hartana Jaya. Badboy dan tentu saja seorang gamers.

"Hehehe. Sorry bang jago. Awas bang jago. Ampun bang jago." Cio malah lanjut nyanyi yang sukses membuat Eros melotot dengan galak.

"Lanjot mang Cio. Tarik sist!" koar Alardo yang ikut-ikutan bobrok seperti Cio. Cio hanya terkekeh, tak berani membuat keributan lagi jika sudah mendapat peringatan dari Eros.

Alardo juga ikut terkekeh, saat mengetahui jika Cio takut dengan Eros. Dirinya langsung melanjutkan makannya. Tapi belum juga satu sendok masuk kedalam mulutnya, seseorang menjitak kepala belakangnya dengan sedikit keras.

"Anjayani! Ganggu aja elah, gue mau makan, ada aja halangan," gerutu Alardo kesal kemudian menegakkan kepalanya. Seketika wajahnya kaku.

"Berani lo?!" seru seorang cowok yang tadi menjitak kepala Alardo. Seketika Alrdo terkekeh.

"Nggak. Tumben telat," balas Alardo santai.

Si cowok yang tadi menjitak kepala Alardo langsung memiting kepala Alardo dari samping. Setelah itu menjitaki kepala Alardo berkali-kali. Spontan Alardo berontak. Melawan balik si cowok itu.

"Lo ngapian sih, Jovan. Main jitak kepala gue aja. Emang gue salah apa sih sama lo," kata Alardo jengah.

"Salah apa. Salah apa. Nggak usah pura-pura nggak tahu. Lo kan yang udah ubah cat motor kesayangan gue," sahut cowok yang dipanggil Jovan oleh Alardo.

Alardo diam mematung. Wajahnya kaku kembali, saat memorinya kembali satu hari sebelumnya saat dia tanpa rasa bersalahnya,  mencoret-coret motor Jovan sesuka hatinya. Tapi itu tak berlangsung lama, kini wajahnya sudah terlihat santai.

"Emang lo ada buktinya? Enggak kan," pungkas Alardo santai.

"Ada. Gue punya buktinya,"

"Udah-udah. Kalian berdua ini, ada aja yang dirusuhin. Sekali-kali diem emang nggak bisa?" sela si cowok yang tadi datang dengan Jovan. Sedangkan Alardo dan Jovan hanya mencibirkan bibir mereka.

Si cowok yang tadi datang dengan Jovan, kini memilih untuk duduk diantara Alardo dan Jovan. Cowok itu paling berakhlak diantara teman-temannya. Namanya Dafandra Felix  Byantara. Orang-orang memanggilnya Felix. Cowok paling pintar, paling baik, dan paling waras.

"Pokoknya lo tanggung jawab. Lo harus, kudu bisa balikin motor gue lagi," tegas Jovan.

"Gue nggak salah. Lo aja nggak punya buktinya. Jangan asal nuduh orang sembarangan dong," seru Alardo kesal.

Ya dia hanya  pura-pura kesal. Sedikit info buat kalian, kalau Alardo ini juaranya  jika berbohong.

"Gue ada buktinya. Lo kemarin pake jaket denim yang ada lambang kepala elang putih kan. Ngaku nggak lo." Masih saja, Jovan melempar tuduhannya.

"Enak aja. Gue kemarin pake daster emak gue ya," ceplos Alardo asal. Seketika Cio dan Felix tertawa terbahak-bahak setelah mendengar Alardo berujar demikian.

"Nggak sekalian bikini aja, Al?" kekeh si Cio.

"Eeh bentar-bentar, lho tadi Jovan bilang jaket denim ada gambar kepala elang putih ya. Itu kan jaket punyanya gengster Eagler," kata Felix.

Seketika raut wajah Alardo dan juga Jovan berubah. Mereka tidak sengaja membicarakan jaket legendaris itu. Mereka berdua sudah berjanji dengan ketua pendiri geng Eagler, jika mereka berdua tidak akan membicarakan hal-hal tentang Eagler disekolah. Ditakutnya, malah semakin banyak orang-orang yang ingin masuk menjadi anggotanya.

Gengster Eagler adalah sebuah geng yang didirikan oleh seorang cowok, yang sekarang sudah lulus SMA. Hanya orang-orang yang memiliki kemampuan yang hebat yang bisa masuk kedalam geng itu. Dan Jovan serta Alardo sudah resmi menjadi anggota Eagler sekitar tiga bulan yang lalu. Mereka harus berhati-hati jika menggunakan jaket denim kebanggan Eagler, jika ingin terhindar dari beberapa macam masalah. Misal dikeroyok geng lain ataupun ditangkap polisi. Makanya hanya orang tertentu yang bisa menjadi anggota Eagler.

Tidak semua geng itu buruk. Meskipun Eagler adalah geng yang baik, tetap saja beberapa orang menilai buruk terhadap Eagler.  Apalagi kepolisian.

"Hussh. Diem. Jangan keras-keras," bisik Jovan.

Felix memutar kedua matanya jengah, "Elo yang ngomong keras nyet. Cepet beritahu kita, kalian udah resmi jadi anggota Eagler kan? Ngaku kalian?"

"E-eng--" Jovan yang ingin berbicara langsung terpotong oleh Alardo.

"Iya. Keren kan kita. Bisa jadi anggota resminya Eagler,"
sahut Alardo bangga.

Jovan kesal dengan Alardo yang menggumbar tentang Eagler. Jika ketua Eagler sampai mengetahui jika Alardo memberi tahu temannya yang lain, bisa habis dia. Dengan cepat Jovan menjitak kepala Alardo dengan keras.

"Alardo kampret. Sampai ketahu ketua habis lo," bisik Jovan.

"Kan ada elo. Elo rayulah dia. Pasti dia nurut kalo sama elo," balas Alardo santai.

"Enak aja. Lo yang kasih tahu ke mereka. Kenapa harus gue yang ngomong ke ketua." Jovan berkata kesal.

"Ya bantuin gue dong, Van. Masa sama sahabat sendiri lo tega." Alardo berkata sembari memelas. Jovan hanya mencibirkan bibirnya, tiba-tiba sebuah ide brilian muncul diotaknya.

"Boleh. Asal lo mau tanggung jawab," kata Jovan sembari tersenyum smrik.

"Ya Allah. Gue salah apa lagi sih. Tanggung jawab apa woy? Gue nggak ngehamili cewek!" seru Alardo kesal.

"Bukan gitu ogeb. Maksudnya lo harus bisa balikin warna motor gue lagi. Titik," ujar Jovan keukeuh.

"Udah gue bilang berapa kali sih, Van. Gue nggak salah. Nuduh aja teros, udah persis kek impostor lo."

"Gue. Ada. Buktinya."

"Mana?" tanya Alardo remeh.

Seketika Jovan mengambil ponselnya di kantong celana. Kemudian mencari kontak seseorang. Tak lama terdengar nada dering telepon.

"Iya. Halo bang?" sapa seorang cewek diseberang sana.

"BERNIKA, KE SINI LO. KANTIN, MEJA NOMOR DUA BELAS!"

Tak ada tanggapan dari si lawan bicara. Bahkan tak ada suara apapun yang terdengar, tapi telepon masih menyambung.

"BERNIKA, SEKARANG!"

"I-iya bang. Nika kesana sekarang."

Dengan segera Jovan mematikan sambungannya. Tersenyum remeh kearah Alardo. Teman-temannya malah bingung melihat Jovan yang menelpon seseorang dengan teriak-teriak tak jelas.

"Lo nelpon siapa sih, Van? Sampai segitunya lo teriak-teriak," kata si Cio yang mode on kepo.

Jovan tak menjawab pertanyaan dari Cio, dia masih menghadap ke arah Alardo. Sedangakn Alardo hanya membalas tatapan tajam Jovan dengan pandangan santainya.

"Bukti akan datang sebentar lagi," ujar Jovan. Semua temannya penasaran, kecuali satu orang. Ya Alardo, dia memang tak mengetahui siapa yang akan datang. Tapi dia tak ambil pusing dengan perkataannya Jovan.

Tiba-tiba dua orang cewek berdiri disamping meja mereka. Salah seorang cewek yang berambut ombre, dengan sedikit warna merah dan rambut dihiasi bandana maroon dengan motif bunga-bunga, menatap Jovan dengan kesal. Sedangkan cewek yang satunya hanya menatap ke arah lima mostwanted dengan malu-malu.

"Abang, udah Nika kasih tahu berapa kali sih. Kalau nelpon jangan teriak-teriak. Kasian yang abang telpon. Kalau entar telinganya mati rasa gimana? Abang mau tanggung jawab?"

Beberapa kata terlontar mulus dari bibirnya Nika. Bahkan Nika tak menyadari tatapan kaget yang bercampur kagum dari keempat teman abangnya.

"Van, pacar baru lo?" tanya Cio tanpa berkedip.

"Bukanlah. Dia adek gue," balas Jovan.

Nika tersadar, kemudian mengendarkan tatapannya keseluruh meja. Memindai keempat wajah teman kakaknya.

"Eh ada temen-temennya abang. Maafin Nika ya, kakak-kakak. Nika kalau udah kesel sama Abang Jovan, suka nggak lihat sikon," kata Nika kemudian terkekeh yang malah membuat keempat cowok dihadapannya terpesona.

"Cantik bener adek lo. Eh kenalan dong dek," ujar Felix yang langsung melek kedua matanya.

"Hai kakak-kakak semua. Perkenalkan namaku Nika. Nama panjangnya Bernika Zelene Bagaskara. Adiknya bang Jovan Aldabaro Bagadkara. Suka permen, suka es krim, suka cake, tapi nggak suka sakit gigi." Nika memperkenalkan diri.

Langsung saja Cio dan Felix berebutan menjabat tangan Nika. Yang sukses membuat Jovan menggeram kesal.

"Hehehe, adek lo cantik sih, Van. Buat gue aja deh," kata Cio tak tahu malu.

"Enak aja. Buat gue aja, gue limidit edition lho," sambar Felix.

"Lo berdua berani deketin adek gue, habis lo," ancam Jovan.

Nika terkekeh geli saat melihat raut ketakutan dari Cio dan Felix. Kemudian dia mengendarkan tatapannya lagi. Hingga kini dia menatap seorang yang sedari tadi hanya diam saja, melihat dirinya dalam diam.

"Eh ada cogan lagi. Hai cogan, kita ketemu lagi," ujar Nika sembari melambaikan tangannya ke arah Alardo.

Seketika Jovan langsung tersadar. Dirinya menyuruh Nika dan temannya untuk duduk disamping Jovan.

Jovan menghadap ke arah Alardo tersenyum remeh, "Lo mau bukti kan. Ini buktinya. Bernika, ceritain kejadian kemarin soal motor abang," perintah Jovan tegas. Nika mengangguk patuh.

"Kemarin ada si cogan sedang menggambar di motor ninja abang. Awalnya Nika nggak tahu kalo itu motor abang. Setahu Nika itu motor miliknya si cogan. Nika yang lihat cogan itu kelihatan asyik banget, terus Nika mau ikutan gambar. Nah setelahnya Nika dikasih satu botol pilox sama si cogan. Terus Nika sama si cogan gambar bareng dimotornya abang. Setelah itu si cogan pergi gitu aja, mana lagi si cogan buang sampah sembarangan." Nika bercerita sembari sesekali menunjuk ke arah Alardo, saat dirinya mengatakan kata 'cogan'.

Jovan tersenyum penuh kemenangan, "Mau ngeles gimana lagi lo. Udah tahu kan kalo lo salah. Pokoknya lo harus balikin motor gue jadi merah."

"Van, adek lo nemu dimana? Polosnya masih natural, pengen gue buang ke laut selatan," balas Alardo kesal.

Pasalnya Alardo tak menyangka jika Nika sangat, sangat polos dan juga tak bisa berbohong, meskipun hanya sedikit saja.

"Ihh cogan. Nika jangan dibuang dong, entar kalau Nika dibawa pergi putra duyung, Nika nggak bisa pulang ke rumah. Oh iya nama cogan siapa? Dari kemarin Nika belum tahu namanya."

Alardo mulai kesal akibat kebohongannya langsung terungkap akibat sifat Nika yang tak bisa berbohong. Sedangkan Jovan sudah tertawa terpingkal-pingkal akibat raut wajah Alardo yang menahan kesal.

"Lo harus balikin motor gue. Awas aja kalau lo nggak mau, siap-siap lo angkat kaki dari Eagler," ancam Jovan. Padahal Jovan bukan ketua Eagler, tapi dirinya memiliki sebuah hubungan istimewa dengan si ketau.

Alardo mendengus kesal, "Iya iya. Entar gue balikin warna motor lo."

"Nah gitu dong," ucap Jovan senang.

"Eh, kenalan yuk kak. Nama kakak siapa?" tanya Nika sembari mendekatkan tubunya ke arah Alardo.

"Hem. Alardo," sahut Alardo kesal. Dia kesal dengan sifat Nika.

"Harus jabat tangan dulu dong kak. Biar afdol,"

Dengan malas Alardo mengulurkan tangannya. Dengan cepat Nika membalas uluran tangan Alardo.

"Bernika. Khusus buat kak Alardo panggil aja sayang." Nika kemudian tersenyum manis setelahnya melepaskan tangan Alardo.

Cio dan Felix maju. Giliran berkelanan dengan Nika.

"Halo gue Cio."

"Halo kak Cio. Aku Nika," balas Nika manis.

"Kalau gue Felix. Gue paling pintar diantara mereka semua," ujar Felix.

Nika membalas uluran tangannya Felix sembari terkekeh senang. Kemudian pandangannya jatuh ke arah Eros.

"Kalau dia? Siapa namanya kak?" tanya Nika takut-takut. Karena Nika merasakan aura dingin yang keluar dari tubuh Eros.

"Kalau dia namanya Eros. Lo jangan deket-deket dia. Dia anti sama cewek," jawab Cio.

"Oh okey kak."

"Eh temen lo siapa namanya. Dari tadi cuma diam aja," kata Cio sembari menunjuk seorang cewek disebelahnya Nika.

Nika kemudian menoleh kearah samping, disana temannya sedang menunduk malu.

"Ayo El, kenalan dulu sama temen-temen abang," ujar Nika lembut ke arah temannya.

Si cewek kemudian mengangkat kepalanya, "Halo kakak-kakak semua. Perkenalkan namaku Elena Arabella Dewari. Aku temennya Nika. Kaka-kakak terserah mau manggil aku apa. Tapi kebanyaka orang-orang manggil aku dengan Elena," terang Elena manis.

"Hem, boleh dipanggil apa aja kan?" tanya Cio. Dan Elena mengangguk setuju.

"Asal masih dinama Elena, Gak papa dipanggil lain."

"Kalau Ena?" tanya Cio. Seketika Alardo, Jovan, Felix dan juga Eros menatap ke arah Cio dengan pandangan horor.

"Boleh," balas Elena.

"Okey deh. Ena rumah lo dimana? Nanti pulang sekolah bareng sama gue ya?"

"Eeh, nggak boleh. Nanti Elena sama Nika mau pergi ke mall. Kak Cio kapan-kapan aja pulang bareng sama  Elena," pungkas Nika melarang.

"Yah, padahal pengen pdkt. Langsung gagal aja. Padahal baru uji coba," gerutu Cio. Felix langsung terbahak mendengar gerutuan Cio.

"Tenang Cio. Kalao lo masih gagal, kan bisa coba lagi. Hahaha," balas Felix. Cio tambah menggerutu kesal.

"Eh mau masuk nih. Bang, Nika balik ke kelas dulu yah. Abang jangan kangen sama Nika ya?"

"Idih. Ogah banget gue kangen sama curut kayak lo. Sana balik ke kelas. Belajar yang bener," balas Jovan.

"Iyah. Abang juga belajar yang bener. Bye abang."

Nika dan Elena langsung pergi setelah berpamitan dengan para kakak kelasnya. Sedangkan Alardo, Cio dan Felix masih menatap tubuh dua cewek itu yang mulai menjauh.

"Van, adek lo masih polos ya. Gue toxic-in mau? Greget banget gue," ujar Cio.

"Berani ganggu dia, lo berhadapan sama gue," ancam Jovan.

"Canda, canda. Elah gue cuma bercanda. Nggak usah sampai segitu juga lihatin guenya. Bikin merinding aja."

"Dah ayo balik, Van," ajak Felix. Kemudian Jovan berdiri mengikuti Felix. Sedangkan Cio dan Eros berjalan ke arah yang berlawanan. Dan Alardo masih duduk dibangkunya.

Jovan memutar badannya, menghadap ke arah Alardo. "Jangan bolos lo Al. Nilai lo udah merah semua. Jangan bikin malu bonyok lo!" teriak Jovan.

"Bacot lo. Udah sana balik ke kelas," balas Alardo sengit yang sukses membuat Jovan tertawa lagi.

Mereka memang lima sekawan. Lima mostwanted, dan juga lima sifat yang berbeda. Persahabatan mereka ada karena mereka sering main bersama. Tapi kelas mereka berbeda. Jovan dan Felix masuk ke dalam 11 MIPA 1. Cio dan Eros masuk ke dalam kelas 11 IPS 1. Sedangkan Alardo sendiri masuk ke dalam kelas 11 IPS 4. Meskipun mereka berbeda kelas, persahabatan mereka masih terjalin. Dan akan tetap begitu samapai mereka beranjak dewasa.

TBC
Minta dukungan dari kalian semuanya. Biar author tambah semangat.

Continue Reading

You'll Also Like

572K 21.2K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

481K 22.9K 48
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
4.9M 369K 52
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
834K 71.9K 44
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...