My Every "First" With You

By KacamataSenja

348K 25.4K 5.9K

(Completed || Warning!! 21+++) Jatuh cinta pada padangan pertama?? Kalau kata kebanyakan orang sih "meh, man... More

Wow!
Alice to the Rescue
Katanya sih Kebetulan...
Gun Lihat!
Bermula dari Keram
Off dan Tay si Primadona
Gun dan Cinta itu Musuh Bebuyutan
Som Tum dan Salep
Joss...
Pertama Kali Ngebentak Dosen...
Off Jumpol Ngeselin!!
Gun Aneh.
Gun dan Syaraf Syaraf di Otaknya
Pertama Kali Nangis di Depan Orang...
Aku Nggak Bakal Pergi...
Akhir Perjuangan.
Perjuangan Baru dimulai...
Jarak Lima Meter
Tau kalau disayang...
Cemburu Tanda?
Gun Punya PR...
Jawaban PR Gun.
Off Menyesal.
Mereka Memang Aneh.
Bodoh Banget Marah Sama Off.
Jangan dibuat Ribet Kayak Drama Televisi (18+)
Super Sibuk : Pasangan Aneh yang Menjijikkan
Super Sibuk: Tumbang.
Ngambek.
Jangan Kayak Gini Lagi Ya...(20+)
Pergi dari Zona Nyaman.
Mr. Jumpol (21+++)
Salah Paham.
Kekacauan Kecil Lainnya.
Keceplosan karena Mulutnya Bodoh.
Aula I'm in Love (21+++)
Ada Begitu Banyak Cinta untuk Gun.
Baru Juga Hari Pertama.
Hobby Cari Masalah.
Ancaman Baru??
Gagal Lagi...
Pitt vs OffGun = 1:0 (21+++)
Cinta tidak selalu Rainbows and Butterflies
Je T'aime Aussi Mon Amour...
Hukuman...
Kebetulan Tidak Masuk Akal Lainnya.
Hari yang Santai...
Gempur (21+++)
Nggak jadi Berlayar?
Get to Know Off...
Kalau udah Panggil Sayang, Luluh deh...
Jadinya Suka Siapa Sih?
Momay...
Kenapa Sih?
Momay Ngeselin? Yakin?
Bayar Hutang (21+++)
Selalu Ada Ada Aja...
Another Surprises???
Till We're Grey and Old
Another Pair.
Apart... (S1 Last Chapter)
PENGUMUMAN

Tameng

5.9K 585 29
By KacamataSenja

Bangkok, Chulalongkorn University
Juli, 2020

---------------------------
2 November 2020
---------------------------

"Mungkin kalau ngelamun bisa bikin tugas tugas ini selesai, aku mau ikut kamu ngelamun juga." Sindir Tay pada Off yang sejak tadi hanya memandangi televisi di kamar milik Off.

"Tay, menurutmu apa aku terlalu berlebihan ya? Maksudku kalau kamu tiba tiba didatangi orang yang ngga kamu kenal trus dia mau nemenin kamu makan gitu kamu risih ngga sih?"

"Hmm...Kalau cantik sih aku ngga masalah." Tay kemudian terkekeh bodoh.

"Maksudmu aku kurang tampan gitu?" Off menatap Tay tidak percaya.

"Ya tapi kan kamu laki laki, Off. Dia juga laki-laki. Jadi mungkin itu yang bikin dia ngga nyaman kali ya. Oh, belum lagi kamu bilang kalau mau pdkt kan. Mungkin kalau kamu ngga ngomong, dia ngga bakal se anti itu sih." Respon Tay kali ini membuat Off berpikir.

"Jadi ini maksudnya aku berlebihan kan? Trus aku harus gimana donk Tay. Aku bisa lihat dia kan cuma waktu makan siang aja. Selebihnya waktu kita habis buat latihan. Gimana donkkkk!" Off merajuk sambil mengguncang guncang bahu Tay keras membuat pria itu kalang kabut.

"Woy! Stop! Kepalaku bisa lepas Woy!" Pekikan Tay menghentikan keusilan Off.

"Ya trus gimana?"

"Mau coba sekali lagi? Maksudku datengin dia waktu makan siang. Sekali lagi aja. Terakhir. Kalau dia masih nolak ya udah relain aja sih. Cari yang lain gitu, yang imut juga kan masih banyak, Off. Aku juga imut kan." Off membelalak ngeri.

"Najis, Tay."

"Aw..."

"Tay!"

"Udah ayo kerja dulu, ini harus dikasi ke Mr. Pom besok pagi Off. Besok pagi."

"Oke! Aku bakal coba sekali lagi." Off sama sekali tidak mendengar ucapan Tay.

"Terserah lah..." Tay mendengus kesal.
####

Pagi ini Gun datang ke kampus dengan perasaan yang bercampur campur. Memikirkan saran Alice semalaman membuat dia untuk pertama kalinya dalam hidup memiliki lingkaran hitam di bawah mata. Sudah berkali kali sejak lima belas menit yang lalu dia menguap seperti kekurangan tidur.

"Gun, kamu masih mikirin omongan anak anak kemarin?" New tiba-tiba saja muncul di sebelah Gun dan menatapnya prihatin.

"New...Engga kok. Aku ngga peduli mereka mau mikir apa tentang aku." Gun tersenyum mencoba untuk tampak tegar walau dia tau bahwa dia terluka.

"Kamu boleh lho Gun cerita ke aku kalau ada apa apa. Aku tahu emang mukaku ini serem, tapi hati aku ngga nyeremin." New terkekeh canggung. "Nih, kamu hari ini belum minum vitamin kan? Semuanya sudah tinggal kamu aja."

"Ngga salah milih kamu jadi seksi kesehatan. Thank you."

"Namanya juga keinginan menjadi dokter yang tidak tersampaikan. Makasi ya udah pindahin aku ke seksi kesehatan. Padahal waktu Joss masih jadi ketua, aku udah ngerengek berkali kali buat dipindahin ke sini, tapi katanya badan aku yang gede lebih cocok jadi perlengkapan. Kan kesel." New yang merajuk membuat Gun tersenyum geli. Senyum pertamanya hari ini.

"Udah yuk ke ruangan. Udah hampir dateng semua mahasiswanya."

"Oke, semangat pak ketua!" Pekik New sambil menepuk nepuk kedua pundak Gun dari belakang.

Sesampainya di sana, Gun segera melangkah ke arah podium membuat seluruh manusia manusia yang ada di ruangan mendadak terdiam.

"Selamat pagi semuanya, hari ini kalian tidak akan berada di dalam ruangan untuk mempelajari yel yel seperti kemarin. Kami akan membawa kalian untuk melakukan rally fakultas agar kalian bisa lebih mengenal tempat ini. Sekarang silahkan berdiri dari tempat dan ikuti para kakak maping masing masing. Untuk kelompok delapan, saya sendiri yang akan menemani karna kakak maping kalian tidak bisa hadir.
####

"Sekarang kita akan menuju ke Sport Center milik Chula, di sana ada lapangan berkuda, kolam renang, lapangan badminton, lapangan tennis, panjat tebing, sepak bola, futsal, voli dan juga basket." Jelas Gun sebelum kemudian langkahnya terhenti membuat para mahasiwa mau tidak mau ikut berhenti juga.

"Kak?"

"Ah maaf, ayo!" Ajaknya pada mereka sambil mulai cemas. Lapangan basket. Gun lupa jika mereka menuju ke lapangan basket, itu berarti dia akan bertemu dengan Off. Akhirnya dia memutuskan meletakkan lapangan basket di urutan terakhir agar emosinya tetap stabil.

Gun sudah mulai bisa mendengar suara bola yang dipantulkan. Hatinya semakin was was kali kali Off akan mencari masalah dengannya. Tapi untungnya tidak. Bukan tidak mencari masalah, tapi Off tidak ada di sana.

Sambil menjelaskan kepada mahasiswa baru, mata Gun sesekali mencari keberadaan Off. Bukan karena ingin melihatnya, tapi karena takut pria itu tiba tiba muncul lalu mengacaukan konsentrasinya.

"Kak..." Panggil salah satu mahasiswa saat Gun tak kunjung beranjak dari tempatnya berdiri. Pria kecil itu tersentak dari lamunannya, lalu dengan cepat bergerak membawa mereka untuk kembali.
####

"Kamu tolong bantu aku handle yang ada di sini ya, aku sudah ditunggu dari tadi nih." New yang biasanya cukup tenang dalam menghadapi sesuatu tiba-tiba sekarang tampak panik. Gun yang baru saja kembali ke ruangan menjadi heran.

"New?"

"Gun. Hi! Aku mesti ke klinik. Pria kesayanganmu baru aja kecelakaan ringan di lapangan. Aku ngga tahu kenapa, tapi rasanya aku mesti segera kesana deh, Mr. Pom kedengaran khawatir gitu." Ucapnya cepat sambil meninggalkan Gun yang masih berusaha mencerna kalimat New.

"Pria kesayanganku?" Gun mengernyitkan dahinya. "Mr. Pom? Mr. Pom basket? Pria kesayanganku? Huh?" Gun masih mengira ngira. "Oh astaga, jangan bilang yang dia maksud itu Off? Pria kesayangku? Yang benar aja astaga..." Gun yang kesal menendang sebuah spidol yang tak jauh dari tempatnya berdiri kesembarang arah.

"Kamu benar benar bisa mati muda kalau kerjaannya marah marah terus, Gun." Joss yang datang tanpa suara berhasil mengejutkan Gun.

Melihat itu mau tidak mau Gun teringat apa yang dikatakan Kao beberapa waktu yang lalu.

"Aku rasa kamu akan lebih cepat mati daripada aku." Ketusnya membuat Joss tertawa sinis.

"Jangan kasar Gun, perbaiki sikap kmumu itu atau bakal makin banyak orang yang nggak suka sama kamu." Kentara sekali Joss sedang menyindir, tapi Gun tidak peduli.

"Simpan buat kamu sendiri, Joss." Lalu dia pergi dari sana tanpa lupa membawa bekal makannya.
####

"GUN!" Panggil Alice dari jauh membuat pria itu berhenti melangkah tepat dianak tangga pertama menuju ke lantai dua.

"Hmm?"

"Kali ini aku benar benar butuh bantuan. Serius." Alice terengah engah karena mengejar Gun.

"Jelaskan."

"Oke, kamu tahu kan maping nggak boleh ninggalin mahasiswa mereka. Trus kamu juga tahu kan seksi perlengkapan dan konsumsi sama acara lagi rapat dengan teknisi. Trus kamu juga tahu kan kalau seksi dokumentasi nggak bisa ninggalin kerjaan mereka karna mesti keliling? Trus kam..."

"Al, kamu terlalu berbelit belit deh. Udah langsung aja kenapa sih!" Hardiknya masih terbawa kekesalan Joss.

"Ini cuma permintaan aja ya...Kamu boleh nolak kog. Tapi aku harap kamu nggak nolak sih."

"Astaga jenggot merlin, cepet Al."

"Bisa nggak kamu pergi ke klinik gantiin aku sama New jagain Off? Suster klinik lagi makan siang Gun, Please..."

"Hah?"

"Gun..."

"Ngga bakal, Al. Kamu gila apa? Bisa bisa dia pikir aku peduli lagi sama dia!" Tolak Gun keras.

"Gun..."

"Kalian mau kemana sih?"

"Kita mesti ketemu papamu buat ngomongin masalah pertandingan, Gun."

"Ini pasti Off yang minta kan?" Tatapnya curiga.

"Minta gimana? Sadar aja belum, Gun. Dia itu udah pingsan dari 30 menit yang lalu. Oke ya, please ya..."

"Enggak, Al. Sorry." Tolak Gun sebelum akhirnya memutuskan untuk melangkah naik.

"Ya udah ngga papa deh, makasih ya Gun. Aku juga kalau ngga terpaksa ngga bakal minta tolong kamu sih, kamu kan tahu kalau selain panitia tu ngga ada yang boleh masuk ke klinik." Alice memulai dramanya.

"Kasihan juga kalau nanti pas bangun dia bingung soalnya kan ngga ada makanan di sana. Kalau kelaparan gimana ya..." Lanjut Alice belum menyerah.

"ALICE..." Gun yang sudah menghilang dibelokan masih sempat menggertak temannya itu.

"Oke, Gun. Sorry deh...Selamat makan siang kalai gitu. Semoga makan siang kamu enak ngga kaya Off yang ngga bisa makan siang." Lanjutnya lalu berlari cepat tidak mau mendengar gertakan Gun selanjutnya.

"ALICE!" Pekik Gun semakin kencang saat mendengar langkah kaki Alice yang berlari cepat. "Udah tahu aku gampang kasihan, masih aja digituin. Kesel ah!" Gun benar benar membenci Alice sekarang.
####

Dengan langkah kecil kecil dan pelan, Gun memasuki ruangan yang dengan cepat menyebarkan bau obat obatan. Benar saja, tidak ada satupun perawat di sana, hanya ada seorang satpam yang tampak mengantuk di dekat pintu masuk tadi.

"Eugh!" Gun tidak pernah suka segala yang berbau rumah sakit ataupun obat-obatan. Minum air putih berliter liter dan tidur cukup adalah satu satunya cara jika dia merasa tidak enak badan. Tapi bodohnya, Alice si wanita iblis itu menggunakan kelemahannya dengan tepat sehingga dia berakhir di sini sekarang.

Dari jauh Gun melihat salah satu bilik dengan tirai yang tertutup di semua sisinya. Hanya ada satu, sehingga Off pasti ada di sana. Dia berjalan pelan berharap Off tidak terbangun dan menyadari kedatangannya sampai Alice kembali nanti.

Gun berusaha duduk sangat pelan sambil sedikit menahan nafasnya lalu dengan perlahan juga dia mulai membuka kotak makan. Gun menghabiskan makan siangnya sambil sesekali melirik ke arah Off yang di dahi kanan serta lengan kirinya terdapat sebuah perban kecil dengan obat merah yang tercetak.

"Kamu ini berlatih basket atau berlatih sirkus sih! Kenapa suka banget menyusahin orang." Geramnya pelan karena terlalu kesal. Di tengah tengah mengunyah, Gun mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

"Ah..." Dia baru sadar tidak melihat kotak nasi ataupun kotak bekal untuk Off. "Jangan bilang nggak ada yang bawain makan siangnya ke sini. Jangan bilang juga aku mesti ke lapangan buat ngambik. Aku nggak mau. Bisa bisa semua orang tahu kalau aku ada di sini jagain dia." Gun kesal.  "Kelaparan ya udah kelaparan aja lah. Bukan tanggungjawabku juga kan." Lanjutnya membatin sambil memasukkan suapan selanjutnya. Tapi tiba-tiba,

"Enggg." Off mengerang pelan membuat Gun yang terkejut segera meletakkan kotak makannya di atas meja lalu bersembunyi di samping bawah kasur.

"Jangan sampai dia tahu. Jangan sampai dia tahu." Batinnya sambil meremas kedua tangannya. Gun terus saja menunduk sambil merapalkan mantra lewat kepalanya hingga bermenit menit kemudian.

Ruangan lalu kembali hening. Gun memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya dengan perlahan berusaha mengintip dari tepian kasur.

"Aku tahu itu kamu, Gun." Off bersuara pelan berusaha untuk tidak mengejutkan ketuanya itu.

"Ck!" Gun kesal karena Off tahu. Dia bangkit dengan cepat dan kembali duduk sambil menatap Off tajam.

"Aku ke sini diminta Alice. Itu saja. jangan mikir macem macem." Ucapnya ketus membuat Off tersenyum.

"Mau karna Alice atau bukan, aku berterima kasih kamu ada disini. Lain kali kalau kamu ngga mau seseorang mengenalimu, jangan kasi label nama di kotak bekalmu." Lanjutnya sambil terkekeh kecil membuat Gun menatap kotak makannya sebelum kembali menatap Off lagi.

"Apa kamu memang selalu nyebelin kaya gini?" Gun bertanya pada Off sambil bersedekap kesal.

"Bagian mana yang terdengar nyebelin, Gun? Kamu sebenci itu ya sama aku sampai sampai semua yang aku lakuin itu kelihatan nyebelin?"

"Kau ngejek kotak makan aku. Itu masih belum bisa dibilang nyebelin?"

"Aku terkekeh itu bukan karna kotak makanmu, tapi karna kenapa kamu mesti sembunyi. Lagipula kalaupun kamu ngga bawa kotak makanmu, kamu tu mau sembunyi sampai kapan Gun? Apa ngga aneh buat orang yang masuk kesini ngelihat kamu di lantai gitu? Bisa ngga sih kamu tanya dulu sebelum nyimpulin sesuatu? Aku tu bener bener ngga ada maksud jahat sama kamu lho. Aku harap kamu tahu." Ucap Off panjang lebar membuat Gun jujur saja tidak berkutik.

"Jangan bilang kamu ngerasa bersalah." Goda Off.

"Maaf ya, ngga ada kata bersalah di kamus aku. Kayaknya kamu udah cukup sehat buat ngerjain orang. Aku pergi kalau gitu." Gun segera membereskan kotak makannya di atas meja dengan terburu buru.

"Gun, jangan pergi..." Off sambil mencekal siku Gun, tidak sengaka.

Gun terkejut. Dia segera menarik sikunya lepas sambil menatap Off tajam.

"Maaf maaf. Aku ngga ada maksud buat pegang kamu. Maafin aku. Aku ngga sengaja." Off terkejut sendiri saat tangannya tiba tiba bergerak untuk menyentuh Gun. "Tapi please jangan pergi." Tatapnya memohon. Gun membalas tatapan itu sejenak sebelum dengan cepat menyibak tirai dan melangkah pergi.
####

"Kalau kelaparan kasian juga sih." Tiba-tiba suara Alice berdengung di kepala Gun tepat saat dia akan membuka pintu klinik. Gun menghentikan langkahnya dan kemudian menggelengkan kepala beberapa kali. "Ck!" Decaknya kesal. "Masa bodoh." Batinnya lalu memutar gagang pintu dan berjalan keluar.

"Kelaparan Gun, kelaparan." Lagi lagi suara Alice berdengung seiring dengan langkah kakinya. Gun benar benar kesal sekarang.
###

Off mendesah pelan sebelum kemudian memutar badannya menghadap dinding dan memutuskan untuk kembali tidur. Kepalanya masih sangat pening. Jujur saja jatuh dari ketinggian dua meter dan tertimpa bola bukanlah sesuatu yang patut untuk diceritakan atau dibanggakan.

Tapi Off tahu rasa pening itu tidak ada apa apanya dibandingkan dengan perasaan bersalah melihat ekspresi terkejut Gun tadi. Dia ingin sekali mengejar pria itu, namun apa daya dia tidak bisa.

Ingin menghubungi Tay, Off tersadar tidak ada apapun di sampingnya termasuk ponsel.

"Hahhh." Desahnya kesal kembali menutup mata.

"Makan makan siangmu." Suara seseorang berbicara dari balik punggung mengejutkannya.

Off memutar badannya cepat. "Gun?"

"Jangan banyak bicara dan bertanya. Aku ngga akan menjawab apapun. Segera habiskan makananmu, aku banyak urusan." Gun memberikan tas Off yang sengaja dia ambil dari lapangan basket berbekal muka badaknya.

Off dengan ekspresi tololnya menerima tas itu lalu segera mengeluarkan kotak makannya. "Kamu bisa pergi kok, Gun. Aku bisa makan sendiri. Terima kasih ya." Off tersenyum tulus berharap Gun bisa merasakannya.

Gun tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Justru dia kemudian mengambil alih kotak makan Off saat melihat pria itu kesusahan bahkan hanya untuk membukanya saja.

"Ngga usah mikir macem macem. Aku cuma ngga mau dibilang ketua panitia ngga punya hati aja. Ngerti?" Tatapnya pada Off seram.

"Hmm..." Angguk Off sambil menahan senyumnya.

Dia tidak berhenti melirik Gun sambil diam diam tersenyum sembari mengunyah makannya agar tidak terlalu kentara. Hati Off senang hingga pening di kepala seperti terkunyah bersama dengan makan siangnya.

"Kalau kamu masih terus senyum senyum kayak gitu, aku bener bener bakal keluar dari sini." Gun mengancam dengan nada rendah khasnya.

"Mana ada? Aku ngga senyum senyum kok." Elak Off.

"Off..."

"Okay okay, maafin aku, aku ngga bakal senyum senyum lagi." Ucapnya semakin membuat Gun kesal karena dia masih saja tersenyum.

"Gun. Aku nyebelin banget ya? Maafin ya kalau baru kenal aja udah bikin kamu kesel." Off benar benar menyesal. "Kalau seandainya kamu bener bener ngerasa keganggu, kamu bilang aja sekarang. Aku bakal janji ngga ganggu kamu lagi." Lanjutnya membuat Gun menatapnya dalam.

Off mati gaya ditatap seperti itu. Jantungnya berdetak tidak karuan membuat kepalanya kembali pening. Tapi Gun tidak mengatakan apa apa setelahnya. Tatapan mereka pun akhirnya juga terlepas karena Gun mengakhirinya.

Suapan suapan berikutnya terjadi dalam diam. Off tidak berani tersenyum maupun tertawa, sedangkan Gun memang tidak memiliki maksud untuk berbicara sama sekali. Begitu suapan terakhir hampir saja menyentuh bibir Off,

"Gun?" New muncul dengan ekspresi terkejut. Apalagi Gun. Sendoknya hampir saja terlempar dari tangannya.

"New!" Gun segera bangkit berdiri setelah meletakkan kotak makan Off beserta suapa terakhirnya di atas meja, padahal Off masih membuka mulutnya menunggu. Gun dan New saling menatap canggung.

"Ah...Maafkan aku." New berinisiatif membuka obrolan aneh ini. "Aku ngga tahu kalau kali..."

"Kami ngga ada apa apa New!" Jawab Gun panik dan kelewat cepat karena gugup. "Aku cuma bantu dia makan aja, kamu lihat sendiri kan kondisinya. Kalau ngga, aku juga ngga bakal sudi bantuin dia. Jadi cowok bisanya nyusahin aja. Baru juga beberapa hari." Sindirnya membuat Off menatap Gun terkejut. Ada sebersit kekecewaan yang jelas tercetak di sana membuat New menatap Off khawatir.

"Gun..." New berusaha menghalau Gun dan kalimat sindirannya.

"Udah aku mau pergi dulu. Kamu tahu kan aku sibuk New. Kamu bantu aku urus sisanya. Bye!" Pamitnya terburu buru lalu menghilang dibalik tirai.

New lalu menatap Off dengan tatapan bersalahnya.

"Aku bener bener ngga mau nyusahin siapa siapa New, kamu juga boleh balik kog. Aku ngga papa. Tadi Gun bantu aku emang karna aku ngga bisa angkat tangan, bukan karna dia yang mau. Jangan salah paham ya. Gun juga jangan digoda, nanti dia kesel." Off berusaha menjelaskan pada New agar tidak ada kesalah pahaman.

"Iya, Off. Aku tahu kog. Aku tadi maksudnya cuma mau becanda aja. Ngga tahunya dia malah kesel beneran. Lagi pula aku ngga sibuk. Jadi aku bakal disini sampai kamu baik baik aja. Aku seksi kesehatan kan." Senyumnya menular kemudian pada Off.

"Ini kamu masih mau habisin atau mau istirahat?" Tanya New pada Off.

"Aku benernya udah ngga sanggup makan dari suapan ke empat sih, tapi kapan lagi kan bisa disuapin sama Gun." Ucapnya membuat New mendengus.

"Kamu bener bener suka sama dia ya? Tiba tiba gitu?" New mulai tertarik berbincang dengan pria satu ini yang ternyata juga seumuran dengannya.

"Ngga tiba tiba kog, New." Off membuat New menaikkan alisnya terkejut.

"Jadi kamu sudah suka dia lama?"

"Hmmm." Angguknya sekali lagi membuat alis New semakin terangkat.

"Berapa lama? Kenal dari mana?" New semakin tidak sabaran.

"Kenal dari lapangan sepak bola. Berarti udah empat hari, New." Jawabnya membuat New menatapnya kesal.

"Aku pikir kisah cintamu kaya drama drama di luar sana. Sialan kamu Off!" Pekiknya membuat Off terkekeh. "Ya udah kamu istirahat ya, kalau ada apa apa kamu kirim pesan aja, aku ada diluar. Ini kamu simpan nomorku." New lalu akhirnya membantu Off mengetikkan nomornya lalu meninggalkan pria itu untuk beristirahat.
####

Gun masuk kedalam ruangan panitia sambil memasang muka masamnya.

"Kenapa lagi, Gun?" Alice yang menjadi saksi tidak tahan untuk tidak bertanya.

"Off itu benar be..." Gun terdiam sambil menatap Alice salah tingkah.

"Kamu menemui Off????" Serangnya "Kamu akhirnya mutusin buat nemenin dia?" Alice benar benar bersemangat membahas topik ini.

"Hmm..." Jawab Gun sambil duduk.

"Dia bikin kamu kesel lagi?" Tanyanya sambil menggaruk garuk kepalanya.

Bukannya mendapat anggukan dari Gun, pria kecil itu justru menggeleng. Kilasan kejadian terakhir saat meninggalkan Off membuat dia merasa bersalah. Alice semakin tertarik. Ia menggeser kursinya tepat di samping Gun.

"Aku yang ngambil kotak makan dari tangannya trus aku suapi karena dia sama sekali ngga bisa gerak. Tapi trus New masuk. Aku panik kan, jadi aku bilang aja sama New kalau dia itu nyusahin. Aku bilang baru beberapa hari aja dia udah nyusahin. Gitu."

"Jadi kamu ngerasa bersalah?"

"Menurutmu?"

"Seratus persen."

"Mau minta maaf?" Alice tahu Gun mudah sekali merasa bersalah walau dari luar dia kelihatan benar benar dingin dan menyebalkan.

"Ngga tahu. Takut nanti dia ke ge-er an aja. Aku cuma ngga mau dia berharap lebih, Al. Aku ngga mau tanggung jawab sama perasaan anak orang. Ngurus aku sendiri aja udah susah setengah mati. Aku ngga mau nambah drama semakin banyak dibenci kalau kalau sampai ada apa apa antara aku sama Off. Kamu aja aku larang buat ngomong kalau kamu sepupu aku kan? Jadi aku itu ngga enak, dan kamu udah lihat sendiri." Desahnya lelah membuat Alice prihatin.

Memang benar. Selama ini Gun selalu melarang dia untuk memberitahu siapapun tentang hubungan mereka hanya agar Alice tidak mengalami nasib yang sama dengannya. Sikapnya yang dingin dan menyebalkan itu menjadi tameng terkuatnya agar bisa bertahan dari bisikan bisikan jahat mahasiswa mahasiswa lainnya. Menjadi putra rektor dengan otak yang benar benar brillian sering kali membuat Gun dituduh menggunakan kekuasaan untuk mendapatkan nilai bagus. Padahal tidak. Ia memang terlahir cerdas.

Belum lagi kejadian terakhir di mana Joss harus merelakan jabatan ketuanya untuk Gun. Gun tidak pernah meminta. Para pengajar yang memang tahu tentang reputasi Gun lah yang memaksa para panitia inti untuk mengganti Joss, ketua yang tidak becus itu. Apakah mahasiswa tahu? Tentu tidak. Yang mereka tahu dari Joss, Gun menyuap para pengajar untuk mendapatkan posisi ini. Tapi lagi lagi Gun melarang Alice untuk mengklarifikasi semuanya. Ia bahkan melarang Alice untuk sering sering terlihat bersamanya. Tidak enak menjadi dirinya, dan dia tidak ingin orang lain merasakan hal yang serupa.

Gun bukan orang jahat.
______________________________💚

Continue Reading

You'll Also Like

143K 6.9K 25
Mew seseorang yg kaya raya dan tampan juga memiliki kharisma yg menarik disetiap orang yg melihatnya,wanita maupun pria...(dibuatnya klepek" bak ikan...
45.5K 2.6K 8
[END] Apapun yang terjadi, Mew tetaplah bagian dari mereka. Bersama atau tidak, Gulf tidak akan pernah bisa membuat Mew keluar dari kehidupannya.
Addicted By Lia

Fanfiction

10.2K 640 20
Hancur dalam dunia narkoba dan alkohol, Pruk Panich menjadi salah satu rapper underground terpopuler, Zee bersama grup dan keluarganya, Ride or Die. ...
118K 8.5K 31
⚠️ BOYSLOVE ⚠️ TAYNEWπŸ’™βš οΈπŸ”ž21+⚠️ Tentang seorang artis papan atas bernama Newwie yang memiliki seorang penguntit, seseorang yang begitu terobsesi pad...