Tanah Airku [SUMPAH PEMUDA]

By shanertaja

182K 33K 4.4K

[Dream World] 15+ Jika semesta membawamu kembali untuk melihat sejarah perjuangan bangsamu, lantas perubahan... More

Prakata
Prolog
1. Satu ... Dua ... Lari!
2. Suasana Pagi
3. Tas Hitam
4. Kotapraja Batavia
5. Penyuka Sajak
6. Jong Java
7. Malang Raya
8. Keinginan Mas Arif
9. Kamu Percaya?
10. Mas Arif Kenapa?
11. Am I Wrong?
12. Bir Pletok Engkong Badar
13. Merdeka, Kata Terlarang
14. The Congress
15. Indonesia Raya
16. Bioscoop
17. Mijn Schatje
18. Believe Me, Please
19. Apa Wetonmu?
20. Perempuan Lain
21. First Love
22. Pergundikan Hindia Belanda
23. Everything Has Changed
24. Aku Mencintaimu!
25. Kekhawatiran di Kala Senja
26. Gugur Bunga
27. Bittersweet Memories
28. Kamu dan Kenangan
Epilog
[extra+] Gadis dari Masa Depan (Mas Arif's POV)
[special chapter] On The Wedding Day
Acknowledgements & QnA
Hey! Mind To Open It?
Kamu Mau Jadi Penulis?

[extra+] Is It Real?

3.9K 829 83
By shanertaja

Senyum di wajah Ahmad merekah, hari ini Ahmad bisa pulang lebih awal dari biasanya! Bekerja sebagai seorang guru membuatnya biasa menghabiskan waktu dari pagi hingga sore di sekolah, tetapi hari ini ia diberikan kelonggaran untuk dapat pulang cepat.

Ahmad tersenyum sembari mengendarai mobilnya menuju rumah, arus lalu lintas di Jakarta sedang bersahabat rupanya, kurang dari setengah jam ia telah sampai di rumah. Ia memarkirkan mobil di garasi rumah dan melangkah menuju pintu. Rumah yang dibelinya dari hasil kerja keras ini hanya dihuni oleh dirinya sendiri sejak tiga bulan lalu. Suara bising dari rumah tetangga menarik atensi Ahmad untuk menengok. Ternyata dua orang remaja perempuan tengah sibuk menonton Youtube melalui laptop. Ahmad kenal dengan salah satu dari mereka, namanya Andin, dia adalah anak dari tetangga Ahmad, Bu Reni. Kalau remaja yang duduk di sebelah Andin, Ahmad tidak mengenalnya, mungkin teman Andin. Entahlah, tak penting juga bagi Ahmad memikirkan namanya.

Malam ini Ahmad sudah ada rencana untuk kencan dengan pacarnya yang bernama Selena. Mereka sudah menjalin hubungan sejak lima tahun yang lalu. Ahmad menaruh ponselnya di atas meja dan melepas pakaian yang ia kenakan. Sebuah panggilan telepon masuk, Selena yang menelepon rupanya.

"Babeee, nanti malam sepertinya aku gak bisa."

"Kenapa? Kamu ada rencana lain?"

"Iya, mungkin aku bakalan lembur malam ini. Maaf, ya?"

"Selena, bukannya kamu udah janji untuk mengosongkan waktu kamu malam ini? Kita jarang loh bisa kencan karena kita selalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Masa dibatalin, sih?"

"Aku tahu, Ahmad, tapi ini mendadak banget. Kita ganti jadi malam Sabtu aja gimana?"

"Ya udah, malam Sabtu ya."

"Iya, Ahmad. I'm sorry."

"Gak apa-apa. Udah dulu ya, aku mau mandi."

Tanpa menunggu jawaban dari Selena, Ahmad langsung memutus sepihak panggilan telepon tersebut. Rasanya ia kecewa, padahal rencananya malam ini ia mau menghabiskan waktu dan bertukar cerita dengan Selena. Ahmad mengisi daya baterai ponsel dan laptop miliknya tanpa mengecek stop kontaknya terlebih dahulu, lalu mengambil handuk dan melangkah ke kamar mandi untuk menenangkan diri. Di saat seperti ini, berendam di air hangat adalah pilihan yang tepat.

Kulit tangannya mulai mengeriput, menandakan bahwa ia harus segera menyudahi aktivitas berendam ini. Selesai mandi dirinya langsung memakai pakaian dan menyisir rambutnya. Setelahnya, Ahmad berjalan keluar kamar untuk mencari camilan di kulkas. Namun, asap yang berasal dari ruang tengah membuatnya mengurungkan niat ke dapur. Mata Ahmad membulat saat menyadari bahwa api tengah melahap sebagian dari ruangan tersebut. Buru-buru ia mengambil alat pemadam, tetapi sia-sia. Api bergerak dan menyebar dengan cepat, rumahnya dipenuhi asap. Ahmad mulai kesulitan bernapas dan setelahnya ia tidak dapat mengingat apapun.

📃📃📃

Pemandangan yang ada di hadapan Ahmad membuatnya mengernyitkan dahi. Ini bukan pemandangan Kota Jakarta yang biasa dilihat olehnya. Penataan kota yang bergaya Eropa membuat Ahmad kebingungan.

"Gue ada di mana?" ucapnya bermonolog. Beberapa orang berlalu-lalang di dekatnya, Ahmad berusaha menghampiri dan mengajak mereka berbicara, tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang menanggapi. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Ahmad berada di sini? Ahmad berkelana ke sana-sini, mencoba mencari seseorang yang dapat menolongnya, tetapi pada akhirnya ia tidak menemukan orang yang bisa membantunya.

"Jiwa yang tersesat." Suara itu begitu keras, membuat Ahmad reflek menutup telinga. Matanya menelusuri sekitar, mencari tahu sumber suara tersebut. Sesosok makhluk hitam berbadan besar rupanya sedang tertawa sembari menatap ke arahnya. Ahmad menelan ludahnya, sialan!

"Hei, jiwa yang tersesat! Siapa namamu?" tanya makhluk tersebut.

"Anda bicara dengan saya?" Ahmad membalikkan pertanyaan kepada mahkluk tersebut.

Seketika tawa makhluk itu meledak. Ahmad kembali menelan ludahnya dan bertanya, "Ada yang lucu?"

"Sudah lepas dari raga, tapi masih gak tahu diri. Ini di Batavia, tahun 1924," balas makhluk tersebut yang membuat Ahmad kebingungan. Melihat Ahmad yang tak kunjung sadar dengan statusnya sekarang, makhluk tersebut pun menjelaskan pada Ahmad bahwa dirinya tengah menjadi lost soul dan harus segera mengisi raga yang kosong. Awalnya Ahmad menampiknya, tetapi setelah dipikir-pikir, di sisi lain ia tak berani mengambil resiko jika nanti jiwanya benar-benar tidak dapat kembali masuk ke dalam raga aslinya.

Ahmad setuju dengan ucapan dari makhluk tersebut. Oleh karena itu, ia mengikuti makhluk tersebut berjalan menuju pinggir sawah. Di sana ia melihat dua raga yang tengah terbaring. "Mereka ... kenapa?"

"Yang perempuan pendarahan, sedangkan yang laki-laki kesulitan bernapas," terang makhluk tersebut, "masuki saja raganya dan jalani kehidup barumu sebagai salah satu dari mereka."

Dalam batin Ahmad terjadi gejolak. Haruskah ia memasuki raga orang tersebut? Untuk memantapkan jawabannya, Ahmad meminta makhluk tersebut untuk menceritakan tentang kematian dari sang pemilik raga dan makhluk itu dengan lantang menceritakannya. Beberapa lost soul dan makhluk dimensi lain pun ikut menyimak, rupanya mereka juga ingin memasuki raga tersebut. Merasa tak punya pilihan lain, Ahmad pun setuju dan memasuki raga dari anak laki-laki bernama Dodot.

Menjalani hidup sebagai Dodot sesungguhnya adalah sebuah tantangan tersendiri bagi Ahmad, tetapi ia juga menikmatinya karena menurutnya dengan menjadi sosok Dodot ia dapat mengulang kembali kenangan masa kecilnya. Ahmad berusaha sebisa mungkin untuk mengenal lebih dalam mengenai latar belakang Dodot. Ia tahu bahwa sosok Dodot semasa hidupnya adalah seorang introvert, berbeda dengan dirinya yang merupakan seorang extrovert. Ia harus membiasakan diri dengan orang yang memanggilnya "Dodot", tetapi ada satu orang yang memanggilnya "Ahmad", yakni Bu Surnani, Ahmad baru mengetahui fakta bahwa Bu Surnani mampu membaca pikiran setelah beberapa bulan ia bersandiwara menjadi Dodot.

Ahmad berhasil memperluas relasinya selama empat tahun menjalani hidup sebagai Dodot. Ia berkenalan dengan banyak orang seperti sekumpulan centeng dan lainnya. Profesi aslinya sebagai guru bahasa Belanda ternyata sangat membantunya, ia tak memiliki kendala dalam berkomunikasi dengan masyarakat di masa tersebut menggunakan bahasa Belanda.

Hari itu seperti biasa ia diminta oleh Nyak Siti–ibu kandung Dodot untuk merapikan rumah, tetapi di waktu yang bersamaan rasa malasnya tengah memuncak. Ahmad memilih untuk kabur dari rumah. Namun, baru saja ia berjalan beberapa langkah dari rumah, atensinya tertuju pada seorang perempuan manis yang menarik perhatiannya.

Perempuan itu temannya Andin, kan?

Sorot matanya meneliti pakaian yang dipakai oleh perempuan itu. Baju tidur dengan merek yang cukup terkenal di abad 21 itu membuat Ahmad sangat yakin bahwa perempuan tersebut juga mengalami hal yang sama dengannya. Ahmad pun memberanikan diri untuk menyapa, "Bujug buneng! Baru tinggal di sini yak?"

Perempuan itu membuka mulutnya. "Hah?"

"Nama lo siapa?" tanya Ahmad kepadanya.

"Namaku Lana, kamu?" balas perempuan tersebut dengan lembut seraya menatap Ahmad keheranan.

Alright, she is Lana.

Berawal dari perkenalan itu, Ahmad memilih untuk berteman dengannya. Ahmad sangat yakin kalau Lana juga berasal dari masa depan. Ia selalu memperhatikan tiap detail gerak-gerik Lana untuk memastikannya. Tiap ada kesempatan, Ahmad sering kali memancing Lana untuk membicarakan hal-hal yang ada di masa depan hingga tibalah saat di mana Lana mengaku tentang kedatangannya dari masa depan.

Bukan main, Ahmad sangat bahagia! Ia merasa seolah berhasil menemukan jalan keluar untuk kembali ke masa depan. Sejak pengakuan Lana tersebut ia menjadi semakin dekat dengan Lana. Namun, perlu digaris bawahi bahwa Ahmad tidak menaruh perasaan lebih pada Lana. Ahmad menyayangi Lana sebagai sosok adik karena bagaimana pun juga ia tidak bisa melupakan fakta kalau Lana berusia 10 tahun lebih muda darinya di masa depan. Selain itu, hati Ahmad masih setia mendambakan sosok Selena. Tak ada orang yang mampu membuat Ahmad berpaling dari Selena, termasuk Lana. Toh, lagi pula Lana sudah memiliki Mas Arif di hatinya.

Tidur nyenyak Ahmad terganggu saat Nyak Siti membangunkannya dan menyampaikan sebuah berita yang membuat Ahmad benar-benar terkejut. Berita tentang gugurnya Mas Arif di tengah pemberontakan adalah berita paling mengejutkan yang pernah Ahmad dengar. Pikirannya langsung tertuju pada satu orang, yaitu Lana. Dengan sigap Ahmad langsung bangkit dari tempat tidurnya dan berlari ke rumah duka, menghampiri dan memeluk Lana yang tengah menangis sesenggukan karena ditinggal oleh kekasih hatinya.

Hati Ahmad sakit melihat Lana menangis. Ia juga merasa terpukul atas kepergian Mas Arif. Selesai acara pemakaman Mas Arif, Ahmad tak langsung pulang ke rumahnya. Setelah mengantar Lana pulang ke rumah Bu Surnani, Ahmad kembali ke makam Mas Arif dan membuat tanda di sepanjang jalan. Ingatan Ahmad tentang gambaran jalan di tahun 2020 masih menempel kuat. Ia berdiri dari jalan utama yang di masa depan menjadi Jalan Cut Meutia, kemudian menandai tiap pohon jati yang ia jumpai dari sepanjang jalan utama hingga ke makam Mas Arif. Menurut perkiraannya, dalam kurun waktu 100 tahun ke depan pohon-pohon tersebut masih akan tetap bertahan seperti sekarang. Ini akan memudahkannya dalam menemukan makam Mas Arif jika ia berhasil kembali ke masa depan nanti.

Hari berganti dan Ahmad kembali mendengar berita mengejutkan dari Nyak Siti. Di pagi hari yang cerah, Nyak Siti memberitahu Ahmad kalau Lana pergi ke Malang untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Namun, Ahmad yakin bahwa itu hanyalah alasan belaka. Ahmad mendatangi Bu Surnani dan meminta penjelasan beliau mengenai kepergian Lana, seperti dugaannya, Lana bukan pergi ke Malang, tetapi kembali ke masa depan. Bu Surnani sengaja berbohong kepada orang-orang dan mengatakan bahwa perempuan itu pergi ke Malang agar orang-orang tidak curiga dengan kepergiannya. Ahmad menghela napasnya berat, ini tidak adil! Kenapa Lana bisa kembali ke masa depan lebih dulu daripada dirinya? Padahal, Lana belum genap satu tahun terjebak di tahun 1928.

Salah satu teman Mas Arif yang bernama Akil mengajak Ahmad untuk bergabung dalam pemberontakan selanjutnya yang akan dilakukan beberapa hari lagi. Ahmad bimbang, apakah ia harus ikut atau tidak? Ia pun memilih untuk berkonsultasi kepada Bu Surnani dan beliau menyarankan Ahmad untuk ikut ke dalam pemberontakan tersebut.

Dua buah pisau dapur milik Nyak Siti menjadi senjata bagi Ahmad untuk melawan para musuhnya. Pemberontakan itu jauh lebih mencekam daripada pemberontakan sebelumnya karena persenjataan yang digunakan oleh para pemuda kali ini lebih lengkap dan mendukung. Ahmad dengan lihai menyerang para musuh, kemampuan bela diri yang ia pelajari semasa SMA dulu rupanya sangat membantu. Namun, ia terlalu fokus menyerang para musuh hingga tak sadar bahwa di belakangnya ada sebuah celurit yang siap membacok tubuhnya.

Entah sebuah kesialan atau keberuntungan, pemberontakan itu menjadi akhir dari sandiwara Ahmad sebagai Dodot.

📃📃📃

Ingatannya sewaktu menjadi Dodot masih terekam jelas dalam benaknya. Ahmad masih mengingat betul orang-orang yang menemaninya kala itu. Nyak Siti, Bu Surnani, Mas Arif, Lana, dan lainnya, Ahmad masih ingat dengan mereka. Terhitung sudah enam bulan setelah Ahmad terbangun dari koma, kini ia telah menjalani aktivitas seperti biasanya. Bekerja sebagai guru, berkumpul dengan teman dan keluarga, serta berkencan dengan Selena, semua sudah dapat ia lakukan.

Omong-omong tentang Lana, Ahmad tidak tahu bagaimana kabar perempuan itu sekarang. Sebenarnya bisa saja ia bertanya kepada Andin, tetapi bukankah terlalu mencurigakan jika ia tiba-tiba menanyakannya?

Hari ini Ahmad berencana untuk berziarah ke makam Mas Arif. Ia sudah pernah berziarah ke sini sebelumnya. Tanda berupa pohon jati yang ia tandai dahulu rupanya menjadi petunjuk emas bagi Ahmad untuk mencari makam Mas Arif. Tak seperti Lana yang menghabiskan waktu berbulan-bulan dalam mencarinya, Ahmad hanya membutuhkan waktu satu minggu untuk menemukannya.

Di tengah keheningan dan sunyinya pemakaman, langkah kaki seseorang membuat fokus Ahmad terpecah. Sekilas ia melihat siluet seorang perempuan tengah berdiri tak jauh darinya. Terasa familiar, tetapi Ahmad tak mau menghiraukan. Ia takut jikalau yang dilihatnya tadi bukanlah manusia, tetapi suara yang ia dengar berhasil membuatnya tersenyum lebar. "Permisi, maaf kalau saya lancang, tetapi apa Anda mengenal Mas Arif?"

Benar, itu adalah suaranya!

"Lana? Kita bertemu lagi!"

📃📃📃

Continue Reading

You'll Also Like

Abhipraya By Lia

Fanfiction

8K 1.3K 21
Segelintir cerita keseharian keluarga Mahardhika. Cuma menceritakan kepusingan Papi menghadapi ketiga anaknya yang semakin hari semakin besar. Justin...
401K 59.5K 84
"Became the Most Popular Hero is Hard" adalah judul novel yang saat ini digemari banyak pembaca karena memiliki visual karakter dan isi cerita yang m...
Vilvatikta 2 By rahmadhany

Historical Fiction

17.2K 2.2K 31
"Miliki semuanya Kangmas, harta-harta itu tidak ada harganya sama sekali di mataku. Aku cukup menghormatimu karena engkau seorang pemimpin sekaligus...
8.2K 2.1K 25
Telepon hantu? HAH! Aku memutar bola mata. Dari sekian banyak urban legend yang pernah kudengar, telepon hantu adalah salah satu yang paling menggeli...