[✓] Suddenly? || NoRen

By injoonjen

33.1K 4.4K 360

Semua hal dapat terjadi secara tiba-tiba dan salah satunya adalah cinta. Cinta dapat terjadi pada siapa saja... More

Suddenly - 1
Suddenly - 3
Suddenly - 4
Suddenly - 5
Suddenly - 6
Suddenly - 7
Suddenly - 8
Suddenly - 9
Suddenly - 10
Suddenly - Bonus Chapter 1
Suddenly - Bonus Chapter 2

Suddenly - 2

3.8K 492 24
By injoonjen

Saat ini beberapa anggota masih berdiam diri di ruangan ekskul. Lebih tepatnya sih hanya tinggal para kakak kelasnya saja. Mereka lagi sibuk bergurau dan yang menjadi objek sasarannya itu adalah ketua tampan mereka.

"Hey! Kalian lihat tadi bagaimana ekspresi wajah, Jeno?! Wah, dia bahkan sama sekali tidak berkedip saat melihat Renjun," ucap Hyunjin sambil tertawa.

Guanlin menganggukkan kepalanya setuju, "Benar sekali! Sepertinya jika tadi Chenle tidak menginterupsi mereka, mungkin Jeno akan tetap diam saja memandangi Renjun."

"Jadi bagaimana tanggapan Anda, Tuan? Bukankah dia benar-benar mempesona?" Sunwoo bertanya pada Jeno yang sedang menopangkan dagunya, melihat ke arah mereka.

"Uhmm, ya kau benar. Dia sungguh menarik perhatianku dan kurasa, aku telah jatuh hati padanya."

Semua yang ada disitu sontak terkejut.

"Kau tidak bercanda?!"

Jeno mengendikkan bahunya acuh, "Tidak, kurasa."

Mereka menutup mulutnya, kehilangan kata-kata. Tidak menyangka jika ketuanya benar-benar serius.

"Jadi kau akan bagaimana?"

"Hm? Bagaimana apanya?"

"Tsk, payah sekali. Maksudku, kau akan bagaimana mendekati Renjun?"

"Oh, entahlah. Belum terlalu aku pikirkan. Sudah, ayo kita pulang sekarang jangan terlalu sibuk memikirkan aku disaat kalian sendiri juga belum punya gandengan," sindirnya sambil menyampirkan tas di bahu sebelah kanan.

"Ada apa denganmu? Kenapa sejak tadi diam saja?" Tanya Yeji bingung. Memang benar, Renjun semenjak keluar dari ruang ekskul jadi lebih banyak diam.

Tidak, lebih tepatnya Renjun menjadi pendiam sejak kedatangan Jeno dan berkenalan dengannya.

"Apa kau percaya adanya jatuh cinta pada pandangan pertama?"

"Woah, ada apa? Kau sedang merasakannya?"

"Sepertinya?" Renjun menjawab pertanyaan itu agak ragu.

"Jadi siapa orang yang telah membuatmu seperti ini?"

"Kak Jeno, dialah orangnya."

Yeji dan Bomin yang tadi sibuk menggodanya langsung membulatkan mata. Mereka tidak salah dengar?!

"Candaanmu tidak lucu sama sekali, Ren," sahut Bomin.

"Aku tidak sedang bergurau. Aku serius dan mulai besok aku akan mendekatinya."

Lagi-lagi mereka berdua dibuat terkejut oleh Renjun. Keduanya malah tersedak air liurnya sendiri saat mendengar pernyataan itu.

Keesokan paginya, Renjun sudah siap pergi sekolah. Ia mengeluarkan sepeda kesayangannya dari pekarangan rumah.

Setelah menutup pagar, dia mulai naik ke sepeda dan mengayuhnya. Jarak rumah dengan sekolah memang tidak terlalu jauh makanya dia tidak masalah untuk mengendarai sepeda. Selain itu, ia juga dapat membantu untuk mengurangi adanya polusi 'kan.

Di cuaca yang cerah ini, Renjun merasa lebih semangat sebab dalam radius beberapa ratus meter di depannya, ia melihat seseorang yang terus dipikirkannya sejak kemarin.

Tentu kalian bisa menebak jika orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Jeno.

"Selamat pagi, Kak. Sepedanya kenapa?" Sapa Renjun dan memberhentikan sepedanya di belakang sepeda Jeno.

Jeno yang sebelumnya sibuk untuk berusaha memperbaiki rantai sepedanya pun mendongak. Dia melihat sosok manis itu sedang tersenyum padanya dan seketika membuat kekesalannya memudar.

"Oh, pagi juga. Ini, sepedaku rantainya lepas dan ban belakangnya juga ternyata tertancap paku," jawabnya dan membalas senyuman manis itu.

"Disekitar sini tidak ada tukang tambal ban?"

"Jika ada, untuk apa aku berdiam diri disini, bukan?"

Renjun menggaruk rambutnya, "Hehe benar juga. Astaga, kenapa aku bodoh sekali."

Jeno terkekeh geli mendengar gumaman pelan adik kelasnya itu, "Lalu, kenapa kau tidak melanjutkan perjalananmu?"

"Dan meninggalkan kakak kelasku seorang diri disini padahal ia sedang kesusahan? Huh, jahat sekali aku jika seperti itu."

"Baiklah, jadi kau mau bagaimana?"

"Bagaimana jika aku menemanimu berjalan sampai sekolah? Lagipula jarak sekolah dari sini sudah tidak terlalu jauh. Kau bisa memperbaiki sepeda itu setelah pulang sekolah saja."

"Hm, tidak buruk juga idemu itu." Jeno yang tadinya berjongkok segera berdiri dan meregangkan kakinya yang sedikit kesemutan.

Renjun juga segera turun dari sepedanya dan mulai menuntunnya.

"Pipimu sedikit kotor terkena oli, Kak. Bersihkanlah dulu," ujar Renjun sembari menyodorkan dua lembar tisu basah yang dia ambil dari saku celananya.

Jeno mengambilnya dan membersihkannya. Namun dia agak sedikit aneh, padahal yang kotor itu pipi sebelah kiri, tapi yang dibersihkan malah pipi sebelah kanan, mungkin ini adalah efek gugup bertemu Renjun, ya.

"Yang kotor itu sebelah sini, Kak," sahut Renjun sambil membersihkan pipi tirus itu. Entah sejak kapan tisu yang dipegang Jeno sudah berpindah tangan.

"Nah, sudah. Ayo kita pergi sekarang, lima belas menit lagi bel masuk berbunyi," ajak pemuda manis ini setelah melihat arlojinya. Dia dengan santai menuntun sepedanya dan berjalan lebih dulu.

"Kak Jeno! Ayo! Kenapa malah bengong?!" Teriak Renjun dari depan sana, menyadarkan Jeno dari lamunannya.

Pemuda yang lebih tua pun segera menganggukkan kepalanya dan mengikuti Renjun dari belakang sembari menuntun sepeda kempesnya.

Dia berhasil membuatku berdebar tak karuan seperti ini hanya karena hal kecil yang ia lakukan.

"Kau kenapa, sih? Tidak biasanya pasif saat belajar."

"Aku sedang sibuk berpikir."

"Hah? Berpikir apa maksudmu?"

"Aku sedang berpikir bagaimana caranya aku mendekati Renjun? Sungguh, aku rasanya akan gila jika tidak berhasil mendekatinya," jawabnya sambil mengacak rambutnya frustasi. Dia kesal pada dirinya sendiri karena tidak pernah memiliki pengalaman apapun dalam mendekati seseorang. Sekarang lihatlah, dia jadi bingung sendiri.

Kawan-kawannya seketika tertawa mendengar keluhan tersebut. Guanlin menepuk bahunya, "Santai saja. Biarkan semuanya mengalir. Nanti juga tanpa kau sadari, nalurimu akan secara refleks melakukan sesuatu."

Yang lainnya menganggukkan kepalanya setuju mendengar penuturan Guanlin, "Apa yang dibilangnya itu ada benarnya. Percaya saja, Jen."

"Hey, kalian! Aku pergi ke kamar mandi dulu, ya!"

"Untuk apa kau izin pada kami, Huang? Tidak penting sekali."

Renjun hanya nyengir saja mendapat balasan seperti itu, "Ya siapa tahu kalian nanti akan sibuk mencariku karena tiba-tiba menghilang. Yasudah, aku pergi dulu." Dia pun bergegas keluar dari kelas.

"Huh, kenapa sih kelasku jauh dari kamar mandi?! Membuatku susah saja," gerutunya sembari menuruni anak tangga. Karena terlalu sibuk meluapkan emosinya, dia jadi tidak memperhatikan langkahnya dengan baik.

Kaki kecilnya salah menapaki tangga dan membuatnya hampir saja terjatuh jika tidak ada seseorang yang dengan sigap menariknya.

"Kau ini ceroboh sekali. Perhatikan langkahmu dengan benar, tangga di sebelah sini memang kurang simetris."

Renjun yang masih dalam mode terkejut hanya menganggukkan kepalanya saja. Wah, apa jadinya ia jika benar-benar terjatuh dari sini.

Dia menolehkan kepalanya dan mendapati Jeno yang ternyata sudah menolongnya.

"Terimakasih, Kak. Untung saja kau lewat sini," ucapnya.

"Hm, sama-sama. Kau mau kemana?"

"Toilet."

"Untuk apa?"

"Membeli semen. Ya, aku ingin buang air kecil lah, Kak!" Pekiknya kesal.

Jeno yang menyadari kebodohan dalam pertanyaannya hanya mengusap tengkuknya canggung.

"Apa perlu aku antar? Siapa tahu kau nanti malah terpeleset di kamar mandi."

Renjun mengerucutkan bibirnya, "Aku tidak secereboh itu juga, Kak."

"Ah, baiklah. Kalau begitu, aku pergi duluan, ya."

"He'em, sekali lagi terimakasih, Kak. Oh iya, Kak Jeno jika terlihat bodoh seperti itu semakin menggemaskan. Aku jadi makin suka padamu."

Jeno yang entah mendapat pujian atau mungkin ejekan itu malah melongo dan memberhentikan langkahnya.

Aku jadi makin suka padamu

Dia membalikkan tubuhnya namun Renjun sudah tidak berada di tempatnya tadi. "Heh?! Maksud dia apa?!"

Yuhuu aku up lagi, sekilas info aja, kayaknya book ini gak akan punya banyak chapter, deh hehehe

Segitu dulu, ya! Bye~

-Auva

Continue Reading

You'll Also Like

140K 16.9K 94
Destiny 2nd book (Disarankan baca Destiny dulu biar paham) ••• Karena mempertahankan lebih sulit daripada mendapatkan. Apalagi ketika orang-orang bar...
6.4K 696 13
"Kamu jahat." "Kenapa?" Gracia dom! Gak suka? Minggat.
5.7M 380K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.9M 279K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...