Dark Shadow

By MeiliaOscuroMagia

189 2 0

Ini hanya cerita karangan ku sendiri, yang dapat menilai bagus atau jeleknya cerita ini hanya lah kalian. ^^ More

Dark Shadow
Dark Shadow Chapter 2

Dark Shadow

40 0 0
By MeiliaOscuroMagia

Dark Shadow Chapter 3.

"R I A N... ! ! !", seru Binka terkejut dengan pemandangan yang terjadi di depannya, saking terkejutnya ia sampai lupa untuk mengatupkan mulutnya. 

"Rincy...! ! !", seru Rasya tak kalah terkejutnya dengan Bianka, bisa dibilang sekarang image cool Rasya bisa turun drastis gara-gara ekspresi Rasya sekarang. Oh ya, Rincy adalah panggilan sayang dari Rasya (sang kakak) untuk Riancia (sang adik). 

Mendengar namanya di sebut oleh dua orang yang sangat amat ia kenal, Riancia pun segera menoleh ke arah asal suara itu berasal. 

"Eh... Anu... Itu.... Kenapa?", tanya Riancia gugup, karena sangat amat tidak menyangka kalau sahabat dan kakaknya bisa berda di situ. 'Aduh, mampus gue, mereka pasti bakal mikir yang macem-macem nih ke gue! Lagian bego banget sih gue, mau ajah ngobrol bareng Pak Alvian di kantin sekolah. Tapi kalo di pikir-pikir Pak Alvian sih yang bego, kenapa di pake ngajak gue ketemuna di sini coba?, kayak gak ada tempat laen ajah dah!', kata Riancia dalam hati. 

"Ngapain kal....", sebelum Riancia menyelesaikan kalimatnya ternyata Rasya telah memotongnya terlebih dahulu. 

"Lo yang ngapain di sini, sama guru itu lagi?", tanya Rasya to the point sekali, sambil memandang sang guru dengan pandangan yang menyelidik. 

"Anu... Itu... Kak.... Duh...", kali ini Riancia benar-benar mati kutu dengan pertanyaan sang kakak. Tapi tiba-tiba saja ada yang memotong pembicaraannya. 

"Lo pacaran sama Pak Alvian?", tanya Bianka dengan wajah innocent nya. Ckckck... 

"BUKAN....", teriak Riancia histeris dengan pernyataan yang diucapkan oleh sahabatnya itu. 

"Bukan, tadi itu saya sama Riancia kesini Cuma mau ngebahas tentang hukuman Riancia saja. Lagi pula saya dan Riancia tidak ada hubungan apa-apa, apa lagi kalau sampai pacaran. Hubungan saya dengan Riancia hanya sebatas murid dan guru saja, tidak lebih", jelas Pak Alvian panjang x lebar x tinggi = rumus luas persegi panjang. :p 

"Wah kalau gitu masih ada lowongan donk buat saya pak?", sambar Bianka dengan tingkah centilnya tapi masih dengan sifat innocentnya, (harap di bayangkan sesuai dengan imajinasi sendiri). 

"BLETAK", tiba-tiba saja Rasya memukul kepala Bianka dengan gulungan buku kimianya. 

"Aduh... Apa-apaan sih lo Ras? Maen asal mukul kepala gue ajah! Kepala gue di fitrahin tau!", keluh Bianka sembari mengelus-elus kepalanya yang baru saja dipukul olah Rasya. 

"Lagian, lo gak tau diri banget sih! Mana mau Pak Alvian sama cewek kayak lo! Udah lemot, centil, banyak gaya, ribet lagi", jawab Rasya santai tanpa ekspresi. 

"Eh, lo piki ada cewek yang mau gitu sama lo? Heh? Sombong banget sih lo jadi cowok!", balas Bianka dengan semangat ber api-api. 

"Hn", hanya itu tanggapan dari Rasya, karene kesal dengan sikap Rasya, sebuah spatu pun mendarat di atas kepala Rasya. 

"Rasain tuh!", seru Bianka bahagia. 

"Akh, songong banget sih lo jadi cewek... Baru gue pakein GELL rambut nih rambut gue! Lo lempar sepatu lagi, bisa rusak bego rambut gue!", keluh Rasya dengan sikap Bianka. 

"Halah, gell rambut segala. Gaya-gayaan lo, biasa pake minyak jelantah ajah...", jawab Bianka tak kalah santainya dengan Rasya tadi. 

"Hahaha....", seketika seluruh orang yang ada di situ pun tertawa lepas akibat perilaku Rasya dan Bianka tersebut.

# # # 

Malam ini hujan turun... 

Sayup-sayup terdengar teriakan dan bentakan dari kamar utama, tetapi segala macam suara yang berasal dari kamar tersebut tidak dapat terdengar jelas karena suara petir yang menggelegar. Tapi buat Riancia dan Rasya itu semua sudah menjadi hal biasa yang mereka alami akhir-akhir ini. Yah 3 bulan ini kedua orang tua mereka sering sekali bertengkar. Entah apa yang mereka perdebatkan, yang jelas sikap kedua orang tua mereka terhadap mereka sudah agak berubah. 

Mendengara itu semua, Riancia pun jadi sulit untuk tidur, ia pun berinisiatif untuk pergi ke kamar sang kakak. 

"Tok... Tok... Tok...", terdengar suara pintu di ketuk di luar kamar Rasya. 

"Kak, kakak ada di dalam gak?", tanya Riancia dari luar kamar Rasya. 

"Hn. Masuk ajah!", jawab Rasya dari dalam kamar. Mendapat persetujuan dari sang kakak, Riancia pun segera membuka pintu kamar tersbut dan melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam kamar sang kakak. 

Ia pun melihat Rasya sedang berkutat dengan guitar akustik nya, dan Riancia segara menghampiri sang kakak. 

"Ada apa?", tanya sang kakak saat tahu bahwa sang adik sudah berada tepat di sampingnya. 

"Ayah sama Bunda kak!", jawab Riancia lirih, dan ia pun ikut duduk di lantai bersama sang kakak sambil memeluk lututnya. 

"Mereka berantem lagi, heh?", tanya Rasya santai. 

"Iya! Sampai kapan mereka mau berantem terus?" jawab Riancia sekaligus bertanya. 

"Gue juga gak tau, gue gak terlalu mikirin urusan mereka. Urusan nilai-nilai di sekolah gue ajah masih belum bener!", sahut Rasya. 

Hening.... 

Satu... 

Dua... 

Tiga... 

Tak ada tanggapan dari sang adik, Rasya pun segera menolehkan kepalanya agar dapat melihat keadaan sang adik. Menangis. Yah itu lah yang dilakukan oleh Riancia sekarang. Melihat keadaan sang adik yang sangat kacau tersebut, Rasya pun tak tinggal diam, ia segera mendekatkan dirinya ke sang adik, lalu dengan penuh kasih sayang ia memeluk sang adik untuk memberi ketenangan. 

"Hush... Udah ah jangan nangis! Malu tau masa seorang Rincy nangis sih! Di depan kakaknya lagi", Rasya berusaha menghentikan tangisan Rincia, tidak lupa ia mengelus-elus punggung Riancia untuk memberi ketenangan, Riancia pun membalas pelukan dari sang kakak. 

"Tapi kak!", timpal Riancia sambil menangis. 

"Udah jangan nangis lagi!", seru Rasya lagi. 

Lama mereka saling berpelukan, Rasya merasakan kalau napas Riancia sudah teratur, ia pun segera mengcek Riancia dan benar daja tebakan Rasya bahwa Riancia ternyata sudah tertidur. 

"Huh dasar kebo!", ledek Rasya sambil tersenyum simpul, ia pn merasa iba dengan keadan adiknya yang sekarang ini, dengan penuh rasa sayang Rasya pun segera menggendong sang adik dengan gaya "Bridal Style" untuk menidurkannya di tempat tidur nya, setelah is meletekan sang adik di atas tempat tidurnya, is menundukan diri nya dan berbisik di telinga sang adik "Good night my sister! Have a nice dream!", ucap Rasya dengan tersenyum pahit, karena ia tahu bahwa Riancia tak akan bemimpi indah, hanya mimpi buruk lah yang akan ia dapat di dalam tidur lelapnya. 

Setelah mengucapkan selamat malam kepada Riancia, ia segera menuju pintu kamar dan membukanya. 'Gue tidur di kamarnya dia ajah dah!' ucap Rasya dalam hati. Sebelum sepenuhya ia keluar dari kamarnya, ia ingin mematikan lampu kamarnya terlebih dahulu, tetapi ia teringat akan siapa yang sekarang tengah tertidur lelap di dalam kamarnya, dan ia pun tida jadi mematikan lampu kamanya, dan berkata 'Oh iya gue lupa, dia takut gelap', ucap Rasya dalam hati. 

# # #

Lima bulan berlalu, dan konflik diantara kedua orang tua mereka pun belum juga usai. Dan yang terpenting sikap mereka pun sangat bereubah 180 derajat. Seperti halnya Rasya yang sekarang sering sekali pulang larut malam dalam keadaan mabuk berat. Lalu Riancia yang sekarang berubah menjadi Riancia sang Pemurung, ia bahkan jarang bicara dengan sahabatbya sendiri, Bianka. Mereka berubah menjadi anak yang pendiam.

Jam dinding sudah menunjukan pukul 01:30 pagi, tapi sampai saat ini Rasya belum pulang juga. Dan Riancia terus menunggu kedatangan sang kakak dengan kecemasan yang sangat amat terpeta di wajahnya. Ia terus berjalan mondar-mandir di teras rumah untuk menunggu kedatangan sang kakak. Setelah ber jam-jam ia menunggu terlihat lah sebuah sepeda motor ninja memasuki halaman rumah, yang tidak lain dan tidak bukan bahwa sang pengendara adalah Rasya, sang kakak. 

Riancia un segera berlari menghampiri sang kakak, dan saat ia tepat berda di hadapan sang kakak, ia sangat terkejut dengan kondisi kakaknya yang sekarang. Sangat tercium aroma alcohol dari tubuh sang kakak yang menjelaskan bahwa sang kakak dalam keadaan mabuk, tapi anehnya kenapa sang kakak masih bisa mengendarai motornya?, ternyata bila diperhatikan dengan seksama penampilan motor dan sang pengendara, amat lah rusak. Terdapat banyak goresan sana sini di body motornya, salah satu kaca spionnya pecah, dan yang satu lagi patah. Dan kondisi sang kakak sekarang banyak sekali luka gores di bagian tangan, kaki, dan keningnya. 

Tanpa aba-aba dari sang kakak, Riancia segera memapah sang kakak hingga ke dalam kamar sang kakak. Di dalam kamarnya, ia segera mendudukan sang kakak di lantai, dan ia segera mengubah posisi duduk nya menghadap ke sang kakak. 

"Kenapa mabuk lagi?", tanya Riancia sinis, sambil terus menatap mata sang kakak. 

"Bukan urusan lo anak kecil!", jawab Rasya dingin tanpa ekspresi. 

"Gue adik lo Ras, kalo lo punya masalah, lo tinggal cerita aja sama gue! Gue siap kok jadi pendengar yang baik buat lo!", sahut Riancia sambil membentak. 

"Shit... Capek gue denger semua ocehan lo Njing! Kuping gue panas!", balas Rasya yang sekarang sudah dalam posisi berdiri. 

"Terserah lo, lo mau bilang gue apa! Gue Cuma minta lo berenti kayak gini Ras", sahut Riancia yang ikut-ikutan berdiri juga. 

"Lo mending keluar dari kamar gue! Cepet keluar!", perintah Rasya dengan nada marahnya yang sangat menyeramkan. 

"Gak, gue gak mau keluar sebeum lo janji kalo lo bakal berenti kayak gini!", ucap Riancia tidak mau kalah. 

"Dasar JALANG! Cepet lo keluar dari kamar gue!", perintah sang kakak sekali lagi sambil membanting sebuah jam beker dari atas meja belajarnya. 

Deg.. 

Deg... 

Deg... 

Riancia sudah mulai meresa takut dengan sukap sang kakak, tapi rasa takut itu kalah dengan rasa sayangnya kepada sang kakak. 

"Enggak mau!", Riancia tetap dengan pendiriannya. 

"PLAK" 

Sebuah tamparan dari sang kakak telak mengenai pipi nya yang mulus. 

"Kak....", sahut Riancia lirih. 

Kini tanpa ia sadari tetes demi tetes air mata mengalir di pipinya membentuk sebuah aliran anak sungai di sana. Dan entah setan apa yang meresukinya sehingga ia dengan beraninya memeluk sang kakak yang nampak seperti orang kestanan tersebut. Tapi apa daya. Kasih sayang dan ketulusan cinta dapat mengalahkan segalanya. Ia terus memeluk sang kakak, yang di peluk pun tak berkutik, detik demi detik pun berlalu, kesadaran sang kakak pun mulai pulih. Dan saat itu juga sang kakak membalas pelukan sang adik. 

"Maaf!", hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut sang kakak. Dan Riancia pun hanya bisa mengangguk lemah. 

'Maaf juga karena hari ini gue udah bikin kaesalahan terbesar gue seumur hidup!' ucap nya dalam hati.

# # #

Dua minggu telah berlalu, dan sampai sekarang pun konflik di antara kedua orang tua mereka belum juga surut. Sungguh menyedihkan memang.

"Uhm, jadi lo nanti bisa dateng ke rumah gue?", tanya Riancia pada lawan bicaranya yang tak lain adalah Pak Alvian. 

"Yah, kayak nya gue hari ini bisa deh", jawab sang guru dengan senyuman mautnya. 

"Ok, nanti bareng aja kerumah gue nya", balas Riancia. 

"Hn. Terserah lo ajah".

Saat jam istirahat, Riancia sibuk kesana-kemari mencari sahabatnya itu, Bianka. Dan di taman belakang sekolah lah ia berada, ia terus mengedarkan panndangannya ke sepenjuru taman untuk menemukan sahabatnya itu. Dan yang benar saja, ia menemukan Bianka sedang duduk bersandar di bawah pohon pinus sambil memeluk kudua lututnya dan dengan posisi wajah yang is tenggelamkan di kedua tangannya. 

Ia pun segera menghampiri Bianka. 

"Ka, Bianka!", panggil Riancia. Tapi tak dapat respon apapun dari Bianka. 

"Bianka!", ia mencoba sekali lagi tetapi tetap tidak berhasil. 

Kesabaranny pun telah habis, ia pun mulai berjongkok tepat di depan Bianka dan mensejajarkan wajah mereka. 

"Bianka!", panggilnya lagi sambil menguncang-guncangkan tubuh Bianka. 

Akibat dari guncangan Riancia itu, Bianka pun mendongakkan wajahnya ke arah Riancia. Dan betapa terkejutnya Riancia melihat kedua mata Bianka yang bengkak karena menangis. 

"Bianka, ada apa?", tanya Riancia dengan nada suara lembutnya. 

Bianka hanya menggeleng-gelengkan kepalnya. 

"Bianka?", tanya nya lagi. Dan Bianka hanya menggeleng. 

"Bianka lo cerita ajah sama gue! Siapa tau gue bisa bantu!", usul Riancia sambil menepuk pundak Bianka. 

"Gue malu Yan!", jawab Bianka lirih. 

"Malu kenapa?", tanya Riancia makin penasaran. 

"Gu... Gue..." 

"Lo kenapa?" 

"Gue .... HAMIL", jawab Bianka histeris, dan ia pun mulai menagis lagi. 

"Hah? Yang bener? Sama siapa?", tanya Riasncia penasaran. 

"R..... Ra.... Rasya!", jawab Bianka gugup. 

"Rasya?" 

Bianka hanya mengangguk lemah. 

# # # 

Sekarang di ruang keluarga rumah Riancia telah berdiri sang ayah dan sang bunda, Riancia, Rasya, dan Bianka. 

"Jadi? Lo mau tanggung jawab gak sama janin yang dikandung sama Bianka.", tanya Riancia sinis kepada Rasya. 

"Kalo gue gak mau?", tanya Rasya asal. 

"Tapi lo harus tanggung jawab Ras!", protes Riancia. 

"Gugurin ajah kandungan lo!",usul Rasya enteng. 

"PLAK" 

Sebuah tamparan mendarat tepat di pipi kiri Rasya. 

Tiba-tiba saja pintu rumah terbuka, dan menampakan sosok gagah sang Alvian. Serentak seluruh pasang mata tertuju kepada Alvian. 

"Alvian..." 

"Alivian..." 

Seru ayah dan bunda bersamaan. 

"Ayah dan Bunda tau siapa dia?", tanya Riancia heran sambil melirik ke arah Alvian. 

"Yah, dia kekasih bunda" 

"Dia, kekasih ayah" 

Sahut ayah dan bunda berbarengan dengan suara yang amat pelan, tapi sayang pendengaran Riancia yang tajam dapat mendengar seruan mereka. 

Ayah dan Bunda pun saling menatap. 

"Kau..." 

"Kamu..." 

Kata mereka berbarengan. 

"Apa maksud mu?", tanya Bunda dengan penuh emosi kepada Ayah. 

"Dia kekasih ku! Kamu puas sekarang?", Ayah balik bertanya. 

"Kau...", dengan penuh emosi, Bunda menampar ayah. 

"Alvian! Tolong jelaskan yang sebenarnya!", perintah bunda. 

"Sebelumnya maaf Bu.Indira. Saya hanya menganggap ibu sebagai ibu saya semata, karena saya sudah dua tahun kehilangan ibu saya, dan arti dari makan malam waktu itu, itu hanya sebuah ucapan terimakasih saya kepada anda kerena selama ini anda sangat membantu saya untuk mengambil program beasiswa. Dan maaf juga untuk Pak.Chandra, saya hanya menganggap hubungan kita hanya sebagai dosen dan mahasiswa semata, saya tidak pernah menganggap lebih. Sekali lagi saya mohon maaf", jelas Alvian panjang lebar. Terlihat jelas raut wajah kekecewaan di wajah Bunda dan Ayah. 

"Tega, kau tega sekali Alvian!", seru Bunda emosi. 

"Maa...", bunda memotong kalimat Alvian. 

"Shut up ...", dengan kesal Bunda mengambil pisau yang berada tepat di atas meja makan, dan dengan penuh emosi juga Bunda ingin menusukan pisau itu ke arah jantung Alvian, tapi sayang Ayah segera mencegah rencana keji Bunda, dan sayangnya pisau itu tertancap tepat di jantung ayah. 

"Ayah...!", teriak Riancia dan Rasya bersamaan. 

"Ayah, bangun... Ayah bangun ayah.... Jangan tinggalin Rian!", seru Rian sambil menangis dan berusaha membangunkan Ayah-nya. 

Tanpa Riancia sadari ternyata Bunda mengambil sebuah hiasan dinding berupa samurai, dan Bunda segera mengarahkan samurai itu ke arah punggung Riancia. Dan saat itu juga, ada tetesan darah menetes tepat di kening Riancia, Riancia pun segera mendongak dan ia melihat Bunda mengeluarkan darah dari mulutnya, yah sebuah anak panah menembus jantung Bunda dari belakang dan yang melakukan itu semua adalah Rasya. 

"Bunda...", ucap Riancia lirih. "Kenapa kak?", tanya nya. 

"Bunda mau bunuh lo!", jawab Rasya yang sama lirihnya. 

Sekarang terbaring lah dua jenazah yang keduanya adalah orang tua mereka. 

# # # 

Uhm, yah itu lah sepenggal kisah ku yang ku sebut dengan Dark Shadow. Seperti yang kalian tahu, ayah ku adalah sorang "GAY" dan ibu ku adalah wanita yang selalu menyukai pria yang usianya lebih muda dari nya. Dan Rasya, kakak ku yang paling ku sayang, ia telah menghamili sahabatku. Dan aku di sini sebagai seorang mahasiswa Photograpy di universitas yang sama dengan kekasih ku, yah Alvian, guru ku adalah kekasihku. 

Sungguh ironis memamng kalau kita harus menikah dengan seseorang yang tidak kita cintai, dan itu lah risiko yang harus di hadapi oleh kakak ku, tapi asalakan ia tahu, bahwa diam-diam Bianka ternyata menyukainya. 

Spertinya sampai di sini dulu aku harus bercerita, karena aku sudah mendengar teriakan dari Bianka. 

"Rian, ini yang lo sebut kakak...." 

"Kenapa?" 

"Liat sendiri..." 

"Ya ampun... Kak bangun udah siang!" 

"Hmmm" 

"BYUUURRR" 

"BIANKA.... ! ! !" 

"Bangun IDIOT..." 

"I'll to kill you!" 

The End 

By:Meilia ^.^

Continue Reading