About Naura

By Plutozhcy

17.9K 2.2K 479

Ini tentang Naura, si gadis bulan yang hidupnya dipenuhi oleh sayat dan goresan. Tentang gadis yang menelusur... More

Prolog
01• Dear Ayah ☪︎
02• Bulan ☪︎
03• Hati Yang Memilih ☪︎
04• Jadian!? ☪︎
CAST
05• Im (not) Fine ☪︎
07• Marah ☪︎
08• Kecewa ☪︎
09• Iya Gak Papa ☪︎
10• Tak Dianggap ☪︎
11• Telah Hancur ☪︎
12• Percekcokan ☪︎
13• Makam Bunda ☪︎
14• Senja Dan Harapan ☪︎
15• Detak Jantung ☪︎
16• Pemandangan Menyakitkan ☪︎
17• Hanya Mimpi ☪︎
18• LO!? ☪︎
19• Masa Lalu ☪︎
20• Gausah Alay! ☪︎
21• Kembali ☪︎
22• Ibarat Kaca ☪︎
23• Dua Hati ☪︎
24• Sesak ☪︎
25• Di dekatmu ☪︎

06• Hukuman ☪︎

579 88 11
By Plutozhcy

Ditengah panas nya sang Surya yang memancarkan cahaya panasnya pada bumi rahayu, terdapat tiga gadis yang berlari memutar lapangan yang luasnya naudzubillah.

Bagaimana tidak? Lapangan yang biasa digunakan untuk tempat upacara dimulai pun harus mereka putari. Ditambah matahari yang kian membakar kulit mereka.

"Panas banget ya allah!" Keluh Dea disela hukumannya.

"Hoosshh...hoshh..parahhh tuhh guuruhh...ngasih hukuman hoossh gak ngotak banget" timpal Luna.

"Udah jangan kebanyakan ngomong kalian, hoshh..baru aja 2 putaran udah ngeluh" ucap Naura.

"Aishh. Belum laagihh kita hosshh...hormat ke bendera. Anjir banget hooshh...tuh guru"

3 putaran telah mereka lalui. Tinggal 2 putaran Lagi, lalu hormat ke bendera setelah itu sudah selesai deh hukuman mereka. Tapi, tenaga mereka sudah terkuras cukup banyak untuk berlari 3 putaran saja.

Lha Ini, tinggal 2 putaran lalu hormat bendera. Huh, untung guru.

Merasa dada nya sesak, Naura berhenti sejenak dan mengatur nafasnya. Seperti nya asma nya kembali kambuh.

Gadis itu tampak berjongkok sembari memegangi dadanya yang terasa sesak akibat hukuman yang tidak main main dari guru killer tersebut.

Menyadari bahwa Naura tidak lagi berlari, kedua sahabat Naura pun memutar lehernya ke belakang.

Segera, mereka langsung berlari menuju Naura yang berusaha mengatur nafasnya yang tersengal senggal.

"Naura, l-lo gak papa?"

"Tu-tunggu bentar, gue ambil in inhaller" kata Luna dan langsung berlari menuju bangku di pinggir lapangan.

"LUNA!! CEPETAN!" Teriak Dea. Gadis itu semakin kalut ketika melihat wajah Naura yang bertambah pucat.

Bruk!

"Naura!? Naura? Bangun Naura! Naura!" Berkali kali Dea menepuk nepuk pelan pipi Naura. Namun nihil, gadis itu masih setia memejamkan matanya.

"Eh anjir! Naura pingsan! Woe tolong!"

Plak!

Dea langsung menabok mulut Luna yang baru menyadari bahwa Naura pingsan ditengah lapangan. Salah siapa punya mulut seperti toa masjid.

"Gak usah teriak teriak ogeb!" Sembur Dea.

Tiba tiba awan menjadi mendung. Tidak Tidak, awan tidak mendung, namun ada laki laki yang menghalangi cahaya matahari menyinari mereka yang masih setia di tengah lapangan.

Segera laki laki jangkung itu berjongkok lalu menyelipkan tangan kanannya di tengkuk Naura dan menaruh tangan kiri nya dibawah lutut Naura.

Alhasil laki laki itu menggendong Naura ala bridal style yang membuat Dea dan Luna melongo dibuatnya.

───── ◦'𖥸'◦ ─────

Sudah hampir 15 menit laki laki itu menunggu Naura membuka mata. Laki laki jangkung itu masih setia menemani Naura di UKS walau di lubuk hatinya paling dalam dirinya sangat bosan dan hendak meninggalkan Naura sendirian disini.

Namun ketika mengingat ancaman dari seseorang, membuatnya mau tak mau harus menunggu gadis penyakitan ini.

Laki laki itu melirik jam bundar yang lingkar sempurna di lengan kirinya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan lebih 10 menit.

Sangat bosan dengan keheningan di UKS, ditambah bau obat obatan yang seharusnya ia hindari, laki laki itu memutuskan untuk bermain dengan benda pipih yang baru saja ia ambil dari kantong celananya.

Merasa ranjang UKS sedikit bergerak, dan ekor matanya melihat tangan Naura terangkat mengucek matanya sendiri, laki laki itu menyimpan kembali ponselnya dan berkata, "Udah baikan?"

Gadis itu tampak terlonjak kaget melihat wajah dingin nan datar yang selalu memenuhi pikirannya.

"K-kak Gibran?" Beo Naura. Kedua bibir gadis bulan itu tampak tertarik keatas membentuk sebuah lengkungan senyuman yang manis.

'Berarti, yang gendong gue kesini kak Gibran dong' batin Naura bersorak senang.

"Jangan ge-er. Bukan gue yang gendong lu" ucap Gibran seolah mengetahui apa yang Naura pikirkan.

Bak ditusuk oleh ribuan pisau, dihantam batu karang yang tajam berkali kali. Hati Naura mencelos merasa sakit di ulu hati nya. Jika bukan Gibran, lalu siapa lagi?.

"O-oh. Terus siapa?" Tanya nya hati hati.

Kalo laki berwajah tembok Itu tampak menghela nafas panjang lalu menghembuskannya dengan kasar. "Ga--"

"NAURAAA!!"

Sial! Mengapa dua kunyuk yang menjelma menjadi sahabat Naura datang sembari berteriak kencang. Tak tau kah kalau disini mereka di UKS?.

Gibran berdecak kasar lalu melenggang pergi meninggalkan ketiga gadis yang menatap nya tak percaya. Ia harus pergi ke taman belakang, menghirup banyak banyak udara segar setelah hampir setengah jam berdiam diri di ruangan yang baginya bak neraka dunia.

Sungguh, ia sangat benci UKS dan rumah sakit atau ruangan yang berbau obat obatan.

"Wah wah. Ketos apaan tuh, gak tanggung jawab banget" cibir Luna.

"Wah, minta baku hantam tuh laki. Ganteng tapi gak tanggung jawab" timpal Dea.

Naura mengulas senyum tipis sembari menatap kedua sahabatnya yang mendumel tak jelas. "Udah lah, dia kan ketos, mungkin ada pekerjaan yang belum dikerjain" sahut Naura berusaha positif thinking.

Padahal mereka tak tahu bahwa hati Naura seperti di remas kuat. Baru 1 hari pacaran, sudah merasakan luka di hatinya. Naura memang pandai menyembunyikan luka lara nya, pandai berakting, dan pandai mengatur mimik wajah untuk tetap tersenyum.

"Aish. Lo mah selalu gitu Na. Gue kan jadi terhura" ujar Dea lalu memeluk Naura.

"Eewwhh lebay Lo!" Celetuk Luna.

Gadis berwajah sedikit tomboy itu menatap tajam perempuan yang baru saja mencibirnya. "Iri bilang karyawan!" Tukas Dea tak ingin kalah.

"Heh! Kalo ngomong ngena banget. Mau gue kutuk jadi jamet lo!"

"Halah halah sok sokan main kutuk kutuk. Tuhan aja malu punya hamba kek lo"

"Sembarangan lo ya--"

"Udah woe! Jangan berisik elah!" Lerai Naura, lebih tepatnya memarahi mereka berdua yang suka adu mulut walau masalah sepele pun.

"Eh? Lo udah makan? Yah, bubur nya kok masih utuh? Lo gak disuruh makan sama Gibran?" Ucap Dea mencari topik lain.

"HEH! Dia kakel kita anjir. Gak baik ngomong nya cuman pake nama. Harus pake 'Kak' " kata Naura membenarkan ucapan Dea.

Gadis itu tampak berdecak kesal, "Udah galak, dingin, jarang ngomong, kulkas berjalan, ga pelan, gitu kok dipilih ketos. Menang ganteng nya doang dia mah. Mau aja lo manggil dia pake embel embelan 'kak' " cerocos Dea.

Luna yang berada di sampingnya pun mengangguk setuju.

"Yang lo omongin masih disini!"

Glek!

'Mampus!'

───── ◦'𖥸'◦ ─────

Pagi berganti siang, terik matahari tampak menyengat kulit ketika sang Surya tepat berada di atas kepala kita. Bayangkan saja, panas di bumi belum seberapa jika dibandingkan dengan panas nya api neraka.

Naura kini bersiap siap memakai seragam cafe nya lalu menutupinya dengan jaket berwarna coklat.

Ia berjalan menuju tempat kerjanya yang menjadi pelayan di salah satu cafe karena dirinya hanya hidup sendiri, di pelantaran kecil sebuah kost-kostan yang menjadi tempat tinggalnya sekarang.

Rambut panjang bersurai hitam kecoklatan itu ia cepol asal, tak lupa memakai sedikit bedak bayi agar terlihat lebih segar. Namun, bibirnya yang sedikit pucat tak menutup kemungkinan bahwa Naura berada dalam fase baik baik saja.

Gadis itu selalu mengembangkan senyum nya agar banyak orang yang mengira bahwa dia adalah satu perempuan yang bahagia. Namun,,, nyatanya tidak. Senyuman itu hanya untuk menutupi topeng luka lara nya.

Gadis itu menarik nafas panjang lalu masuk ke dalam cafe dan menuju ke dapur mengantarkan pesanan pelanggan.

"Na, muka lo pucat banget. Udah minum obat kan?" Tanya Amanda sembari menangkup pipi Naura.

Naura tersenyum simpul lalu mengangguk mantap. "Gue gak papa, gue sehat kok. Nih buktinya" Naura mengangkat tangannya bak olahragawan yang menunjukkan otot besarnya.

Amanda tampak terkekeh mendengar penuturan Naura. Padahal ia tahu bahwa Naura tidak sedang baik baik saja.

Percuma saja Amanda memaksa nya untuk beristirahat namun Naura tetap Naura. Ia melaksanakan semua tugas nya dengan cepat. Baginya "pekerjaan tidak boleh ditunda tunda!" Itu lah motto hidup nya.

Ia mengayunkan kakinya dengan nampan berisi pesanan pelanggan yang duduk di kursi nomor 10.

Byurr

Minuman jus alpukat tersebutberhasil menyiram sebagian tubuh laki laki yang berkutik dengan ponsel nya.

Sontak, Naura membelalakkan matanya tak percaya. Ia melihat perempuan yang tak sengaja menyenggol nya itu sudah berlari keluar cafe. Mungkin dirinya sedang terburu buru hingga tak memperhatikan jalan.

"Astaga, ma-maaf om, eh kak, s-saya tidak sengaja" ucap Naura merasa bersalah. Ia melihat laki laki itu menatap ke depan dengan tatapan tajam nya.

Laki laki itu menolehkan kepalanya melihat gadis yang baru saja mengguyur tubuhnya dengan jus Alpukat.

Seketika tatapan laki laki itu tidak lagi menatap Naura dengan tatapan elang nya. Sekilas senyum terbit dari bibir tipis nya.

"Naura kan?" Tebak nya.

Naura tampak memicingakan mata nya mencoba mengingat laki laki itu.

"Kak Galeen?"

Galeenino Rayn Aldebaran. Laki laki yang pernah Naura temui di cafe tempatnya bekerja yang tiba tiba mengajak nya berkenalan. Tempat duduk Galeen masih sama. Masih pada kursi nomor 10 yang menyuguhkan jalan raya yang ramai akan lalu lalang pengemudi.

"Akhirnya inget juga" Galeen sedikit terkekeh melihat Naura yang kini tersenyum canggung.

"Ah, maaf ya kak baju kakak basah. Bentar, aku ambil in minuman nya lagi"

Gadis bulan itu berbalik badan namun langkahnya terhenti ketika tangannya dicekal oleh Galeen.

"Gak usah diambil. Gue disini cuman pengen ketemu sama lo" ujar Galeen lalu mengacak acak pelan rambut Naura.

Tanpa mereka sadari, laki laki berhodie hitam diam diam mengepalkan tangannya saat melihat kedua sejoli itu malah asik berbincang ringan.

•••

Jangan lupa memakai masker. Stay at home yaa🙆‍♀️💗

SEE YOU

Continue Reading

You'll Also Like

998K 31.3K 43
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
752K 55.8K 60
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
451K 34.3K 43
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...
857K 6.1K 10
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...