Sport ✔

By Arriverdeci

1.6M 153K 69.6K

Jeon Ssaem mengajarkan dua jenis olahraga pada Jihan. Mau tahu? Start : 3 Mei 2020 Fin : 4 Februari 2022 Cove... More

Prolog
01. First Favor
02. Warming Up
03. You're Sweet
04. Guarantee
05. Accidentally
06. Imagine a Lot
07. I See Yours
08. Chasing On You
09. Get Shock
10. So Clumsy
11. Try to Closer
12. It's Secret
13. Under The Blanket
14. Acutely Lazy
15. Personal Trainer
16. Suspicious
17. Hold My Lust
18. A Progress
19. La La Love
20. Eargasm
21. Teasing You
23. Pillow Talk
24. Adore You
25. Keep You Up
26. Night Talk
27. Weird Longing
28. More Than Secret
29. You Want, You Get
30. The Hidden Truth
31. Bumpy Ride
32. Fear Has Come
33. Among The Choice
34. Chaotic Night
35. The Regret
36. Anxiety Begins
37. Make A Peace
38. Rid The Past
39. Mommy Need Daddy
40. Their Struggle
41. People's Insults
42. A Lot Of Ordeal
43. Traumatized
44. Intimacy Test
Epilog
SEASON 2 [E-BOOK]

22. Sweet Salty

47K 3.4K 2K
By Arriverdeci

_____

"Mau bertemu dengan Gugeom, Jihan?"

Perempuan Kim itu menarik napasnya, ia masih khusyuk memeluk Jungkook. Berharap agar laki-laki ini tidak melakukan itu lagi. Bahkan Jihan mengeratkan pelukannya supaya Jungkook tidak bergerak sedikit pun.

Jihan mengusap wajahnya yang penuh air mata. Sekarang Jungkook mau apa lagi, Gugeom itu siapa? Jihan tidak kenal dengan orang itu.

"Gugeom-ku sudah sesak di bawah. Kau tidak kasihan?"

Jungkook hendak melepas diri, ia menatap lekat kekasihnya yang wajahnya nampak berantakan berada di pelukannya. Penuh peluh, basah semua pokoknya.

"Sakit, ya?" tanya Jungkook pelan, lalu kedua tangannya yang berada di sisi wajah Jihan mengelap air mata dan keringat yang mengucur deras di kulit sang gadis. Tak lupa ditiup-tiup, agar kekasihnya merasa lebih segar.

Mendapati Jungkook bertanya seperti itu, Jihan mengangguk pelan walau ia masih terisak kecil, "P-perih, geli juga." lirihnya, "Jangan begitu lagi, Ssaem .. "

"Aku tak yakin dengan permintaanmu itu." jawabnya, kasihan sih melihat Jihan lelah dan memohon begitu padanya. Tapi ia minta hari ini saja, hanya hari ini Jungkook tidak mau main sendiri di kamar mandi Jihan.

"Sayang, jangan lelah dulu, jangan menangis lagi, ya." Jungkook merayu, mengelus kepala Jihan penuh kelembutan, "Hari ini saja aku minta dimanja .."

Jihan yang masih dalam keadaaan bagian bawah tak terlapisi apa-apa itu terdiam dengan kedua mata berairnya menatap Jungkook yang memandang sendu. Apapun itu yang sempat dirinya tolak pada akhirnya pasti akan ia turuti kalau laki-laki Jeon ini sudah menampilkan raut wajah seperti sekarang.

"Kumohon, Sayang. Aku minta sekali saja dan ini pertama kalinya aku meminta padamu."

Dari perkataannya saja Jihan sudah tahu, Jungkook benar-benar ingin sesuatu. Jihan terus dipanggil dengan sebutan Sayang ditambah perlakuan laki-laki ini yang tiba-tiba melembut dari yang tadi, itu menandakan Jungkook ada maunya.

"Biarkan Jihan bernapas sebentar ..." Perempuan itu mendorong dada Jungkook agar sedikit menjauhinya, lama-lama Jihan pengap ditindih seperti ini.

Paham akan keadaan kekasihnya yang masih mengontrol napas, membuat Jungkook diam dan menunggu Jihan merasa lebih baik. Tahu, kan klimaks itu membuat seseorang kehabisan tenaga.

Beberapa menit menormalkan keadaaan, Jihan langsung ditarik cepat menuju ke bawah ranjang. Jihan bahkan sampai lupa pakaian keringnya yang sempat ia ambil di luar berhamburan kemana-mana di atas lantai.

"Aku ingin sesuatu," Jungkook yang duduk di pinggir ranjang itu menatap Jihan yang sekarang bersimpuh di bawahnya, lalu meraih sebelah tangan perempuan itu menyentuh sesuatu di pertengahan pahanya.

Jihan meneguk ludah gugup, tangannya sedikit bergetar ketika merasakannya. Keras sekali, pasti sedari tadi Jungkook menahannya.

"Ini Gugeom, Jihan." gumamnya santai seraya mencetak senyum paling manis pada Jihan. Caranya berbicara seakan dirinya tengah mengenalkan seseorang pada Jihan.

Jihan sudah tahu dan mengerti apa yang sebenarnya diinginkan kekasihnya ini. Tapi herannya adalah untuk apa Jungkook menamai miliknya dengan nama begitu. Seperti nama peliharaan saja.

"B-biarkan Jihan pakai celana dulu, Jihan tak nyaman," Serius, bersimpuh dengan keadaan setengah telanjang seperti ini membuat Jihan risi.

"Dan aku lebih tak nyaman ditahan-tahan begitu." Jungkook menangkup wajah Jihan yang tepat duduk di bawahnya, mengecup bibir lembut itu dengan pelan sebelum bertanya, "Kau tahu kan, aku ingin apa?"

Gadis Kim itu mengangguk dua kali. Jungkook yang melihatnya sempat tertegun juga, ia kira Jihan tak paham. "Apa perlu aku ajari?" tanyanya lagi.

Jihan menggeleng kecil, pertanyaannya terlalu sulit untuk Jihan jawab—malu mendengar lebih tepatnya. Setelah meyakinkan diri, Jihan membuka ikatan tali celana yang dipakai Jungkook walau tangannya masih sedikit bergetar.

Jungkook sendiri yang menyaksikan itu terkejut dalam diam, Jihan nampak biasa saja menerima permintaannya. Tapi sebenarnya kalau dilihat-lihat, Jungkook yang kesannya nampak memaksa Jihan tadi. Dan sekarang setelah kekasihnya mau, ia malah terkejut.

"Kau pernah melakukan ini sebelumnya, Jihan?" Jungkook hanya memastikan, walau sebenarnya ragu mendengar jawaban yang akan Jihan katakan. Sedih saja kalau tahu sebenarnya Jihan sudah pernah memberikan service pada seseorang sebelum dirinya. Dengan mantan kekasihnya mungkin.

"Belum, J-jihan cuma lihat lewat video." katanya jujur.

Oh, sekarang Jungkook tahu kalau Jihan tak sepolos yang ia pikirkan. Mana mungkin ia tak tahu cara memuaskan lawan jenis, diajak berciuman saja pandai.

"Lakukan, Jihan," Jungkook menurunkan sedikit tubuhnya, mengelus pucuk kepala Jihan sebelum berkata, "Lakukan apapun yang kau bisa, aku akan senang kalau Jihan-ku ini yang melakukannya."

Entah bagaimana celana santai yang dipakai Jungkook itu sudah melorot lepas dari tempatnya, kedua tangan Jihan juga sudah berada di pinggiran bokser yang dipakai Jungkook. Dalam hati ketika hendak melepas kain penutup terakhir itu Jihan merasa amat berdosa.

Kenapa ia bisa bersimpuh di bawah Jungkook dan lagi kenapa ia mau melakukannya padahal bisa saja ia menolak meski pada akhirnya mengiyakannya juga. Ada sesuatu yang mengganjal di benak Jihan jika sampai ia menolak keinginan Jungkook, ia tidak tahu itu apa.

"Sebentar, ini panas sekali." Sebelum boksernya diturunkan Jungkook lebih dulu berdiri untuk menjangkau kipas angin yang berada di samping meja belajar Jihan. Entah, keringatnya sedari tadi mengalir terus padahal mereka sama sekali belum bermain.

Setelah hidup, Jungkook langsung kembali duduk di sisi ranjang tak lupa menuntun tangan Jihan agar segera melepas boksernya.

"Santai saja, jangan takut." Jungkook melihat Jihan nampak gugup, "Gugeom tidak menyeramkan."

Perasaan Jihan mulai tak karuan saat sudah melepasnya. Ia melihatnya secara nyata bukan lewat layar ponsel lagi, astaga tolong selamatkan matanya ini.

Melihat Jihan gemetar di bawahnya membuat Jungkook menarik tengkuk gadis itu untuk diajak berciuman terlebih dahulu supaya meminimalisir rasa canggung yang Jihan alami sekarang.

Setelah pagutan itu terlepas Jungkook berucap dengan amat pelan, "Pakai tanganmu dulu, Sayang."

Walau sedikit gemetar, Jihan melakukannya dengan lumayan baik. Kepalanya terus dielus Jungkook, kadang rambutnya yang berantakan itu dirapikan agar tidak menghalangi pemandangan.

Jihan jauh lebih seksi dan menantang menurut Jungkook kalau seperti ini. Berulang kali Jihan mendengar kekasihnya mendesis meski Jihan benar-benar merasa risi dengan semua ini.

Laki-laki Jeon yang nampak terangsang itu menahan desahan frustasi, sebab sedari tadi gerakan tangan Jihan monoton seperti itu. Ia puas, tapi merasa ada yang kurang. Tinggal sedikit lagi.

"Ghh .. Jihan," Jungkook meremat kuat bahu kekasihnya, rahangnya mengetat. Jihan bisa lihat itu semua, bagaimana rambut Jungkook yang agak basah karena keringat itu melambai sebab diterbangkan sepoi angin dari kipas yang hidup dari samping.

Tatapannya menampilkan sirat memohon pada Jihan. "J-jihan ... bisakah?"

Dan Jihan tahu maksudnya apa. Jungkook banyak mau sekali malam ini, tapi jika kalian melihat bagaimana ekspresinya memandang Jihan mungkin juga akan sama luluh.

Jihan menelan ludah susah payah sebelum berucap, "N-nanti takutnya tidak muat masuk, bibir Jihan—" Perempuan itu mendongak ke atas, memperhatikan bagaimana keadaan Jungkook sekarang, menyedihkan. "Y-ya sudah .."

Laki-laki itu mendesah lega, lalu kembali mendesis saat merasakan miliknya disapa labium lembut itu. Walau masih agak kaku, Jungkook menikmatinya sekali. Kepala Jihan yang bergerak naik turun di antara pahanya memberikan pelayanan perdana.

"Ya—Sayang, iya .." Jungkook mulai meracau tak jelas, rasanya seperti dihisap di ladang kenikmatan. Kadang Jungkook tak tahan ingin mengumpat saat ia merasakan Jihan sedikit mengasah giginya di sana. Jihan masih pemula, jadi Jungkook paham kalau Jihan lumayan kaku dan panik melakukannya.

Secara keseluruhan, Jungkook suka. Sangat malahan. Meskipun meringis ingin membentak Jihan agar hati-hati menaikturunkan kepala. Gugeom-nya bukan makanan omong-omong, yang bisa digigit-gigit gemas.

Tapi sayang, Jungkook enggan protes dengan apa yang sudah Jihan lakukan. Bersyukur kekasihnya mau, lagipula ia sempat bilang akan menerima semuanya sebisa dan semampu Jihan, kan.

"Ah .. Jihan,"

Jungkook melihat Jihan nampak kesusahan melihat, sebab rambut panjangnya yang tergerai ke depan itu menghalangi geraknya. Dengan sigap, Jungkook menyisir rambut halus itu pelan-pelan menggunakan tangan lalu menyepolnya asal.

Begitu lebih baik, Jungkook juga bisa lebih jelas melihat bagaimana wajah Jihan kalau sedang memuaskannya itu. Seksi dan lucu.

"Sayang .." Jungkook mengembuskan napas kasar, terdengar seperti orang yang mau melahirkan menurut Jihan. "S-sudah ... sudah, Sayang,"

Tepat ketika Jihan menarik kepalanya, ia dikejutkan dengan sesuatu yang tiba-tiba menyembur di wajahnya saking kencangnya bahkan sampai masuk ke lubang hidung. Saat itu juga Jihan menangis sebab takut dan luar biasa kaget Jungkook keluar tidak bilang-bilang.

Desahan frustasi Jungkook terdengar kala ia menggerakkan tangan di miliknya mengeluarkan sesuatu dari sana. Benar-benar hanya karena mulut dan lidah Jihan ia bisa keluar sebanyak itu. Tumpah semua di baju Jihan.

"Hiks ... Ssaem,"

Mendengar isakan kecil itu, Jungkook baru sadar ketika melihat kesayangannya menangis seraya meremat kuat-kuat pinggangnya. Bukan merasa sedih Jungkook malah ingin menahan tawa melihat wajah Jihan sebagian dipenuhi spermanya tak lupa kedua matanya sudah berkaca-kaca mengeluarkan air mata.

"Aduh sayangku," Jungkook langsung berdiri mengenakan boksernya asal dan bergerak terburu-buru mencari tisu di meja belajar Jihan. Gadisnya terisak masih bersimpuh dengan wajah lengket memandangnya sedih.

Tanpa berlama-lama Jungkook langsung membersihkan hasil oralnya yang tumpah di wajah Jihan dengan hati-hati. "Maaf, ya Sayang. Aku tidak bilang dulu mau keluar," Jihan masih menangis kecil ketika wajahnya sudah dibersihkan oleh Jungkook.

Gadis Kim itu mengulum bibir, lalu bergumam seakan mengadu pada Jungkook apa sempat ia rasa, "Asin ..."

"Ya?" Jungkook mengerjap beberapa kali merasa bingung.

"Gugeom-nya asin .."

Bukannya menenangkan, Jungkook malah tertawa mendengar aduan Jihan, membuat gadis itu semakin tersedu menangisnya. Gemas sendiri mendengarnya, lalu dengan cepat ia menangkup wajah Jihan memberi kecupan-kecupan di bibir.

"Punyaku asin, tapi punyamu manis." godanya.

Wajah Jihan kembali basah, memandang Jungkook penuh kesedihan, "Jihan mau mandi lagi .."cicitnya kecil.

Sumpah, baru sekarang Jungkook melihat Jihan lucu sekali saat selesai memberinya blowjob. Seakan gadis itu merasa menyesal dan tak rela memberinya kepuasaan. Tapi tak apa, setidaknya mereka impas sama-sama memberikan oral.

"Astaga, malunya ada anak kecil yang menangis setelah merasakan Gugeom." Jungkook meledek lalu mengangkat tubuh mungil Jihan, menggendongnya ke arah kamar mandi sedangkan Jihan masih menangis di ceruk leher Jungkook, malu mendengar ucapannya.

Setelah sampai di ambang pintu kamar mandi, Jungkook berhenti untuk melihat keadaan Jihan yang masih erat mendekap tubuhnya dalam gendongan.

"Mau aku mandikan atau mandi sendiri pacar bayiku ini?"

Jihan semakin menyembunyikan wajah basahnya lalu bergumam, "Mandi sendiri."

Ya, jadi seperti itulah Jihan saat pertama kali memberikan kekasihnya oral seks. Terlepas dari rasa malu kekasihnya, Jungkook merasa Jihan sudah mulai bertahap menerimanya.

***

Besoknya, selepas kejadian saling memuaskan diri itu Jihan nampak biasa bersikap dengan Jungkook. Marah sih, marah tapi karena usai mandi kemarin itu Jihan dimanja dan disayang-sayang Jungkook. Jihan jadi lupa untuk marah.

Tidak merajuk seperti waktu itu ketika pertama kali dinakali. Jungkook sudah tahu cara kerjanya seperti apa jika sudah membuat seorang Jihan kesal ataupun marah. Hanya satu, sayangi dia seharian. Dielus, ditepuk-tepuk begitu pasti nantinya Jihan tertidur dan saat bangun ia akan lupa dengan masalahnya.

Sama seperti pagi ini, mereka berada di tempat yang sama menjalani keseharian. Jungkook yang menjadi guru dan Jihan yang menjadi muridnya. Hari ini Jungkook baru ingat ada jam praktek di kelas Jihan.

Selama mengajar, laki-laki ini selalu tersenyum tidak jelas kalau sudah melihat Jihan lewat di depannya. Ia sudah berangan-angan dengan apa yang ada di pikiran Jihan saat ini saat melihatnya. Apakah sama masih mengingat kejadian kemarin? Tiba-tiba ia jadi ingin lagi, sial.

Seminggu yang lalu kelas Jihan mendapat materi bola voli, dan hari ini penilaian praktek. Tentu saja Jungkook pagi ini sudah membawa kertas berisi kolom nilai para muridnya.

Laki-laki Jeon itu sekarang tengah berdiri santai sembari memperhatikan siswa-siswinya melakukan pemanasan singkat sebelum memulai praktek.

Jungkook tidak mau main mata di sini, nanti takut ada yang sadar. Walau pikiran kotornya kemarin terbayang-bayang sekarang saat melihat Jihan menatapnya malu-malu pagi ini.

"Sudahi pemanasannya, kita langsung penilaian. Ssaem ada beberapa urusan nanti selepas mengajar di kelas kalian."

Mendengar itu siswa-siswinya menuruti perintah, lalu berkumpul di depan Jungkook. "Kalian akan Ssaem bagi menjadi beberapa kelompok, satu kelompok ada dua orang sesuai urutan absen. Nanti tiap kelompok itu akan melakukan praktek dengan kelompok lain, jadi tiap sekali sesi itu ada empat orang yang akan dinilai."

Tiap kata dari Jungkook itu diperhatikan dan dimengerti, beda dengan Jihan yang malah menunduk saat mendengar Jungkook memberikan penjelasan di depan. Tentu saja mudah ditebak, di otaknya masih melekat tentang kemarin.

Orang-orang sekitarnya sekarang mana mungkin tahu, kan kalau faktanya seorang Jihan yang jarang terekspos itu pernah memberi kepuasan pada guru muda nan paling banyak digemari di sekolahnya ini.

Usai memberi penjelasan singkat, Jungkook lalu memanggil empat orang pertama yang akan dinilai. Sedangkan yang lain duduk dulu di pinggir lapangan menunggu nama mereka dipanggil Jungkook.

"Jihan sepertinya nanti aku jadi lawanmu," Sera yang duduk di samping Jihan itu bergumam seraya menghitung absen untuk menerka siapa yang akan ia ajak nanti.

"Ih, ya ampun!" tiba-tiba perempuan Park itu berteriak kecil, membuat Jihan agak terkejut juga.

"Kenapa?"

"Aku setim dengan si centil itu," Sera menunjuk ke arah Haseul yang berada agak jauh darinya menggunakan dagu, "Lama-lama aku mau pindah keluarga saja agar nanti margaku bukan Park lagi. Ish, kesal sekali dengannya kenapa harus punya marga yang sama denganku."

Jihan merespon seadanya dengan wajah sayu, saat ini pikirannya berkelana kemana-mana. Jadi tidak sempat berkomentar dengan gerutuan Sera.

Setelah beberapa orang usai dengan penilaiannya, kini giliran Jihan yang dipanggil bersama yang lain. Saat berdiri di tengah lapangan, Jihan sebisa mungkin menahan rasa gugupnya saat dilihat Jungkook.

Fokus, Jihan, fokus. Anggap dia sebagai gurumu hari ini, yang kemarin melakukan sesuatu panas bersamamu itu bukan Jeon-Ssaem! Bukan dia! Jihan mulai berteriak dalam benak.

"Bermainlah dengan bebas, yang Ssaem nilai adalah teknik kalian saat melakukan passing atas dan passing bawah. Jadi utamakan itu dulu."

Tahu apa yang melintas di kepalanya tiap kali Jihan melihat Jungkook adalah si Gugeom. Itu benar-benar tak bisa dienyahkan dalam otak. Laki-laki ini keren sekali saat berbicara seperti itu di depan murid, berbeda kalau sudah berada di dalam kos Jihan. Kemarin Jihan sampai membuat laki-laki keren ini mendesahkan namanya.

Jihan menyiapkan diri, di depannya sekarang sudah ada Haseul dan Sera yang terkenal sama-sama arogan di dalam kelas. Jihan tak yakin ia bisa menyaingi dua perempuan yang pandai berolahraga itu.

Bola itu melambung ke atas saling mengoper. Sebenarnya Jihan sudah tahu bagaimana cara melalukan passing atas atau pun bawah. Tapi mendadak hari ini ia tidak punya tenaga melakukannya. Ia tidak fokus sebab saat bermain bola, Jungkook mengitari mereka dan tentu saja laki-laki itu penyebab dirinya jadi tidak fokus menguasai permainan. Apalagi laki-laki Jeon itu sempat-sempatnya memberi Jihan sebuah senyuman.

"Jihan, awas!"

Teriakan Sera menggema di lapangan indoor, membuat Jihan menoleh arah pandang perempuan itu. Bola voli yang sempat Haseul pukul dengan kencang mengenai kepala Jihan, bahkan Jihan sampai terjatuh saking kerasnya bola itu memental kepala.

Teman setim Jihan menghampiri, mengecek keadaan Jihan. Begitu pun teman sekelas yang lainnya juga nampak khawatir dengan Jihan yang memegang kepala itu.

Haseul dan Sera buru-buru menghampiri. Ada rasa bersalah yang dirasakan Haseul, sebenarnya ia hanya suka bermain kasar kalau sudah ada Jihan di dalamnya. Mungkin jiwa-jiwa penindasnya muncul lagi makanya saat memukul bola kencang sekali.

"Aku tidak sengaja, kau kelihatan tidak melihat bola juga saat itu." Haseul memberi alasan agar yang lain tidak menyalahinya, yah, biasa ia berkata begitu karena ada Jungkook. Ia takut kena marah.

"Kau ini terlalu anarkis jadi perempuan, tahu tidak!? Sengaja, kan kau memukul bola dengan keras karena ada Jihan? " Sera mengumpati Haseul.

"Menuduh sembarangan! Jihan saja yang tadi melamun saat bermain, makanya kena bola." Haseul mempertahankan dirinya tak mau kalah.

Sedangkan Jihan yang masih terduduk memegang kepala itu menatap sendu ke arah Jungkook. Lewat tatapan mata ia seolah berkata pada Jungkook, 'Tolong pacarmu. Ini sakit,'

Jungkook akhirnya menghampiri Jihan setelah melihat gurat pengaduan di kedua mata gadis Kim itu. Senyumnya tak pernah luntur saat ia sudah sampai di sana, sedangkan Jihan merasa senang saat Jungkook datang. Nanti pasti ia disuruh istirahat, Jihan kan sudah jadi murid kesayangannya Jungkook.

"Ini akibat kurang fokus." ketusnya singkat, lalu melipat tangan di depan dada memperhatikan Jihan, "Benar yang dikatakan Haseul, Ssaem lihat kau melamun saat bermain tadi."

Jihan menatap dengan pandangan tak percaya, setidaknya bantulah dia berdiri atau apa, jahat sekali dengan pacar sendiri Jungkook ini.

"Kalau kau memang sedang ada masalah, jangan sampai masalahmu itu membuatmu tidak fokus dalam melakukan sesuatu."

Siapa memang penyebab Jihan tidak fokus, ha!?  Siapa memangnya?

Kalau saja di sini tidak ada orang sudah pasti Jihan akan berteriak seperti itu di depan Jungkook. Menjengkelkan sekali. Bukannya dibela malah disalahkan—tapi ucapan Jungkook itu ada betulnya juga.

Tapi tetap, Jihan kesal sekali. Awas saja nanti laki-laki itu, Jihan akan larang dia menginap ke kosnya lagi!

***

Sera menyentuh pelan kepala Jihan, seakan mengecek bagian yang kena bola tadi. Iya, kepala Jihan sampai benjol terkena bola, sempat pusing saat itu tapi ia paksa melanjutkan penilaiannya tadi. Sebab sudah di ambang kekesalan melihat Jungkook.

"Ah, Sera, sakit jangan dipencet!" Jihan menahan teriakannya sebab mereka berdua sekarang berada di kantin ingin makan siang.

"Benjolannya lumayan keras." Sera akhirnya berhenti menekan kepala Jihan, "Aku ambilkan makan siang, ya?"

Jihan hanya mengangguk sekadarnya merespon Sera yang lebih dulu berlalu meninggalkannya. Hari ini wajahnya terus menekuk itu bukan tanpa alasan, tadi selesai melakukan penilaian Jungkook memberitahu jika Jihan tidak bisa mencapai nilai rata-rata dan harus mengadakan perbaikan lagi.

Tidak bisakah luluskan saja begitu, lagipula Jungkook pasti paham, kan kenapa Jihan tidak fokus mengikuti pelajaran tadi. Masa hanya karena itu ia mengulang minggu depan.

Ah, seharusnya Jihan tidak boleh berpikiran seperti itu. Mungkin Jihan berharap hanya karena ia dan Jungkook memiliki hubungan, jadi dengan mudahnya memberi kemudahan. Seharusnya ia paham, Jungkook itu profesional dalam menjalankan tugas tanpa membawa-bawa urusan pribadi.

Kebanyakan terdiam membuat Jihan tak sadar Sera sudah menyodorkan makanan di depan wajahnya. Melihat itu membuat Jihan terlonjak kaget.

"Singkirkan benda ini!" Jihan menjauhkan tangan Sera yang tengah membawa makanan untuknya.

"Kenapa?" Sera nampak bingung dengan reaksi Jihan, "Bukannya kau suka sosis bakar?"

Jihan mengerjap pelan, ia berkata sedikit terbata-bata, "A-aku mendadak alergi dengan sosis."

Mengalah, akhirnya Sera memberikan loyang makanannya pada Jihan. Sedangkan dirinya memakan sosis itu susah payah. "Aneh sekali, bukannya kau doyan sekali ya, dengan yang namanya sosis?"

Andai temannya ini mengerti. Mulut Jihan ini sudah melentur dikarenakan Gugeom, itu termasuk trauma tersendiri menurut Jihan. Melihat sosis itu ia terbayang-bayang dengan Gugeom. Astaga, bahkan sekarang pun Jihan sudah memanggil keprivasian Jungkook dengan nama begitu. Otak Jihan sudah benar-benar keruh sejak berpacaran dengan Jungkook.

"Oh ya, aku rasa nanti kau remedi tidak sendirian." Sera menyantap sosisnya, lalu kembali berucap, "Ada tiga orang yang tidak lulus saat praktek tadi, jadi tenang saja kau ada teman."

Jihan mengangguk lagi, lalu lanjut mengisi perut. Makan siang itu Jihan santap tanpa minat, mengunyahnya pun tak sesemangat dulu. Tahu, kan apapun kalau sudah berhubungan dengan makanan Jihan akan semangat, beda dengan sekarang.

Saat menikmati makanan, ponsel yang berada di saku seragam Jihan bergetar dua kali, kemungkinan ada pesan masuk. Jihan mengeluarkan ponselnya, sempat melihat  Sera juga yang masih fokus dengan makanan. Jadi aman, ponsel mahalnya ini tidak akan ditanya kalau perempuan Park itu sudah kelaparan.

Sialnya Jihan lihat pesan itu dari Jungkook, hampir tak mau Jihan baca tapi biasanya yang Jungkook kirim itu lumayan penting.

Ssaem Tampan
Nilaimu paling kecil
saat penilaian.

Aku tunggu kau siap
mengadakan remedial.

Melihat dua pesan itu tertera jelas di layar membuat Jihan mendesah berat. Jungkook apa tidak mau memberi sedikit pengecualian padanya begitu. Sedih, tapi ya memang Jihan harus menerima itu.

Jihan sebenarnya enggan membalas pesan Jungkook. Namun belum ada beberapa detik, satu pesan kembali ia lihat membuat Jihan nampak terkejut.

Ssaem Tampan
Di rumahku.

_______

Ini udah level berapa ya Jungkook? Hati-hati aja buat Jihan, Ssaemnya udah mulai suka ngatur-ngatur dan galak sama dia:)

(Bayangin) kalian bisa nyentuh jawline-nya Jungkook:(○゚ε゚○)colaps di tempat

Ry🍏

Continue Reading

You'll Also Like

768K 36.9K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
8.3K 512 44
Post seminggu sekali Beberapa bagian dari cerita ini mengandung banyak adegan kekerasan dan adegan dewasa (18+). Dimohon bijak dalam membaca ya! Ini...
1.7M 73.5K 34
Cerita cinta picisan tentang Agatha yang polos dan Brian yang kasar dan posesif. WARNING!!!! 1. Usia 18++ 2. Contain a lot of English 3. Baca sampe a...
1.5M 94.7K 74
Irina Jelena Pavlo dan Fransisco Lonzo. Bagai dua mawar berduri yang saling mencintai namun juga saling membenci. Cinta mereka nyata, namun dendam le...