My Mysterious Dosgan : Dosen...

By NengKarisma

68.1K 6.1K 295

Seri Mental Disorder Story ke-1 (Afka & Aruna) ⚠️ Budayakan follow Author sebelum membaca ⚠️ πŸ€πŸ€ Aruna Green... More

Prolog
Kosan +62
Perkara Duit Kos
Malam Jum'at
Bakos = Bapak Kos
Badmood
Mr. Evill
Gembel Cinta
Menyebalkan
Dekat
Pacaran
Cupang
Keluarga Pacar
Ajakan Hangout
Cemburu
Stay With Me
Bertahan
Putus
Puncak Rasa Sakit
Mantan
Mantan (Lagi)
Cabe-Cabean
Menyelesaikan masalah
Bukan Sekedar Halusinasi
Ajakan Berkomitmen
Go Publick
Perkara Cincin
Bahagia
Suprise
Kecewa
Kegagalan
Tidak Baik-Baik Saja
Simpati
Melarikan diri
Faktanya
Sakit
Perhatian
Kesempatan kedua
Hamil
Visual
Memungut Restu
Sentuhan Akhir Cerita
VC
Epilog
Penting Dibaca ⁉️

Janji Suci

1.4K 92 23
By NengKarisma

Typo masih bertebaran!!

"Adanya ikatan yang mengikat dan menyatukan kita. Menjadikan ikatan kuat antara hidup baru yang akan kita arungi bersama."-Aruna Greenidia Chemistriyani

****

Gemerlap cahaya kuning dari lampu lampu tumbler kecil, nampak menambah suasana kian menjadi hangat. Suara musik melantun di area dance floor hingga arena outhoor. Masih banyak pasangan yang nampak asik mengobrol dan menikmati suasana ketika malam menjelang. Lampu lampu dengan cahaya kuning juga lilin-lilin telah dinyalakan. Membuat suasana malam kian cantik, apalagi di tambah langit cerah yang mulai di hasi bintang bintang.

Para tamu yang hadir juga bukanya makin menyurut ketika malam menjelang, namun malah kian banyak hadir. Memadati stand stand makanan yang di sediakan oleh pihak wedding organizer, sesuai permintaan keluarga mempelai. Ada berbagai stand makanan yang berjajar rapi di area outhor. Seperti stand makanan China dan Jawa yang menjadi ciri khas utama resepsi kali ini.

Semakin malam semakin melelahkan memang. Mengingat sudah lebih dari lima jam aku berdiri dipelaminan sambil memasang senyuman terbaikku. Di hari bahagia ini, senyum bahagiaku memang tak luntur. Di jadikan seorang istri oleh kekasih yang begitu di kasihi, wanita mana yang tak bahagia coba?

Ya, Aku sudah resmi menyandang gelar Evildiantoro di belakang namaku. Afka telah mempersunting diriku semenjak beberapa jam yang lalu. Rasanya seperti mimpi, saat menatap cincin bertahtakan berlian yang melingkari jari manisku, berdampingan dengan cincin pertunangan dari Afka di jari tengahku. Cincin putih yang menjadi lambang pengikat antara aku dan dia.

Sosok lelaki yang kedepanya akan menjadi panutanku. Imam yang akan selalu kudengarkan titahnya, agar teraih ridho Allah SWT. Sebagai istri yang wajib melayani suaminya dengan patuh dan segenap hati.

Mengingat fakta jika aku sudah menjadi seorang istri, membuatku mesem mesèm sendiri.

"Kenapa?" Aku menggeleng kecil sebagai jawaban.

Duh, malunya ke-geep suami mesem mesem sendiri.

"Kenapa senyum senyum begitu?" Tanya Afka.

Hm, maksudku mas Afka. Dia sudah resmi menjadi suami yang sah di mata hukum dan agama.

Dia masih berjongkok di hadapanku. Menyentuh pergelangan kakiku yang terasa sakit dan sempat kesemutan tadi. Dia memijatnya perlahan dan membuatku senyaman mungkin.

"Masih pegal?"

"Hm, lumayan. Tapi sudah mendingan." Ujarku sambil tersenyum manis kepadanya.

"Kenapa senyum begitu?"

"Eh?" Maksudnya gimana ini.

"Jangan senyum begitu, nanti ada yang salahpaham. Jika ingin senyum seperti itu, kalau tengah berdua saja."

Duh, possesive amat mas mas suami. Aku hanya bisa mengangguk lalu tersenyum tipis. Dia juga sudah kembali mengenakan heels putihku di tempatnya kembali. Detik berikutnya dia kembali duduk disampingku.

"Nanti saya minta bibi buat anter salep ke kamar kita. Kakimu lecet." Ujarnya.

Aku mengangguk sebelum bertanya lagi. "Ini tamunya berapa sih mas? Kok dari tadi gak selesai selesai?"

"Pastinya saya kurang tahu. Yang pasti, lebih dari 500 undangan."

Aku menatapnya ketus, karena gaya bicaranya masih saja formal. Dasar dosen killer, bicara nonformal aja susah.

"Kenapa, kamu ngatain saya?"

Eh, ke-geep lagi ternyata.

"Enggak kok, mana Una berani." Kekehku kikuk.

"Berani juga tidak papa. Nanti saya kasih kamu hukuman."

"Eh, kok gitu?"

"Hukuman yang enak enak saja." Ujarnya sambil tersenyum tipis.

"Ish, apaan coba. Jangan mesum deh!" Ketusku salting.

"Mesum? Siapa yang mesum?"

"Tau ah." Ketusku sambil mengalihkan pandanganku kearah panggung.

Dimana ada seorang penyanyi pria populer yang namanya begitu terkenal di Indonesia. Arez--sengaja mengundangnya untuk menjadi salah satu pengisi acara dihari pernikahanku dan Afka. Entah berapa kocek yang harus di gelontorkan Arez untuk menghadirkan penyanyi muda berbakat tersebut.

Walaupun begitu, Arez tak pernah ambil pusing. Toh, dia masih memiliki banyak uang selama bekerja sebagai sekretaris Altar--kakak Afka dan Arez.

"Kenapa melihatnya sampai begitu?"

"Kan ganteng." Aku menjawab pertanyaanya tampa menoleh.

"Siapa?"

"Apanya?" Bingungku.

"Dia atau saya yang menurut kamu lebih tampan?"

"Ya jelas Afgan lah. Udah ganteng, multitalenta, ramah dan yang terpenting..... masih single." Ucapku sambil tersenyum tipis.

"Tapi saya suami kamu."

"Iya. Siapa bilang mas bukan suamiku?" Kekehku sambil mengapit lenganya mesra.

Dia masih menatap kearah panggung megah, dimana Afgan tengah bernyanyi dengan indahnya.

"Jangan marah mas."

"Hm."

"Mas lebih ganteng dari Afgan kok, di mataku."

"Hm."

"Baik, iya. Kaya, iya. Multitalenta juga iya. Buktinya, mas bisa jadi Dosen, kerja di perusahaan juga. Patut aku banggakan."

"Hm."

"Kok responya gitu terus sih? Malam ini tidur di luar ya, aku mau tidur sana Doyyeng nih?!" Ketusku sambil beranjak.

Membiarkan gaun putih cantik yang berkilauan, yang melekat pada tubuhku tergerai indah menyapu lantai.

"Eh, ini manten mau kemana?" Tanya Arez yang tiba-tiba hadir membawa sepiring cup cake dan bolu kukus cantik berwarna-warni.

"Tau ah, aku capek." Ketusku sambil berlalu menuruni pelaminan.

Aku tidak bohong, aku memang sudah sangat letih. Untung saja para tamu undangan sudah mulai berangsur-angsur menyusut. Membuatku sedikit lega, karena tak perlu berdiri bak manekin menyalami tamu undangan lagi. Aku ingin istirahat, pokoknya aku ingin kasur yang empuk untuk mengistirahatkan tubuhku yang pegal pegal ini.

"Eh, ini pengantin mau kemana?" Sapa mertuaku yang tengah bersenda gurau bersama keluargaku.

"Una capek mah, mau istirahat dulu."

"Lah, suamimu kamu tinggal sendiri di pelaminan cah ayu?" Tanya ibuku.

Aku tersenyum tipis lalu menggeleng. "Una sudah izin sama mas Afka kok bu. Mas Afka juga bolehin."

Tapi maksa wkwkwk.

"Ya sudah, kamu istirahat duluan gih. Lagi pula acaranya juga sudah mau selesai." Aku mengangguk, mengiyakan ucapan mertuaku.

"Eh Na, mau kemana?" Tahan Doyyeng, yang tiba tiba muncul membawa camera miliknya.

"Kamar."

"Masih sore udah mau ngamar aja, mau first night ya. Hayo, ngaku lo?" Candanya.

"First night dengkulmu! Kaki udah mau copot gini juga." Ketusku.

"Mau tidur nih gue, capek banget. Berasa mau patah tulang tulang gue."

"Tenang, nanti juga ada yang mijitin." Ujar Cika ikut nimbrung.

"Siapa memangnya?"

"Suami lo lah. Masa kita, iya gak doy?" Kekehnya yang langsung diangguki oleh Doyyeng.

"Punya sobat kok laknak semua. Di kutuk baru tau rasa loe berdua."

"Hah, di kutuk? Pelèt aja gak mempan ama kita. Iya gak Cik?"

"Yoyoy." Ujar kedua sahabatku gembira.

Aduh, ada ada saja mereka ini.

"Gue kutuk biar cepet nikah loe pada. Biar ngerasain gimana rasanya jadi patung cantik dipelaminan." Ketusku sambil berlalu meninggalkan keduanya yang masih menertawakanku.

Tiba di kamar yang katanya sudah disulap menjadi kamar pengantin, padahal ini kamar Afka. Ya, resepsi pernikahanku di adakan dirumah Afka. Sedangkan ijab qabul, di adakan di masjid setempat. Semua ini sesuai dengan permintaan mertuaku, yang akhirnya mau tak mau di setujui oleh keluargaku. Namun, semua adat istiadat yang dilakukan sebelum menikah di lakukan di kediamanku. Untuk para tamu yang datang dari luar kota sendiri, sudah di siapkan penginapan khusus berupa hotel berbintang di dekat komplek perumahan Afka.

Mengusum tema garden party, sebagian besar acara dilangsungkan di bagian belakang kediaman Afka. Ternyata walaupun dari depan terlihat simple, rumah tersebut memiliki pekarangan yang cukup luas dengan pepohonan rindang juga bunga bunga cantik yang menghiasinya.

"Um, nyamannya." Lirihku,sambil rebahan santai di atas tempat tidur yang sudah bersih dari kelopak bunga mawar yang tadi sempat bertebaran.

Tubuhku rasanya mau remuk,saking pegal dan letihnya. Malas sekali untuk bergerak, inginya segera tidur menyusuri pulau kapuk yang empuk ini. Sebelum anganku itu terganggu dengan suara decitan pintu.

"Bersihkan badanmu dulu, baru tidur." Intruksi suara familiar ditelingaku.

"Engak mau. Mau tidur aja." Ketusku kesal.

Aku juga bisa kesal karena tadi dicuekin oleh dirinya.

"Mandi dulu Aruna, atau saya mandikan?" Aku langsung merubah posisi rebahanku menjadi duduk. Menatapnya sangar, sambil cemberut.

"Apa sih ganggu ganggu, Una ngantuk nih." Ketusku, sambil menatapnya yang juga tegah menatapku.

"Apa? Mas mau ketusin aku balik? Silahkan aja. Aku gak keberatan." Tangtangku.

"Maaf."

Hah? Aku loading sejenak.

"Saya akan berusaha lebih membuka diri dan lebih banyak berekspresi jika denganmu. Saya akan berusaha Aruna." Ujarnya sambil berjalan mendekat kearahku.

"Saya memang sulit untuk bebas berekspresi seperti kamu. Tapi, saya akan mencoba lebih banyak berubah untukmu."

Aku menggeleng, tanganya sudah menarikku untuk berdiri. "Mas gak perlu berubah, aku saja yang kekanak-kanakan."

"Kita tidak perlu berubah untuk menjadi spesial di mata siapapun, termasuk pasangan kita. Karena sebagai pasangan, harusnya kita saling menerima dan melengkapi. Bukan saling berubah untuk menjadi pribadi lain agar bisa memenuhi kriteria lain."

Aku memang menerima Afka apa adanya. Termasuk sifatnya yang terkadang flat dan menjengkelkan. Aku akan mencoba untuk selalu menerima dia dan kekuranganya, karena kami satu mulai hari ini.

"Una sayang sama mas, dengan seģala kelebihan dan kekurangan mas. Karena setiap manusia punya kekurangannya masih masing bukan." Ujarku sambil tersenyum tulus kearahnya.

Perlahan aku mendekat lalu memeluknya, sambil menatap matanya lekat.

"Mas tahu kan, Una cinta sama mas lebih dari apa yang terlihat."

Sejauh mata memandang, wajah tampanya hanya menatapku datar. Walaupun begitu, aku juga tahu jika dia memiliki perasaan yang sama denganku.

"Aruna," Aku kembali menatap matanya.

"Saya sangat mencintaimu." Ujarnya singkat, padat, dan jelas.

Detik berikutnya, dia meraih pinganggku mendekat. Sebelah tanganya meraih tengkuk belakangku, sebuah ciuman manis mampir menyapa bibirku. Gerakan ringan yang perlahan namun penuh makna yang tersirat di dalamnya. Lama kelamaan, lumatan kecil ikut ambil bagian dalam gerakan bibirnya. Gerakanya semakin intens dan menuntut, membuat gelenyar hangat kian menjadi jadi dirongga dadaku.

Tanganku bergerak refleks mengalun kelehernya. Ikut terbuai dalam perlakuanya, aku membalasan dengan gerakan kecil.

Dia memang tidak banyak berbicara dan berekspresi, tetapi tindakanya selalu mampu menjabarkan segalanya. Walaupun terkadang aku juga bisa salahpaham akan sikap flat yang selalu ditunjukan olehnya. Namun, sejauh ini aku tak pernah bisa mengeluh. Karena mau sampai kapanpun juga, aku akan tetap mencintainya.

Terlepas dari segala kekurangan ataupun kelebihan yang dimilikinya. Itu sudah menjadi pilihanku. Dia suamiku, bakos--berwajah tampan dengan ekspresi flat yang berhasil mencuri seluruh ruang dihatiku. Kedapannya, aku akan menjadi penawar yang memandunya agar bisa lepas dari jerat gangguan kecemasan yang dialami. Anxiety disorder yang menjadi belenggu bertahun tahun dalam hidupnya, hari ini telah berahasil ia lewati. Dia yang takut juga enggan berkomitmen, hari ini telah melewati pembatas zona nyamannya tersebut. Dia menikahiku, mengesampingkan semua kecemasan yang memupuknya sejak lama, atas dasar cinta.

Terimakasih Afka, bakos pemilik secuil misteri dengan sekelumit teka-teki. Hadirmu merubah sudut pandangku tentang cinta. Memberikuti alur baru untuk menjadi priadi yang sesekali harus bisa memperjuangkan, ketimbang di perjuangkan. Denganmu, kuharap mimpi mimpi yang telah kita tata bisa dikecap penuh bahagia. Denganmu, kuharap kisah ini menjadi awal dan akhir hingga ajal menjemput nanti.

Ok, welcome to new world and new project Àruna Greenidia Kemistriyani or Ny.Evildiantoro

好吧,欢迎来到新世界和阿鲁达·格林尼迪亚·凯米斯翠雅妮(Erundiantoro)夫人的新项目

Hǎo ba, huānyíng lái dào xīn shìjiè hé ā lǔ dá·gélín ní dí yà·kǎi mǐ sī cuì yǎ nī (Erundiantoro) fūrén de xīn xiàngmù

****

Selesai


Hallo all readers 🤗
Tencu buat semua readers yang mampir ke cerita MMD. Cerita lengkap sampai part ini. Tinggal update epilog.

Epilog ada kaitannya dengan spin-off cerita ini, yaitu MY MYSTERIOUS WIFE.

Cerita ini merupakan seri pertama dari trilogi mental disorder store.

1. MY MYSTERIOUS DOSGAN (LENGKAP)
2. MY MYSTERIOUS WIFE (LENGKAP)
3. MY MYSTERIOUS HUBBY (LENGKAP)

Jika berkenan, readers bisa mampir dan meninggalkan jejaknya kedua lapak tersebut.

Jangan lupa tinggalkan jejak di sini 👇

Sampai jumpa di ceritaku yang lain.
Salam dari Aruna dan Arafka 😘


Salam dari Author

NengKarisma



Sukabumi 27 Okt 2020
Revisi 16-08-22

Continue Reading

You'll Also Like

820K 30.8K 23
"Tidak ada manusia yang sempurna. Jikalau kamu menyukai, menyayangi apalagi mencintai seseorang, kamu harus rela menerima ketidaksempurnaannya itu...
234K 10.2K 46
Sebelum baca budayakan Follow Authornya....πŸ’žπŸ’ž Masih ingat dengan Kinara dan Kirana anak kembar Yusuf dan Aluna yang ada di Novel CINTA DUDA KEREN...
581K 30.6K 40
Berawal dari perjodohan, berujung pada ketidakingin kehilangan.~
31.3K 1.2K 30
Chelsea Tamara Usman, si mahasiswi pembuat onar yang mampu membuat sang dosen, Fahren Giandra Heitward terpaku olehnya. Tentu saja tidak secara insta...