[1] Sudah Menjadi Keluarga ya...

Da Naovary

29.2K 4.9K 6K

❝Apa artinya sebuah Keluarga?❞ シ︎ [[Discontinue]] Bahasa semi-baku Fiksi penggemar ; Enhypen ; lokal Genre br... Altro

-smkb- Intro (a)
-smkb- Intro (b)
[CH 1] Sengatan listrik
[CH 2] Daniel manja
[CH 3] Bertemu lagi?
[ANOTHER SIDE] Tentang Jungwon
[CH 4] Siapa yang bersalah?
[CH 5] Mba Jinny kenapa-kenapa
[CH 6] Abis jenguk Sunoo muncul masalah
[CH 7] Nurut-nurut aja
[CH 8] Fitnah
[CH 10] Kakek curiga
[CH 11] Setengah jujur
[CH 12] Disuruh jadi....
[CH 13] Mengingat satu masa

[CH 9] Sunghoon, si tsundere

1.2K 277 511
Da Naovary

"Adek!"

"Tapi dia yang salah kak! Temen adek jadi keracunan begitu. Ini ulang tahun adek! Tapi kenapa dia yang selalu berantakin acara adek?!"

Niki yang masih bermain game digital, kontan mematikan Komputer.

Niki tidak salah mendengar bukan?

Inilah yang membuat Niki sedikit gelisah, apa yang dia pikirkan ditakutkan terjadi. Namun nyatanya begitu.

Niki sudah berlari mengejar suara riuh itu, suara erangan sakit yang dia kenal disana. Sebab Niki bisa melihat Sunoo yang ditendang kedua kalinya oleh adik sendiri, kini terbentur tembok saking tidak main-mainnya.

B*ngs*t! Apa-apaan sih, Benak Niki sudah belasan kali mengumpat karena adegan yang dia lihat di depan matanya.

"Adek, kamu jangan fitnah begini. Sunoo—"

Niki mendengar semua omongan Sunoo yang semakin lirih, berpaling menatap sekitar yang melihatnya seolah Sunoo adalah penghancur suasana. Sekilas Sunoo melihat dirinya, matanya yang berkaca-kaca nyaris membuat Niki ingin mendekapnya.

Darisini Niki bukan hanya marah pada Daniel, namun juga orang-orang disana yang lebih memilih menjadi penonton dan turut mencemooh Sunoo.

Bahkan Kepala keluarga Kim pun hanya meneriakkan Daniel tanpa mencegahnya untuk tidak lagi berbuat kasar pada Sunoo.

Baru saja ia hendak memanggil Sunoo, tangannya digenggam erat oleh Taki. "Hiks, A-abang! Jangan. Taki gak mau abang teh dipukul juga sama dadan. Taki masih sayang sama abang."

Kembarannya menangis, entah karena dia tidak tega melihat Sunoo terbatuk-batuk atau dia takut Niki menghajar balik Daniel dan berakhir khawatir Niki akan sama juga dengan Sunoo disana.

Niki menghela napasnya gusar. Apa Daniel tidak sadar? Secara tak langsung, Daniel sendiri yang mencelakakan temannya.

Tapi ada satu hal yang membuatnya ingin mengatakan, jika Sunoo ini terkadang bodoh menerima sesuatu dengan lapang.

"Uhuk uhuk! I-iya aku yang salah, mohon maaf semuanya. Aku yang a-akan tanggung jawab."

Niki mau marah tidak bisa, ia masih menenangkan adiknya. Niki tahu bahwa Sunoo pribadi yang baik dalam hal apapun, Tapi tidak gini juga.

Seolah insting nya bekerja dengan sesuatu yang instan, Niki menengok langsung ke arah Sunghoon. Ia menatap Sunghoon dengan pandangan 'meminta bantuan'.

Karena yang Niki tahu, hanya Sunghoon yang masih punya toleransi pada Sunoo. Walaupun kecil kemungkinan.

Sunghoon tidak membalas, Niki paham. Karena begitu banyak orang disini yang tak lantas membuat Sunghoon bisa sadar ada Niki yang berdiri di sebrang kanan.

Jadi saat Sunoo berusaha menyeimbangkan diri, Niki meringis ngilu dan tanpa sadar menggumam. "Sumpah gue gak sanggup, gimana kalau dia kaya dulu lagi..."

▪︎▪︎▪︎

"Awas." (Tadi sudah jelas. Awas Nik)

Niki tetap tidak menyerah, ia yakin pasti Sunghoon pun merasakan apa yang ia rasakan.

Ia yakin, Sunghoon masih punya hati.

"Kak please kak! Ini juga karena kak Sunghoon ngeiyain bang Jay doang kan? Aslinya kakak mah khawatir."

Sunghoon balas menatap Niki lekat, dia sebetulnya malas berdebat. Tapi lama-lama Sunghoon sedikit ragu, ia pun berdeham. "Apa?" (Tau apa kamu, Nik?)

Apakah ini lampu hijau untuknya?!

Niki yang tersenyum diam-diam, kini wajahnya menjadi serius. "Dengerin dan percaya sama gue kak, tolong. Sunoo gak salah, yang salah itu Daniel! Gue yakin dia."

"Terus?" (Terus atas dasar apa?)

"Karena dari awal, gue sama Sunoo terus. Dan untuk setelahnya biar Sunoo yang ngomong, gue percaya dia orang jujur."

Niki melanjutkan kembali saat mulut Sunghoon hendak membalas. "Satu lagi, kita harus ikutin Sunoo kesana. Gue gak bisa lihat Sunoo sendirian di rumah sakit tanpa bawa biaya buat penagihan temen adiknya."

"Kakak punya simpanan uang kan?"

Sunghoon terdiam sejenak, masih memilah kata dalam hati.

Betulkah....Daniel?

Sunghoon perlahan mundur dan menjauh. Membuat Niki kian gusar dan cemas jika tidak ada hasilnya untuk membawa Sunghoon ke rumah sakit.

▪︎▪︎▪︎













































"Mba, saya bisa bayar tagihan ini bulan depan nggak? Uhuk! Janji kok bakal saya lunasin mba. Saya gak bakal kabur."

"Tidak bisa dek, ini sudah aturannya administrasi segera dibayar. Karena pasien yang terkena racun, harus cepat-cepat diberi penanganan lebih intensif."

Binar mata Sunoo bergerak penuh kegelisahan. Bagaimana ini?

"Tapi mba, sshh... dianya nanti gimana? Saya gak mau dia mati sekarang hiks. Tolong mudahin dulu mba, ini gawat mba." Ujar Sunoo luruh air matanya.

Sesenggukan pun membuatnya dipenuhi aura sesak, Sunoo sudah menahan sakitnya untuk berdebat pada bagian administrasi rumah sakit agar korban tadi segera ditangani langsung oleh pihak yang berwenang disini.

Sunoo jadi teringat, dua teman Daniel yang lain mengantar teman yang sedang sekarat ini ke rumah sakit. Mereka memukul Sunoo lagi karena mereka mengira Sunoo 'orang yang jahat.' Mereka juga sudah pulang, tanpa membantu Sunoo yang mengerang kesakitan, melenggangkan kesan tidak pedulinya mereka selain hanya pamit pada teman yang masih keracunan.

"Dek, saya sudah bilang tidak—"

"Sebut harganya."

Sunoo membeku, Sunoo kenal suara ini. Tidak mungkin kan dia mengikuti Sunoo kesini?

"Mas, siapanya adek ini? Sertakan namanya, biar saya data keseluruhannya."

Sunoo masih terdiam, sebelum ia menengok sepenuhnya. Melihat mereka berdua ada disini, membuat Sunoo makin merasa ia tidak bisa lagi berkata apa-apa.

"Mas-mas ini namanya Sunghoon mba, kakaknya si bocah ininih yang lagi debat sama mba. Udah langsung aja sebutin harganya napa." Celetuk Niki dengan terburu-buru, sudah tidak sabar juga.

Kendati sedikit kesal dengan si alis ulat bulu ini, sebab Niki kira ia dikerjai...nyatanya Sunghoon berbalik menjauh hanya ingin mengambil dompet juga kunci mobil.

Sunoo melirih saking terharunya perjuangan Niki untuknya, "K-kak Sunghoon? Niki?"

▪︎▪︎▪︎

"Ya paman, Jungwon gak bakal bolos lagi kesini. Janji, hehe."

Paman Choi mendengus geli bermaksud menyindir, menyisirkan rambutnya ke belakang sembari menaikkan kembali kacamatanya yang turun. "Iya janji katanya, gak bolos tapi 2 bulan sekali maksudnya."

Jungwon menyengir dan mengangguk jujur pada akhirnya.

"Won, jangan begitu. Kalau nanti kamu tambah parah gimana? Paman yang lebih khawatir sama kamu, perlu kamu ingat, Paman juga ayahmu untuk disini."

Jungwon beranjak dari tempat yang sejak tadi diduduki. Lalu berujar sambil terkekeh, "Jungwon sakit fisik, bukan sakit jiwa. Jadi tenang aja paman, Jungwon banyak banget meng-handle semuanya. Ngerti maksud Jungwon kan, paman?"

Mengerti, mengerti sekali perkataan Jungwon. Namun Paman Choi hanya menarik napasnya untuk ia hembuskan sejenak.

Jungwon itu nakal sekali untuk lebih dekat dengannya, katanya takut disuntik atau dihipnotis olehnya. Padahal nyatanya tidak.

Jungwon hanya berkilah saja, begitu pola pikir Paman Choi mengenal gerak gerik tubuh Jungwon serta jemarinya yang selalu terpaut sedari tadi.

Pengalihan, Paman Choi langsung mengalihkan topiknya. Itu yang tepat untuk sekarang.

"Ya sudah. Ini obat yang harus kamu rutin dimakan, jangan sampai telat."

"Tapi ada manis-manisan nya kan, paman?" Ujar Jungwon memelas.

Paman Choi tertawa seraya mengangguk.

"Bener ya paman? awas aja!" Timpal lagi Jungwon.

"Ya sudah kamu pulang sana, sudah gratis banyak maunya lagi."

Giliran Jungwon yang tertawa, lalu ia pamit pada Paman Choi. Setelah itu mereka saling melambaikan tangannya tanda berpisah.

Jungwon membuka pintu lalu pergi dari ruangan Psikiater anak, dengan Papan pintu yang bertuliskan—

—Choi Seokjin, Sp.KJ.

Ditengah langkahnya, sesaat ia tidak menyadari ada yang begitu familiar dimatanya, namun semakin didekati hal itulah yang membuat Jungwon membeku, terasa mencekam suasana yang melingkupi rongga dadanya.

Bahwa ada Sunoo dikoridor ruang tunggu.

Sunoo melihat dirinya yang baru saja keluar dari ruangan tadi, dia yang sedang terduduk dengan dua orang lain disampingnya.

Selain takut jika ketahuan, namun lebih besar perasaan Jungwon adalah ia khawatir dengan keadaan Sunoo disana.

Ada apa dengannya?

Seketika Jungwon mendengar celetukan satu remaja dengan kulitnya yang putih, berambut pirang juga mata sipitnya, menatapnya dengan pandangan memicing. "Ngapain ditatap terus Noo? Lo kenal sama dia?"

Sepertinya bocah itu penasaran padanya, jadi ia lebih baik pergi saja dari sini secepatnya.

Jungwon sempatkan mengayunkan tangannya untuk Sunoo, meski tidak dibalas dan hanya memandangnya saja. Jungwon tahu...Sunoo butuh jawaban darinya. Ralat, bahkan keduanya pun menginginkan jawaban tanpa perlu menanyakan.

Masih ingin menutupi, Jungwon masih belum siap.

"Maaf, Sunoo. Ada saatnya Wonie bisa cerita." Lirihnya menjauh, berjalan keluar dari rumah sakit. Tanpa menyadari Sunoo masih menatap punggungnya dengan pandangan tak terartikan.

.
.
.

[Tbc.]

But anyway, Let's move on and check it out to chapter 10 !!  (≧▽≦)

Best regards,

© NovarrShinHye

Continua a leggere

Ti piacerà anche

180K 18K 69
FREEN G!P/FUTA • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
587K 28.2K 36
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
61.6K 6.9K 38
Sebuah rahasia yang tidak akan pernah meninggalkanmu...
208K 19K 32
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...