SAKSA (END)

By Tiaraits_

1.5M 62.9K 2K

Ibarat cerita lama belum kelar, Cerita yang sudah lama hiatus ini akhirnya kembali. I deleted the synopsis, L... More

SA 1
SA 2
SA 4
SA 5
SA 6
SA 7
SA 8
SA 9
SA 10
SA 11
SA 12
SA 13
SA 14
SA 15
SA 16
SA 17
SA 18
SA 19
SA 20
SA 21
SA 22
SA 23
SA 24
SA 25
SA 26
SA 27
SA 28
SA 29
SA 30
SA 31
bab 32 dst...

SA 3

53.2K 3K 105
By Tiaraits_

Suasana malam menemani kegiatannya, Saat ini seorang gadis sedang mengemaskan pakaiannya dengan isak tangis yang masih mendera.

Dia putuskan malam ini untuk pergi dari rumah, karna hanya itu yang menurut Sasa adalah keputusan yang paling tepat.

Sasa takut kalau dia memberitahu keluarganya bahwa dia sedang hamil, keluarganya pasti akan sangat kecewa, terlebih Mamanya.

Jadi, biarkan Sasa pergi jauh tanpa ada yang tahu kebenarannya. Childish memang, tapi hanya ini yang ada dipikiran kacaunya saat ini.

Dengan janin yang ada dalam perutnya, Sasa yakin dia bisa merawat anaknya sendiri, tanpa keluarga. Tak apa jika dia tak meneruskan sekolahnya, dia yakin dia bisa sukses tanpa sekolah.

Walaupun pendidikan penting, tapi pendidikan tak menjamin kesuksesan kan?

Sasa dengan berjuta rencana masa depannya, dia berharap bisa menjadi apa yang dia inginkan kelak.

Hidup bahagia bersama calon anaknya.

***

Kesukaan Aksa adalah bolos sekolah, dibuktikan dengan hari Senin yang seharusnya sedang berpanas-panasan karna upacara, tapi Aksa dan teman-temannya malah nongkrong di warkop yang letaknya jauh dari sekolah.

Dengan ditemani ke-empat temannya yang masing-masing sedang menghisap batang nikotin. Diselingi dengan candaan receh kawannya itu, Aksa sesekali hanya menanggapi guyonan temannya dengan tertawa kecil.

"Hahah, bilang sama Emak lu, harusnya gak usah bikin adek, kalo mau bayi lagi kan tinggal minta sama si bontotnya." Ledek Aji pada Rafa yang merupakan teman satu gengnya.

"Tau tuh, udah tua masih aja produksi, kan kalo mau bayi tinggal gua bikinin, udah pasti bibit unggul." Curhat Rafa pada temannya, pasalnya orang tuanya yang sudah tak muda lagi sedang hamil. Alamat gagal jadi bontot deh.

"Yeuu, mana ada bibit unggul, kecuali bini lu Cinta Laura, jadinya bisa memperbaiki keturunan." Sengit Ian yang mendengar temannya yang terlalu percaya diri itu.

"Aksa nanti kalo udah punya anak, anaknya jadi rebutan Emak-Emak."

"Hah?" tanya Aksa yang mendengar namanya disebut, sedari tadi dia hanya main hp.

"Iya Sa, kalo lu entar punya anak pasti bibit unggul tuh, calling calling ya, Sa. Kita jodohin entar anak kita." Jawab Dion mengedipkan matanya.

"Hah?" Akas dengan wajah bingungnya.

"Oh! Hahahah iya lah pasti anak gua cakep banget tuh, secara Mami nya juga cantik." Seru Aksa heboh dengan nada gembira setalah mengerti maksud temannya itu.

"Mami?" tan3ya ke-empat temannya dengan nada kaget. Sambil menatap satu sama lain bertanya-tanya.

"Parah! Aksa nyimpen tante-tante nih." Celetuk Ian.

"Gak bilang-bilang nih, gua kan juga mau." Sahut Rafa, menggoda Aksa yang menurut mereka diam-diam punya simpenan tante-tante.

"Shit!" Umpat Aksa pada dirinya sendiri yang baru sadar kalau dia keceplosan. Untungnya teman-temannya tidak tahu bahwa malam itu yang Aksa minum adalah campuran obat perangsang. Jadi gak akan ada yang berpikiran bahwa Aksa sudah pernah mengolah anak.

"Gua balik!" Ucap Aksa singkat meninggalkan temannya yang masih melongo kebingungan.

Sumpah, Aksa gak sadar bicara kaya gitu. Kenapa juga dia jadi inget Sasa yang sedang hamil anaknya sih?! Apalagi Aksa tanpa sadar mengakui kalau Sasa cantik.
Ya, walaupun memang cantik sih.

Mengingat Sasa, perasaan Aksa jadi gak tenang, dia jadi inget perkataan Sasa kemarin waktu di taman.
Apa iya Sasa benar akan pergi?

Aksa juga ingin bisa lihat anaknya, pasti yang dibilang Dion benar, anaknya adalah bibit unggul.

Aksa mencebikkan bibirnya kesal, sebenarnya apa sih yang dirinya mau?! Harusnya senang kalo perempuan itu gak minta tanggung jawab, bukannya malah uring-uringan kaya gini.

"Bodo lah! Dia yang pilih buat pergi ini! Kan gua gak nyuruh, berarti bukan salah gua!" Kata Aksa tanpa rasa bersalah. Segera memakai helm dan meninggalkan tempat tongkrongannya.


***

Baru saja Aksa akan mendudukan pantatnya disofa depan tv, handphone nya bergetar lama menandakan panggilan masuk.
Tak ada nama di nomor itu, yang berarti Aksa tak menyimpan nomor seseorang tersebut.

"Halo?"

"Hi bro!"

Sok akrab! Batin Aksa.

"Siapa?" Singkat Aksa

"Pura-pura gak kenal segala-"

"Gimana? Anak lu sehat diperut Mama nya kan?" Lanjutnya lagi orang itu dengan kekehan.

"Bangsat!" Umpat Aksa setelah mengetahui penelpon tersebut, dia adalah Adit, musuh Aksa yang memberikan minuman yang sudah dicampurkan dengan obat perangsang sewaktu Aksa dan Adit taruhan.

"Lho kok ngomong kasar sih, kan cuma nanya." Ledek Adit

"Oh anak gue ya? Tentu aja sehat? Dia baik-baik diperut Mama nya!" Timpal Aksa, dia akan meladeni musuhnya itu, Aksa gak boleh kelihatan kalah.

"Kasian ya anak haram lo itu." Adit memancing kemarahan Aksa.

"Anak gua gak haram, yang haram tuh congor lo!" ger3am Aksa, dia gak terima anaknya dicap haram, manusia gak ada yang terlahir haram.

"Udah dinikahin belum tuh cewe? Masa dikawinin doang."

"Ohh tenang, gak perlu nik-

"AKSA!"

Belum sempat Aksa melanjutkan bicaranya, tiba-tiba Ayahnya memanggil Aksa dengan lantang dengan tatapan yang tajam. Segera Aksa matikan telepon nya agar musuhnya itu tak mendengar pembicaraan mereka.

"I-iya, yah." Gugup Aksa, dia takut Ayahnya mendengar pembicaraannya dengan Adit ditelpon.

"Apa yang kamu omongin tadi?!" Tanya Ayah dingin dan tatapan yang semakin tajam. Berjalan semakin mendekat dimana anaknya berada. Sambil berdoa dalam hati semoga apa yang tadi dia dengar adalah bercandaan belaka.

"Eng-enggak ada yah, cuma temen Aksa doang tadi." Kilah Aksa sembari membenarkan letak duduknya agar terlihat lebih santai, jangan sampai ayahnya curiga.

"Apa maksud anak yang tadi kamu sebut-sebut?!"

"Be-becanda doang kok." Aksa menunjukkan dua harinya.

"Kenapa gugup? Ayah bisa lihat kamu lagi bohong!" Hardik ayah menatap Aksa penuh intimidasi.

"Jujur Aksa!" Lanjutnya lagi.

"Beneran." jawab Aksa pelan, menundukkan kepalanya, tak berani menatap mata Ayahnya yang sedang menatapnya sangat tajam. Perasaannya sudah tak karuan, sepertinya ini tidak akan selesai dengan dam-

Bugh

Seperti yang apa dia pikirkan, ini tidak akan selesai dengan baik, dan kebohongannya tidak akan bisa dia sembunyikan lagi.

"Masih mau bohong?!" Tanya ayahnya tajam.

"Gak bo-bohong kok." Kata Aksa, masih mencoba untuk berbohong, barangkali Ayahnya sedikit percaya. Walaupun terdengar tidak mungkin, rahangnya bahkan sudah berdenyut nyeri.

Bugh bugh

Dua pukulan dilayangkan langsung ke wajah Aksa, dan menyebabkan bibirnya berdarah.

"Maaf." Lirih Aksa, menunduk kepalanya dalam. Sudah tak bisa lagi dia berkilah. Aksa pasrah.

"Kamu hamilin anak orang?!" Tanya Ayahnya murka

"Maaf."

Bugh bugh bugh

Aksa sudah tergeletak dilantai dengan  kesadaran yang masih setengah, wajahnya penuh lebam akibat pukulan keras ayahnya itu.

"BAJINGAN KAMU AKSA! SIAPA YANG NGAJARIN KAMU SEPERTI INI!" Teriak Ayah murka, kecewa sekali dengan perbuatan anak yang sangat dia sayangi.

"Ayah bebasin kamu main tiap hari, jarang pulang bukan buat ngerusak perempuan! Apa kamu gak pernah punya ibu?!" Lanjutnya, membuat Aksa menitikkan air matanya saat mengingat Mama yang sudah meninggal.

Aksa gak punya sama sekali niat buat merusak orang, ini semua kecelakaan, diluar dari kuasanya.

"Aksa dijebak, Ayah." Kata Aksa sesegukkan

"Kenapa?!" Geram ayahnya

Flash back

Malam minggu, ditengah-tengah keramaian, segerombol remaja sedang mengitari meja yang berisikan 2 kubu, tampak seru sekali dengan sorakkan yang masing-masing menyemangati si jagoannya.

Aksa dan Adit, musuh yang tak pernah akur itu sedang bertarung ditengah kerubungan teman-teman.

Bertarung bermain karambol. Kenapa karambol? Karna lokasi ini adalah pasar malam. Pertemuan tak sengaja yang membawa mereka kesubuah pertarungan. Kalaupun mereka bertemu di arena balap, sudah pasti mereka akan bertarung dengan adu kelihaian dalam menggunakan roda dua.

Yang kalah akan meminum minuman yang sudah disediakan, yang dipikiran Aksa adalah itu hanya alkohol dengan kadar yang tinggi, palingan hanya mabuk-mabuk sebentar saja.

Sebenarnya Aksa bukan sosok yang lihai bermain karambol, mangkanya pas tahu yang kalah hanya meminum minuman tersebut Aksa mau-mau saja. Jadi kalau dia kalah nanti, bukan masalah besar.

Aksa gak pernah takut untuk kalah, memangnya kenapa kalau kalah?

Gak ada yang benar-benar hebat di dunia ini.

"Skakmat!" seru Adit bahagia, sudah pasti Adit menang, Aksa benar-benar tak jago main karambol.

"Iya." ketus Aksa, langsung merebut minuman yang sudah diangsurkan Adit

Sekali teguk habis.

5 menit, belum ada reaksi apapun.

10 menit, tubuhnya panas, gerah. Aksa membuka jaket Boomber yang dia kenakan, temannya yang melihat merasa aneh.

15 menit, Aksa mulai tahu apa yang barusan dia minum, Aksa bukan orang bodoh sampai tak memahami reaksi tubuhnya. Gerombolan musuhnya sudah meninggalkan tempat, hanya tersisa ke-empat temannya saja.

20 menit, Aksa sudah gak tahan, dia pergi beralasan ke toilet.

Jalan Aksa sangat tergesa-gesa, sampai tak sadar dan menabrak seseorang.

"Aw!" ringis seseorang yang dia tabrak barusan.

Aksa yang melihat gadis itu merasa semakin berdebar efek minuman, dengan gaya gadis itu yang terkesan tomboy, dimata Aksa saat ini dia benar-benar cantik dan... Seksi.

Aksa menatapnya dari ujung kepala sampai kaki, menatap kelaparan gadis dihadapannya. Dirinya semakin gelisah.

Aksa yang tak tahan dengan reaksi tubuhnya, langsung menyeret gadis itu tanpa kata.

"Heh, lepasin gua!" ronta gadis itu yang tiba-tiba ditarik paksa.

Aksa tetap tak berkata, dia menarik kencang tangan gadis itu menuju basecamp tongkrongannya yang memang letaknya gak jauh dari pasar malam.

Tak ada ranjang disana yang ada hanya sofa ukuran besar dan beberapa kursi panjang.

Aksa menghempaskan gadis itu ke sofa, dan membuka kaos polosnya dengan tergesa.

"Kamu mau apa? Jangan macem-macem!" Teriak gadis itu dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

Berontak sebisa mungkin dari kukungan laki-laki itu.

"Jang- hpmt."

Aksa mencium gadis itu kasar.

Selanjutnya, sesuatu yang tak diharapkan terjadi. Kesalahan besar yang membuat raganya tak lagi bernyawa.

Flash back off

Aksa menceritakan kejadian 'itu' pada Ayah, berharap Ayah memaafkan kesalahannya.

"Apapun alasannya, kamu harus tetap bertanggung jawab!" terde3ngar helaan nafas keluar dari mulut ayahnya

"Tapi Aksa masih sekolah yah!" Kilah Aksa

"Jangan jadi pecundang kamu Aksa!" Teriak Wafa murka.

"Ayah gak perlu khawatir! Aku udah ketemu sama dia, dia sendiri yang nyuruh aku pergi dan gak usah nemuin dia lagi." Kata Aksa tajam, tanpa rasa bersalah.

"Itu semua murni kesalahan, Aksa gak salah sepenuhnya."

Bugh bugh bugh

_________________________________________

- Grazie Mille -

Continue Reading

You'll Also Like

389K 47.8K 33
Cashel, pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas tiga SMA itu seringkali di sebut sebagai jenius gila. dengan ingatan fotografis dan IQ di atas...
2.5M 251K 60
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
292K 21.7K 34
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
4.5M 270K 62
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...