Rajata Series 2 : OBSESSION

By Rasyaad

24.3K 2.8K 409

Aku balik dengan kisah baru dari Klan Rajata..... Ini kisah si Shaka anak kedua dari Vena dan Kevin 🌻Jangan... More

Blur
OBSESSION - 1
OBSESSION - 2
OBSESSION - 3
OBSESSION - 4
OBSESSION - 5
OBSESSION - 7
OBSESSION - 8
OBSESSION - 9
OBSESSION - 10
OBSESSION - 11
OBSESSION - 12

OBSESSION - 6

1.7K 198 15
By Rasyaad

Ayo, absen dulu di kolom komentar yang nungguin couple ini?? ☝☝☝

Menemani hari minggu kalian yang mungkin mager, bangSat satu ini kembali lagi 😁

Maaf ya bukan maksud PHP, semalem kepencet aku belum selesai nulis jadi aku tarik lagi.....

Tetap ramaikan cerita ini, biar aku semangat nulisnya.... 🤭🤭😘

Selamat Membaca
🍃🍃🍃

“Itu—anu bun, dia—ih bunda itu rahasia adik donk” ucap Kira dengan gugup. Kira memutuskan akan menyimpan isi hatinya rapat-rapat jangan sampai ada yang tahu. Siapapun tidak boleh tahu apa yang dirasakan nya sekarang, termasuk bunda nya. Kira cuma tidak ingin bunda nya kepikiran dan bersedih, bila mengetahui dirinya mulai tertarik dengan kakak kandung nya sendiri.

“Ih adik sudah mulai main rahasia-rahasiaan ya sama bunda” ucap Arvena dengan nada merajuk. “Tapi oke, nanti juga bunda tahu”

Kira hanya terkekeh geli melihat kelakuan sang bunda. Dia sangat menyayangi wanita yang dia anggap telah melahirkan dan merawatnya itu. Setidaknya seperti itu lah apa yang ada dipikiran Kira. Karena sampai saat ini dirinya tidak tahu bahwa Arvena dan Kevin bukan orang tua kandungnya. Entah apa yang akan terjadi nanti kalau rahasia besar itu sampai diketahui oleh gadis berhati lembut itu.

Sampai saat ini pun Arvena tidak berniat memberi tahu sang putri bahwa dirinya tidak lahir dari rahimnya, karena buat Arvena, Kira adalah putrinya sampai kapanpun. Rasa sayangnya terhadap Kira tidak ada bedanya dengan rasa sayangnya terhadap Qilla.

🍃🍃🍃

Sementara di tempat lain, Tara sedang mengikuti langkah sang bos besar yang sedang berjalan menuju ruangannya. Saat ini mereka baru selesai meeting dengan klien diluar kantor sekaligus makan siang. Mereka memilih menaiki lift khusus direksi yang akan membawa mereka ke lantai 29 gedung perkantoran ini. Banyak mata para wanita yang memandang kedua laki-laki itu takjub, tapi hal itu sama sekali tidak mempengaruhi langkah mereka. Mereka sudah terbiasa menghadapi itu semua.

“Ar beneran lo baik-baik saja?” tanya Tara akhirnya ketika mereka berdua berasa di dalam lift.

“Seperti yang kamu lihat Tara, kalau aku sakit aku nggak akan berada disini” ucap Arshaka dengan nada tenang. Hari ini suasana hatinya sedang bagus, jadi keisengan dari temannya itu tidak akan membuat mood-nya turun.

“Maksud gue bukan begitu bambang. Lo sadar nggak sih seharian ini lo pamer gigi terus sama orang? Sejak kapan seorang Arshaka menjadi murah senyum begini? Ini benar-benar hari bersejarah selama gue kerja sama lo Ar. Hati-hati itu gigi kering bro" Ucap Tara sambil tertawa pelan. Sementara Arshaka hanya mendengus jengah.

"Tunggu, apa ada kejadian yang terlewat dari pengamatan gue?” tanya Tara lagi, kali ini dengan nada serius. Arshaka menatap sang sahabat yang merangkap asistennya itu dengan sebelah alis terangkat tinggi.

“Mau tahu?” Tara mengangguk semangat. Arshaka langsung mendekatkan mulutnya ke telinga Tara.

“Dasar kepo” bisiknya pelan di telinga Tara sebelum melenggang keluar dari dalam lift dengan santai, karena memang mereka sudah sampai di lantai yang dituju. Tidak di pedulikan lagi wajah Tara yang sudah keruh karena kesal.

“Anji—” Tara menghentikan umpatan nya kepada sang atasan yang sudah berada di ujung lidah, ketika sadar dimana dia berada saat ini. Temannya itu kalau bicara terkadang bisa membuat orang kesal dan benar-benar ingin menghajarnya.

Tara hanya bisa mengelus dada sebelum kakinya melangkah mengikuti sang atasan slash sahabat sableng nya itu kedalam ruangannya kemudian membacakan agenda Arshaka selanjutnya dan meminta Arshaka menandatangani beberapa dokumen yang urgent. Dia tetap bersikap profesional meskipun hatinya gondok terhadap sikap Arshaka.

“Oh iya Ar, nanti malam anak-anak ngajak ngumpul di tempat biasa” ucap Tara lagi sambil menunggu Arshaka yang sedang memeriksa beberapa dokumen.

Anak-anak yang dimaksud Tara adalah para sahabat Arshaka yang lainnya. Mereka tergabung dalam geng bernama AXTERR, geng itu mereka bentuk sejak mereka SMA dan terdiri dari 6 orang personel. Nama AXTERR sendiri diambil dari nama depan mereka berenam. A untuk Arshaka, X untuk Xavier, T untuk Tara, E untuk Elgar dan dua R untuk Raiden dan Rayyan.

Untuk Arshaka, Rayyan dan Raiden mereka berteman sejak kecil. Karena memang dulu mereka sekolah di satu TK yang sama. Sedangkan sisanya mereka bertemu saat SMP dan SMA. Persahabatan mereka ber- enam terjalin begitu solid sampai sekarang, meskipun mereka kuliah dan berkerja di bidang yang berbeda-beda.

“Sorry tapi aku nggak bisa, hari ini aku harus pulang cepat” jawab Arshaka sambil menandatangani berkas yang ada di mejanya. Mendengar itu Tara mengerutkan keningnya.

“Ada masalah di rumah?” tanyanya langsung. Karena selama ini Arshaka tidak pernah menolak ajakan berkumpul dari para sahabatnya kecuali memang ada urusan keluarga yang mendesak.

“Iya, jadi sorry nggak bisa gabung” Tara tidak melanjutkan pertanyaan nya lagi. Walaupun mereka cukup dekat, dia tahu batas dan dimana posisinya saat ini. Dia tidak akan melanggar area privacy sahabatnya itu tanpa diminta.

🍃🍃🍃

Arshaka sampai di apartemennya ketika jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 7 malam. Sejujurnya tubuhnya lelah, namun entah kenapa senyumnya tidak luntur sejak tadi. Langkah nya benar-benar terasa ringan saat menuju unitnya.

Tak lupa Arshaka membawa beberapa makanan yang dia beli di restoran saat pulang kerja tadi, agar Kira atau dirinya tidak repot untuk memasak makan malam. Arshaka tidak ingin membuat sang gadis tercintanya semakin lelah.

Setelah melepas sepatunya dan meletakkannya di rak sepatu, Arshaka berjalan menuju meja makan untuk meletakkan makanan yang dia bawa di vatas meja makan. Kemudian kepalanya toleh kanan dan kiri, untuk mencari keberadaan Kira. Namun sepanjang matanya memindai tidak ditemukannya keberadaan sang pujaan hati.

Apa Kira masih kurang enak badan? batin Arshaka.

Tak mau lebih penasaran lagi, akhirnya Arshaka berjalan menuju kamar sang pujaan hati untuk mencarinya. Arshaka memanggil nama Kira sambil mengetuk pintunya.

“Ai ini abang, kamu baik-baik saja kan?” tanya Arshaka karena ternyata pintu kamar Kira dikunci dari dalam.

“Ki baik-baik aja bang, ini lagi ganti baju” mendengar jawaban dari dalam Arshaka bisa bernafas lega, karena berarti sang adik angkat dalam kondisi yang baik.

“Abang tadi beli makanan, kamu bisa siapkan dulu. Abang soalnya mau mandi” Teriak Arshaka lagi karena pintu didepan nya tidak kunjung dibuka oleh sang empunya kamar.

“Iya” walaupun merasa aneh dengan tingkah sang adik yang tiba-tiba begini, Arshaka tetap melanjutkan langkahnya menuju kamar untuk membersihkan diri. Arshaka berfikir mungkin ini karena hormon menstruasi jadi perilaku Kira jadi agak beda.

Hanya butuh waktu 10 menit untuk Arshaka membersihkan diri. Kemudian dia berjalan menuju meja makan. Senyumnya terkembang sempurna ketika netranya melihat semua makanan yang dia bawa sudah tertata rapi di atas meja. Kira benar-benar bisa diandalkan.
Arshaka kemudian mengangkat pandangannya dan menemukan Kira sedang menuang air putih dari dalam lemari pendingin kedalam gelas.

“Butuh bantuan?” tanya Arshaka sambil berjalan menuju sang adik angkat.

Allahu akbar” Ucap Kira sambil berjengkit kaget. Dia meringis sambil mengelus dadanya karena hampir menjatuhkan wadah minum yang dia pegang akibat terlalu kaget. “Abang lain kali, kalau datang bilang-bilang” gerutunya sambil melirik sang kakak. Melihat itu Arshaka terkekeh geli.

Ya Tuhan cobaan macam apa ini? Jangan melihat, jangan menoleh Kira. Ucap Kira dalam hati bagai mantra yang terus dirapalkan nya agar tidak menoleh untuk melihat tawa Arshaka.

“Maaf, abang cuma mau bantuin kamu”

Stop” pekik Kira ketika menyadari kakaknya mulai berjalan mendekat. Arshaka langsung menghentikan langkahnya dan menatap Kira dengan raut bingung yang kentara.

“Kenapa Ai?”

“Anu—maaf, abang disitu aja biar Kira yang siapin ini”

“Tapi abang—”

“Abang jangan mendekat” ujar Kira panik ketika melihat kaki Arshaka mulai melangkah lagi.

“Kenapa abang nggak boleh mendekat?” Saat ini Arshaka benar-benar bingung dengan tingkah Kira yang aneh setelah dia tinggal bekerja seharian.

“Abang disitu saja nggak usah kesini, bahaya—" bagi jantung Ki bang lanjut Kira dalam hati. Kening Arshaka semakin berkerut dalam melihat tingkah adiknya yang berbicara dengan keras dan terlihat panik. Dia memindai sisi kiri dan kanan Kira, anehnya dia tidak menemukan sesuatu yang mengarah pada hal berbahaya seperti yang Kira bilang. Ini bukan arena perang yang penuh ranjau, lalu bahaya apa yang dimaksud Kira jika diri nya hanya ingin berjalan mendekat?

“Abang nggak ngerti bahaya ap—” belum sempat ucapannya selesai, bel apartemennya berbunyi. Arshaka memiliki feeling tidak enak mengenai tamu tak diundang yang hadir di apartemennya saat ini. Karena memang akses yang terbatas menuju unitnya ini, jadi hanya orang-orang tertentu yang bisa bertamu. Dan saat ini hanya ada dua kemungkinan di otak Arshaka, mengenai tamu yang memencet bel apartemennya secara terus menerus itu yaitu antara saudara kembarnya atau para sahabat nya.

“Ada tamu!” pekik Kira terlihat senang. “Abang buka pintu aja, biar Ki selesaikan ini dulu,” ucap Kira sambil menghela nafas panjang. Arshaka bertambah bingung melihat sikap Kira yang terlihat senang ketika ada yang bertamu, berbanding terbalik dengan ekspresi Arshaka yang merasa sangat terganggu.

Tanpa kata Arshaka membalik tubuhnya dan berjalan cepat untuk membuka pintu. Arshaka langsung mendengus keras ketika melihat siapa tamu tak diundang yang mengganggu kebersamaannya dengan  Kira.

“Ngapain kalian kesini?” tanya Arshaka dengan wajah datar. Bukannya takut sang tamu malah saling pandang dengan senyum yang terkembang di wajah mereka masing-masing.

“Kita kangen sama kamu Ar, makanya datang kesini.” jawab salah satu tamu di sana yang tadi mengetuk pintu.

Mata Arshaka langsung menyipit curiga menatap sekumpulan laki-laki yang sangat dia kenal itu. Dari senyum mereka semua Arshaka tahu, bahwa para tamu tak diundang nya ini sengaja datang untuk mengganggu dirinya. Arshaka berdecak kesal melihat para sahabatnya yang tidak tahu diri ini berdiri dengan gestur santai, sama sekali tidak terganggu dengan tatapan tajam nya. Arshaka yakin kalau itu orang lain, mereka pasti lebih memilih pergi bila Arshaka sudah menatapnya tajam. Tapi sekali lagi ini adalah para sahabatnya yang sudah bersamanya bertahun-tahun lamanya. Dan jelas tidak akan mempan dengan intimidasi yang dilakukannya.

“Ini kami nggak disuruh masuk Ar? Kita ini tamu lo,” tanya Tara dengan nada menyebalkan. Arshaka semakin mendengus jengah melihat tingkah para sahabatnya ini.

“Tenang sobat, kita ini tamu elit kok. Jadi kita bawa makanan sendiri, tuan rumah nggak perlu repot.” ucap Elgar sambil mengangkat kedua tangannya yang penuh dengan plastik dan tote bag yang Arshaka yakin berisi banyak makanan. Tidak heran kalau Elgar membawa banyak makanan, karena Elgar adalah salah satu chef terkenal di negara ini dan memiliki banyak restoran yang tersebar di banyak kota besar.

“Bukannya kalian mau berkumpul ki club punya Raiden?” merasa namanya disebut, Raiden hanya menatap Arshaka datar sambil berucap “Mereka berubah pikiran ketika kamu menolak datang” ucap Raiden dengan tenang. Raiden adalah sahabat Arshaka yang paling diam dan minim ekspresi. Tapi jangan ragukan solidaritas pengusaha IT dan kelab malam itu terhadap para sahabatnya.

“Abang makanan nya sudah si—” Kata-kata Kira terhenti ketika dirinya melihat sekumpulan makhluk ber-testosteron yang memiliki rupa di atas rata-rata. Dirinya berniat menyusul sang kakak yang lama saat membuka pintu, dan tidak tahunya dirinya malah menemukan beberapa laki-laki dewasa dengan rupa yang sangat menawan. Sepertinya saat antri pembagian wajah, mereka semua berada di deretan paling depan.

“Wah-wah pantas saja diajak kumpul lo nolak Ar, ternyata disini lo ditemani adik tersayang lo” ucap Xavier sambil menyeringai. Pemilik stasiun televisi itu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menggoda seorang Arshaka. Bukan rahasia lagi bagi mereka ber-enam bahwa dari dulu Arshaka mencintai sang adik angkat.

Arshaka semakin berdecak kesal ketika melihat Kira masih terpaku ditempatnya dengan pandangan takjub melihat para sahabatnya. Arshaka akui wajah para sahabat nya tidak ada yang dibawah standar wanita masa kini, jadi tidak heran jika para wanita berebut untuk mendekati mereka semua. Namun ketika gadisnya yang memandang mereka dengan takjub, Arshaka menjadi tidak rela. Kira hanya miliknya dan hanya boleh menatapnya.

“Ayo masuk, kita makan malam”ucap Arshaka sambil merangkul bahu Kira.

“Woi ini tamu nggak diberi ijin masuk Ar?” Teriak Elgar sebal.

“Sejak kapan kalian butuh ijin untuk masuk apartemen ini? Bukannya biasanya kalian semaunya sendiri” jawab Arshaka tanpa membalik tubuhnya.

“Begitu kelakuan si Bucin kalau dekat sama yayangnya, Kita-kita dianggap remahan rempeyek yang tak terlihat” ucap Tara dengan nada lebay, yang sukses mendapatkan toyoran di kepalanya dari Xavier.

“Eh bangsat, jangan asal toyor. Gini-gini sejak kecil sudah di fitrah sama orang tua gue” Ucap Tara sambil mencak-mencak.

“Gampang lah, nanti gue ganti fitrahnya tiap gue noyor pala lo. Cuma 2,5 beras kan?” jawab Xavier santai. Mendengar itu Tara semakin mencak-mencak dengan mengabsen isi kebun binatang.

“Ck.. Kalian sudah tua, tidak pantas berdebat masalah sepele” peringatan Raiden dengan suara bass nya.

“X yang jahat Rai,” rajuk Tara kepada Raiden dengan nada yang dibuat-buat sambil jarinya menunjukkan pada Xavier.

“Sumpah ya Tar, gue geli lihat tingkah lo. Jangan bilang lo pindah haluan gara-gara pedang lo jarang diasah!”ucap Elgar sambil bergidik ngeri.

“Sembarangan itu mulut, asal lo tahu ya El—”

“Teruskan debat kalian!”Kata-kata bernada datar dari Raiden sukses menghentikan semua argumen Tara. Setelah itu Raiden memilih masuk ke apartemen Arshaka tanpa menggubris ke tiga sahabatnya yang bertengkar seperti anak kecil. Setelah Raiden pergi, Elgar dan Xavier akhirnya menyusul masuk. Meninggalkan Tara yang kekesalannya sudah sampai di ubun-ubun.

“Tuhan berikan hamba-Mu ini kesabaran. Kenapa gue bodoh banget tetep berteman dengan mereka, padahal gue selalu di aniaya?” ujar Tara dengan nada lebay sebelum ikut masuk ke apartemen Arshaka dan menutup pintunya.

Persahabatan mereka memang seperti itu. Walaupun kadang suka bertengkar seperti kucing dan tikus, tapi ketika salah satu di antara mereka sedang kesusahan maka yang lainnya akan langsung datang memberi bantuan tanpa diminta. Mereka saling melindungi sahabatnya dengan cara mereka masing-masing.


TBC

Hayo... Udah pada kenalan sama gengnya Arshaka,kan???

Ramaikan part ini guys 😁😁

Rencananya cerita ini akan aku update seminggu 2x, tapi kalau ramai bisa lebih dari itu.... 😍🤭🤭

Tetap stay sama pasangan ini ya 😊😊

25 Oktober 2020

Continue Reading

You'll Also Like

1M 1.9K 17
WARNING!!! Cerita ini akan berisi penuh dengan adegan panas berupa oneshoot, twoshoot atau bahkan lebih. Untuk yang merasa belum cukup umur, dimohon...
279K 1.2K 15
⚠️LAPAK CERITA 1821+ ⚠️ANAK KECIL JAUH-JAUH SANA! ⚠️NO COPY!
3.4M 49.7K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
360K 19.2K 27
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepad...