to be young and in love [end]

By hijstfu

1.4M 159K 8.3K

Coba sekarang bayangkan. Kamu hidup sebagai cewek yang biasa aja. Bener-bener biasa aja, sumpah. Tugasmu simp... More

ini prolog
ini pertama
ini kedua
ini ketiga
ini keempat
ini kelima
ini keenam
ini ketujuh
ini kedelapan
ini kesembilan
ini kesebelas
ini keduabelas
ini ketiga belas
ini keempat belas
ini kelima belas
ini keenam belas
ini ketujuh belas
ini kedelapan belas
ini kesembilan belas
ini kedua puluh
ini kedua puluh satu
ini kedua puluh dua
ini kedua puluh tiga
ini kedua puluh empat
ini kedua puluh lima
ini kedua puluh enam
ini kedua puluh tujuh
ini kedua puluh delapan
ini kedua puluh sembilan
ini ketiga puluh
ini tiga puluh satu
ini ketiga puluh dua
ini ketiga puluh tiga
ini ketiga puluh empat
ini ketiga puluh lima
ini ketiga puluh enam
ini ketiga puluh tujuh
ini ketiga puluh delapan
ini ketiga puluh sembilan
ini keempat puluh
ini keempat puluh satu
ini keempat puluh dua
ini keempat puluh tiga
ini keempat puluh empat
ini keempat puluh lima
ini extra part satu
ini extra part dua
sini curhat
aduh, kok jadi begini?

ini kesepuluh

30.2K 4K 120
By hijstfu

"Anjing, siapa nih?"

"Masuk-masuk kelas orang bae, engga pake salam lagi."

"Ngapain, dek, di situ?"

"Weh, anjir, ada dedek gemes. Siapa nih namanya?"

"Degemnya siapa nih? Lo ya, Dan! Oi, Wildan ada degem lo tuh di depan."

"Siapa, anjir? Kenal juga kagak gue."

"Terus itu degemnya siapa? Bhadra?"

"Oi, Badra mana? Ngilang mulu itu bocah. Nyebat ya?"

"Yoi, di belakang."

Beragam pertanyaan terlontar padaku yang masih berdiri kaku di depan kelas. Aku hanya meringis sambil menatap ke arah mereka dan Cika bergantian. Keringat dingin seketika muncul di beberapa tempat. Engga kunjung mendengar suara langkahan kaki Cika yang memasuki kelas, aku lalu menoleh dan melotot ke arahnya yang dengan tega mengorbankan aku. Lihat, dia masih aja cengengesan di luar. Menyebalkan sekali. Rasanya ingin sekali kucakar muka sok kalemnya itu.

Ya Tuhan, bisakan petir menyambarnya saja? Aku terlalu muak dengan orang seperti dirinya.

Melihat pelototanku yang semakin menjadi-jadi, belum ditambah bibirku yang komat-kamit menyumpahinya, Cika lalu melangkah ke dalam kelas dengan mengucap salam. Berdiri di sampingku, dan berkata, "Permisi, Kak. Kami dari kelas 11 IPA 5 mau jualan risoles buat pelajaran Kewirausaahan."

Aku menghela napas jengkel menatapnya, sebelum mengalihkan pandanganku ke depan. Ke arah siswa-siswa itu yang sedang menatap kami dengan berbagai pandangan. Di pojokan sana, berkerumun siswa cowok yang engga jelas tampilannya (soalnya seperti berandalan sekali, padahal Pak Hadi tuh serem abis) sedang menatap kami geli. Maksudku, baju OSIS yang dikeluarkan, tidak memakai dasi, dan tidak dikancing adalah suatu bentuk pelanggaran berpakaian terberat. Lebai sih, tapi memang begitu aturannya.

Mungkin karena mereka anak IPS. Jadi, engga takut sama Pak Hadi. Maksudku, mental mereka pasti kuat sekali. Pikirku dalam hati.

Selain mereka, di barisan paling depan, anak-anak perempuan juga sedang berkerumun, aku menduganya sih mereka sedang menggosip. Biasa. Sama sepertiku dan Joan jika ada jam kosong. Mereka menatap kami dengan pandangan sinis. Lainnya tersebar di seluruh kelas. Aku mengedarkan pandangan, tetapi orang yang kucari engga ada. Untung. Aku juga engga mau melihat dirinya.

"OOOOOH MAU JUALAN."

"Jualan apa tuuuh?"

"Coba sini, Mas mau liat, deek?"

"Jualan risoles, Kak," jawab Cika sambil tersenyum manis. Dia lalu melangkahkan kaki ke sudut belakang, tempat anak-anak cowok tadi berkerumun.

Aku melotot ngeri pada Cika.

Ini anak bener-bener tebel muka banget. Nyalinya juga engga main-main.

Sambil menyusulnya, aku sekilas mengangguk dan melontarkan senyuman pada senior cewek yang sedari tadi memperhatikan kami dengan sinis. Khususnya sih ke Cika. Sesampainya di samping Cika yang sedang melayani anak-anak itu, aku juga mengangguk pada mereka.

"Ini, Kak. Masih anget. Dibeli yuk, Kak. Pleaseeee," kata Cika menggunakan nada manis. Nada yang biasa dia gunakan ketika sedang cari muka. Aku meringis pelan mendengarnya. Enek.

"Berapaan ini?"

"Isinya apa aja?"

"Boleh ngutang engga?"

"Waduuuh, jangan dong, Kak. Nanti saya rugi, dong," kata Cika lagi membalas pertanyaan mereka sembari menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

"Ini yang satunya ikut jualan juga?"

Aku mengangkat wajahku, dan menatap senior cowo yang bertanya padaku. Aku engga mengenalnya. Jadi, aku hanya mengangguk sembari berkata, "Iya. Tapi sudah habis."

"Ohhh...," sahut mereka mengangguk-angguk. Aku hanya tersenyum tipis.

"Ini beli punyaku aja, Kak. Jualan kami sama, satu kelompok soalnya."

"Yauda, gue satu deh."

"Gue dua ya, dek."

"Gue satu aja, tapi bagi sausnya entar dua ya."

"Siap, Kak. Satu-satu ya."

Selanjutnya Cika melayani mereka. Memberikan risoles pesanannya, dan imbuhan saus atau cabai sesuai keinginan mereka. Sedangkan aku, mengurusi bagian keuangan. Memberikan mereka uang kembalian.

"Makasih ya Kakak-kakak semua. Daganganku udah abis jadinya," kata Cika saat risoles miliknya yang tadi bersisa tujuh buah sekarang telah terjual semua.

"Enak nih, dek, besok jual lagi dong."

"Iya, dititipin koperasi aja."

Cika tertawa pelan. "Ah, bisa aja Kakak semua nih."

"Makasih, Kak," kataku pada mereka karena telah membeli dagangan kami, juga karena telah memuji kelezatannya. Sembari mengangguk, aku lalu menyeret Cika untuk ke luar dari kelas tersebut. Di sepanjang lorong area 12, Cika engga berhenti berbicara, mengeluh karena engga melihat Para di sana, sehingga dia engga bisa berinteraksi dengan pemuda itu.

"Ih, sebel deh engga ada Kak Para. Lagian Kak Para kemana sih. Segala ke luar kelas segala. Belum tentu kan, gue punya kesempatan lagi buat masuk ke kelasnya."

Aku hanya mendengarkan gerutuannya. Engga menanggapi karena aku juga bingung mau menanggapi apa.

"Padahal gue pengen banget Kak Para cobain risoles gue yang enak. Biar dia tau kalau gue bisa masak."

"Iya kan, Rum?" Tanyanya menoleh padaku, mengingingkan persetujuanku. Aku hanya mengangguk. Iya iya aja deh. "Kalau dia ngerasain risoles gue kan. Pasti dia mikir gue bisa masak, dan gue tipe cewek yang harus dijadiin pacarnya."

"Eh tapi, Kak Nirisha yang perfect gitu aja engga ditembak-tembak sih ya. Udah cantik, pinter, bisa masak. Apalagi gue? Lagian kurang apalagi Kak Nirisha itu? Iya kan, Rum? Lo liat dong Instagram Kak Nirisha? Isinya kan masak-masak mulu dia."

Aku lagi-lagi hanya mengangguk.

"Hahaha... tiba-tiba gue kepikiran."

Bodo amat, mau lo kepikiran atau engga. Bukan urusan gue.

"Kalo tiba-tiba, Kak Para pacaran sama orang yah ... engga ada apa-apanya. Ih sumpah kalau itu terjadi, gue engga rela sampe mati. Jelas-jelas Kak Para bisa dapetin yang lebih sempurna gitu ya. Masa berakhir sama modelan begitu. Hahaha."

Dih. Emang lo sesesuatu itu apa? Belagu banget ngerendahin orang.

"Lagian, kalo itu betulan terjadipun, gue bakal jamin. Itu ceweknya Kak Para engga akan hidup tenang soalnya fanspra tuh diem-diem nyeremin."

Iya, kayak lo. Muka dua.

Aku berhenti melangkah ketika ponselku berbunyi menandakan ada notifikasi masuk. Palingan SMS dari operator. Aku mengabaikannya. Tetapi begitu bunyi itu berulang hingga tiga kali, sontak menarik perhatianku. Aku lalu mengambilnya dari saku rok OSISku.

"Kenapa, Rum?" Tanya Cika yang menyadari aku berhenti melangkah.

"Bentar. HP gue bunyi."

Setelah mengeluarkannya, dan memasukkan kata sandi. Aku lalu menggulirkan layar ke bawah, sehingga panel notifikasi sekarang terpampang di layar ponselku. Betulkan SMS Operator. Notif dari Shopee, Tokped. Update Wattpad. WA dari Joan. Engga penting semua. Tapi begitu aku melihat notifikasi paling bawah, terdapat notifikasi masuk dari Instagram. Memperlihatkan DM dari seorang... Bhadra Parasara. Belum aku membuka pesan itu, beruntut di bawah pesan awal itu, dia mengirimkan pesan susulan. Tunggu, darimana dia tahu akun Instagramku?

TING!

TING!

TING!

bhadraprsra: Berhenti.

bhadraprsra: Tunggu di sana.

bhadraprsra: Suruh temanmu pergi.

Gimana? Gimana?

libur jadinya nyempetin nulis bab ini. walaupun dikit hihi. btw, ini blm masuk konflik ges. masih awaaaal banget sumpah. jangan bosen-bosen ya.

jangan lupa vote dan komen yaaa biar aku semangat terus.

Continue Reading

You'll Also Like

Implisit ✔ By Nana

Teen Fiction

586K 49.8K 32
Pemeran utama tak selamanya harus jadi pihak yang disakiti kan? Buktinya Maudy, Sang Pemeran Utama yang masuk ke dalam hubungan orang lain. .. P.s: s...
2.4M 133K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
719K 49K 41
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
64.7K 5.7K 49
Holly shit! Seorang pria dengan lancang menarik ku keluar dari dalam sebuah club malam. Kepala ku terasa berdenyut. Bukan karena alkohol, namun karen...