The Bastard's Angel

By ameyliamd

58.6K 3.8K 632

Genre : Romance, Young Adult Rate 17+ Don't Copy My Story | DILARANG PLAGIAT! ---------- Angela Princessa Hud... More

The Bastard's Angel
The Bastard's Angel | Part 1 - My Angel
The Bastard's Angel | Part 2 - Love Bird's
The Bastard's Angel | Part 3 - No Sex Before Married!
The Bastard's Angel | Part 4 - Such a Crazy BOY
The Bastard's Angel | Part 5 - Poor Jarvis
The Bastard's Angel | Part 6 - I'll Wait
The Bastard's Angel | Part 8 - Worry
The Bastard's Angel | Part 9 - Who Are You?

The Bastard's Angel | Part 7 - Mafia

1.3K 158 33
By ameyliamd

EYO WELCOME!!!!
i'm back!!! semoga gaada yang lupa! maapin lama banget updatenya!!!❤️

happy reading!

"Tidak, jangan keluar dari kamarku. Kau bisa gunakan milikku."

"Baiklah, terima kasih Jarvis!" Tukas Angel riang.

"Kau harus membayarku mahal untuk ini, Angel."

The Bastard's Angel

Part 7 - Mafia

*****

Suasana di depan gerbang sekolahan itu terlihat ramai. Siswa dan siswi terlihat berlalu lalang keluar dari bangunan sekolah tersebut.

"Angela!"

Gadis yang dipanggil itupun segera menoleh cepat ke arah panggilan itu.

"Katie, aku pulang duluan ya! Sampai jumpa besok!"

Angela berjalan dengan langkah riangnya mendatangi laki-laki yang memanggilnya itu.

"Jarvis, kenapa tidak bilang jika mau ke Amerika?" Tanya Angel dengan cebikan di bibirnya.

"Kejutan!" Bisik Jarvis sembari mengacak gemas rambut kekasihnya itu.

"Tapi kan tetap saja,"

"Sudahlah, ayo masuk." Jarvis menuntun Angel ke pintu samping kemudi mobil.

"Kita akan bersenang-senang! Kau mau, kan?"

"Mau! Tapi, Angel harus izin dulu sama Daddy."

"Tidak perlu khawatir, sayang. Aku sudah izin pada Uncle tadi."

"Benarkah? Jadi, kita mau kemana?"

"Bagaiamana jika menonton film?" Tanya Jarvis dengan alis terangkat.

"Setuju, ayo kita ke bioskop!" Tukas Angel semangat.

"Aku tidak mengatakan bisokop, Angel."

"Lalu, kita akan menonton film dimana, J?" Gadis itu bertanya bingung.

"Di apartemenku." Ujar Jarvis mulai menjalankan mobilnya.

"Apartemen? Sejak kapan kamu memiliki apartemen? Kenapa Angel tidak pernah tahu?"

"Aku baru saja membelinya, Angel. Ini juga kali pertama aku mendatanginya."

Angel menganggukan kepalanya mengerti. Perjalanan menuju apartemen yang Jarvis katakana memakan waktu kurang lebih 45 menit.

"Woah, apartemenmu bagus sekali, J! Lihatlah, kau bahkan bisa melihat gedung-gedung dari jendela kaca besar ini."

"Kau menyukainya?" Tanya Jarvis berdiri di samping gadis itu, menatap wajah sumringahnya.

Angel mengangguk, "Ini tidak seperti Mansion Daddy yang jauh masuk ke dalam, aku selalu memikirkan tentang bagaimana serunya memiliki tetangga."

"Nanti, aku akan membeli rumah kecil untuk kita tinggali agar kau tahu bagaimana rasanya mempunyai tetangga."

"Ah, jangan terlalu memikirkannya, J! Itu masih terlalu lama."

Jarvis tersenyum tipis, "Mau berganti pakaian?"

"Boleh Angel meminjam pakaianmu?" Tanya gadis itu pelan.

"Pakaianmu sudah aku siapkan, ayo ikut."

Jarvis menarik gadis itu menuju salah satu ruangan di apartemen itu, ternyata itu adalah kamar utama. Angel menebak jika itu merupakan kamar Jarvis, laki-laki itu membawa Angel menuju walk in closet dan membuka sebuah lemari besar berwarna putih.

"Jarvis, apa semua ini?" Tanya Angel menutup mulutnya yang menganga terkejut.

"Pakaianmu."

"Tapi...tapi—"

"Aku sudah memikirkan semuanya dan meminta anak buahku menyiapkan semua ini, seluruh pakaianmu—ada tas, sepatu, dan juga aksesoris di sebelah sana." Ujar Jarvis menujuk lemari lainnya.

Angel menggeleng tak percaya jika setengah dari walk in closet yang cukup besar itu adalah barang-barang yang Jarvis persiapkan untuknya.

"Terima kasih." Ujar Angle mendekat dan mengcup pipi laki-laki itu.

Jarvis gemas dengan perlakuan gadis itu sehingga dirinya langsung meraih pinggangnya. Pria itu ingin memberikan ciuman yang sudah ditahannya sejak seminggu yang lalu.

Namun, belum sempat bibirnya bertemu bibir Angel suara gangguan yang sama sekali tidak diinginkan muncul diantara mereka.

"Maaf," ujar Angel malu.

"Kau lapar, hm?" Ujar Jarvis mengusap pipi gadis itu lembut.

Angel mengangguk mengiyakan, dia memang lapar sehingga perutnya mengeluarkan bunyi.

"Baiklah, ayo kita makan dulu. Aku sudah memesan makanan juga tadi."

*****

"Mau menonton film apa, sayang?" Tanya Jarvis sambil mengganti-ganti channel pada layar TV-nya.

"Kali ini kamu aja yang milih, J. Waktu terakhir kali kita nonton kan sudah Angel yang memilih."

"Kau yakin?" Tanya Jarvis menatap gadis yang sedang berada di pelukannya itu. Angel tampak nyaman berada di dalam kehangatan itu.

"J, film apa ini?" Tanya Angel kebingungan.

"365 days, film tentang bagaimana seorang mafia yang jatuh cinta pada seorang wanita." Jelas Jarvis.

"Mafia? Angel sering membaca jika para mafia itu kejam, J." Ujar gadis itu polos.

"Iya benar, mafia itu begitu kejam. Apalagi dalam urusan perebutan kekuasaan, Angel. Namun, tidak semuanya begitu sekarang."

"Maksudmu di dunia ini masih ada mafia?" Tanya Angel menatap Jarvis, begitu penasaran.

"Menurutmu?" Bukannya menajawab, laki-laki itu justru bertanya balik.

Angel menggeleng pelan, dia juga tidak tahu. Mereka akhirnya menonton film itu dalam keheningan, Angel sangat malu sekaligus takut dengan film itu. Para mafia dan musuhnya saling membunuh tanpa ragu. Dan lebih parahnya ada adegan dewasa yang membuat suasana disana semakin membuat Angel malu dan was-was.

"J... apakah mafia memang seperti itu?"

"Kenapa, sayang?"

"Mereka dengan mudahnya membunuh, menyakiti perempuan juga—dan, lihatlah kenapa dengan mudahnya ketua mafia itu bersama dengan wanita lain?"

"Tidak, Angel."

"Tapi, lihatlah—bagaimana bisa dia membawa wanita lain!" Tukas Angel kesal.

"Karena wanita yang diinginkannya tidak mau bermain bersamanya, Angel." Bisik Jarvis mengecup pipi gadis itu.

Hal yang bukan kali pertama pria itu lakukan sepanjang film itu berlangsung. Sepertinya, hanya Angel saja yang serius menonton film itu.

"Bermain dalam artian having sex, Angel." Lanjut Jarvis, kali ini dengan sebuah kecupan ringan di leher gadis itu.

Angel melotot mendengarnya, tubuhnya berubah kaku. Hal itu disadari oleh Jarvis hingga membuat laki-laki itu tersenyum menyaksikan kepolosan gadisnya ini.

Angel masih dengan pikirannya, apa laki-laki memang se-bergairah itu? Bahkan laki-laki bisa mencari wanita lain untuk dijadikan pelampiasan untuk berhubungan intim. Tidak ada rasa sayang atau cinta. Hingga terbesit dalam benak gadis itu akan pikiran negative mengenai pria yang sedang memeluknya ini.

Jarvis selalu menunjukan ketertarikan dan rasa ingin lebih mengenai hal itu, namun pria itu tidak pernah melewati batasannya. Yang Angel pikirkan, apa Jarvis tidak melakukannya dengan perempuan lain di luar sana?

Angel menggeleng, cepat-cepat mengusir bayangan negative mengenai Jarvis bersama wanita lain. Tidak mungkin, Angel percaya jika Jarvis tidak akan berbuat seperti itu.

"Kenapa, Angel? Apa ada yang mengganggu pikiranmu?"

Angel menggeleng cepat, meraih rahang pria itu dan mengelusnya pelan, "Tidak ada, ayo lanjutkan menonton filmnya."

Jarvis tahu Angel menyembunyikan sesuatu, gadis itu tidak pandai berbohong. Namun, laki-laki itu memilih untuk tidak memperpanjang hal itu lagi.

"J, apa kamu pernah bertemu dengan seorang mafia? Apa dia menyeramkan, atau dia seorang lelaki tua dan kumisan yang galak?" Tanya Angel kembali.

Jarvis terkekeh pelan mengenai bayangan Angel mengenai mafia, pria itu langsung mengingat ayahnya sendiri—Luca, tua dan berkumis sangat menggambarkan ayahnya itu.

"Kau tidak lihat pria itu," ujar Jarvis sambil menunjuk layar televisi, "lihatlah laki-laki pemimpin mafia itu, apa dia seperti penggambaranmu itu?"

Angel menggeleng, "Tapi kan itu hanya dalam film, J! Dia tampan dan hot! Mungkin saja mafia yang asli akan berwujud seorang kakek tua yang menyeramkan."

"Tampan dan hot? Apa dia lebih tampan daripada aku?" Tanya Jarvis menggoda kekasihnya itu.

"J, Angel serius!"

"Aku juga serius, apa aku lebih tampan daripada laki-laki itu?" Tanya Jarvis manarik dagu gadis itu dan memberikan kecupan gemas pada bibirnya.

"Kalau Angel sih lebih suka sama kamu." Jawab gadis itu malu-malu.

"Jadi itu artinya aku yang lebih tampan?"

Angel mengangguk cepat, "J, cepat jawab pertanyaan Angel yang tadi! Bisa saja mafia itu tua dan berjenggot, kan?!"

"Bagaimana jika mafia itu setampan diriku, hm? Apa kau mau bersamanya?"

Angel terlihat berpikir, "Tidak mungkin ada mafia setampan dan sebaik dirimu, Jarvis." Ujar Angel pada akhirnya dengan senyuman manisnya.

"Tapi, bagaimana jika aku adalah seorang mafia. Aku pernah membunuh orang dan—"

"Shush, jangan berbicara sembarangan, J! Daddy tidak akan tinggal diam kalau tahu kamu itu adalah seorang mafia." Kekeh gadis itu.

"Angela, coba bayangkan saja. Bagaimana jika aku adalah seorang mafia, atau aku tidaklah sebaik yang kau pikirkan selama ini?"

Angela menghembuskan napasnya pelan, meskipun hanya membayangkan sepertinya akan sulit. Menonton film saja Angel sudah bergidik ngeri apalagi membayangkan untuk menjadi kekasih seorang mafia.

"Takut, mungkin saja."

"Kau takut?" Tanya Jarvis pelan, raut wajahnya berubah serius.

"Tentu saja, J! Lihatlah kelakuan mafia itu, membunuh orang lain—memaksa dan menyakiti wanita, Angel juga tidak bisa memikirkan bagaimana kalau kamu sampai bersama wanita lain."

Jarvis diam sebentar, mencerna ucapan gadis itu.

"Tapi, bagaimana jika mafia itu melakukan misi untuk kebaikan?" Tanya Jarvis.

"Apa ada yang seperti itu?"

Jarvis mengangguk tegas, "Mereka membantu orang yang tidak mampu, yang ditindas, tentu tidak dengan cara yang kejam. Mereka tidak sekejam dan seburuk masa lalu katakan, Angel. Bagaimana?"

Angel merasa pusing dengan ucapan Jarvis, "Bagaimana bisa kau sampai memikirkan hal itu, J?"

"Membaca buku," jawab laki-laki itu asal, "Bagaimana?"

"Mungkin aku bisa pertimbangkan, tapi tetap saja J—jika mereka membunuh, itu merupakan hal yang salah, dan mempermainkan wanita, menjadikan wanita sebagai pelampiasan sepertinya tidak termaafkan."

Jarvis diam.

"J, kamu ngga akan ngelakuin hal itu sama Angel, kan?"

Jarvis terlihat berpikir, kemudian menghela napsnya berat, "Tidak, Angel."

"Meskipun kamu pingin banget? J, Angel tahu kamu pria dewasa—"

"Tidak, Angel. Aku cuma mau kamu."

"Tapi, J. Apa tidak apa-apa kalau kamu—"

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin dirimu saja Angel. Sudahlah jangan bahas hal itu lagi, ya."

To be Continue.

Gimana? need some mooore?

VOTE YANG BANYAK terus KOMEN JUGA YA Guys buat Next Part! 🤍

THANK YOU❤️

A M E Y L A M D

Continue Reading

You'll Also Like

550K 45.1K 29
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

3.9M 229K 28
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
2.2M 128K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
1.7M 122K 81
[Brothership] [Not bl] Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Erva...