My Mysterious Dosgan : Dosen...

By NengKarisma

68K 6.1K 295

Seri Mental Disorder Story ke-1 (Afka & Aruna) ⚠️ Budayakan follow Author sebelum membaca ⚠️ πŸ€πŸ€ Aruna Green... More

Prolog
Kosan +62
Perkara Duit Kos
Malam Jum'at
Bakos = Bapak Kos
Badmood
Mr. Evill
Gembel Cinta
Menyebalkan
Dekat
Pacaran
Cupang
Keluarga Pacar
Ajakan Hangout
Cemburu
Stay With Me
Bertahan
Putus
Puncak Rasa Sakit
Mantan
Mantan (Lagi)
Cabe-Cabean
Menyelesaikan masalah
Bukan Sekedar Halusinasi
Ajakan Berkomitmen
Go Publick
Perkara Cincin
Bahagia
Suprise
Kecewa
Kegagalan
Tidak Baik-Baik Saja
Simpati
Melarikan diri
Faktanya
Sakit
Perhatian
Kesempatan kedua
Hamil
Visual
Sentuhan Akhir Cerita
VC
Janji Suci
Epilog
Penting Dibaca ⁉️

Memungut Restu

1.1K 100 3
By NengKarisma

Typo masih bertebaran!!

"Restu yang sempat aku buang secara sia sia, kini harus kudapatkan kembali."-Arafka Davian Evildiantoro

***

"Ekhem, dilarang berpelukan bagi yang belum sah."

Dehaman dari ambang pintu, membuatku terlonjak. Suara familiar itu tentu membuatku segera menjauh dari Afka.

"Belum sah dilarang berdekatan. Nanti ada syetan, eh kebablasan." Kekehnya jenaka.

"Apaan coba, lo aja yang nyoblos sana sini malah mau sok alim." Sindirku.

"Eh apa, nyoblos? Belum pilpres bu, jadi belum ada pencoblosan." Dalihnya.

"Terus yang tiap malem lo lakuin itu apa? Olahraga 69 gitu?"

"E-eh, kok mulut lo ember bet sih. Cantik cantik kok bibirnya ember. Gue cipok nih?!" Ancamnya.

"Sini kalo berani?" Tangtangku.

"Ok, sampe jontor ya?" Tangtang Arez tidak mau kalah.

Aku menatapnya angkuh, sambil bersidakep dada. Dia yang datang bersama Altar langsung berjalan kearahku dengan segera. Memangnya dia berani apa?

"Maju selangkah lagi, semua fasilitasmu siap-siap aku cabut." Acam Afka.

"Ish, apaan sih bang! Becanda doang kok." Kesal Arez sambil beralih kearah bad rumah sakit.

"Dia yang mulai duluan juga!" Rajuknya.

Pria yang usianya sebaya denganku itu terlihat tengah memasang wajah kesalnya. Siapa suruh mengangguku, apa dia tidak ingat jika aku memiliki kartu AS nya ditanganku. Dia--Arez si bungsu putra janda kaya raya seperti tante Anita. Pria muda yang dianugrahi wajah tampan dan sifat humble juga playboy kelas wahid. Puluhan wanita bisa takluk dalam sekali kedipan matanya. Selain suka tebar pesona, Arez juga terkenal sebagai penebar benih. Laddykiller yang bukan main reputasinya.

Dia saja pernah dengan gamblangnya meminta dicoblagin dengan Doyyeng. Duh duh, jahat sekali kesannya kalau aku ngecoblangin Doyyeng dengan Arez si laddykiller kelas tuna ini.

"Ngapain kesini?"

"Di suruh mama jadi nyamuk." Jawab Arez santai.

"Takutnya khilaf, 'kan belum di lebelin SAH. Masa mau nyicil buat baby duluan?"

"Arezz!" Kesalku mengintruksi.

"Sudah jangan menggoda dia. Kamu membuatnya kesal." Intruksi sang kakak paten.

"Ish, abang kenapa sih bucin banget. Gitu aja dibelain teross."

Hah, apa katanya?

"Apa?" Ketusku saat Arez menatapku.

"Hih ketus amat neng. Pantesan belum dinikahin, situnya ketus sih."

"Ih, Arez. Diem gak lo? Gue gibeg nih?!"

"Ayok, gelud diranjang juga hayuk!"

"Arezz?!" Kesalku.

"Jangan ganggu dia Arez!" Intruksi Afka lagi.

Duh, kok aku merasa jadi cewek manja ya?

"Diem Rez, kita kesini buat nurutin permintaan mamah." Ujar Altar angkat bicara.

"Tante Anita memangnya minta apa?" Tanyaku penasaran.

"Kata mamah, lo disuruh pulang. Jangan deket deket bang Afka dulu, takut ada yang khilaf."

"Masa iya?" Raguku.

"Mama menyuruhmu datang ke resto. Ada sesuatu yang mau dibicarakan." Altar angkat bicara.

"Buat apa?"

"Mana kita tahu." Sewot Arez.

"Datang saja, biar kami yang menjaga Afka disini." Tawar Altar.

Aku menoleh sejenak,menatap Afka yang sudah berada di badnya kembali. Dia terlihat tidak rela aku pergi.

"Penting banget ya?" Tanyaku pada Altar.

"Hm."

"Ya sudah, aku berangkat. Lagi pula, aku juga butuh pulang." Ujarku sambil berlalu mengambil barang barangku.

Ada untungnya juga jika aku menerima undangan tante Anita. Setidaknya aku juga bisa pulang dan berganti pakaian terlebih dahulu. Aku memang sempat lupa membawa baju ganti saat ini.

"Aku pulang dulu ya mas?" Pamitku.

Afka menatapku penuh tanya. "Kok ekpresi kamu gitu sih mas?"

"Saya masih kangen Una."

"Elah bucin." Sahut Arez yang langsung mendapatkan delikan maut dariku.

"Nanti kamu kesini lagi kan?"

Aku tersenyum tipis lalu menjawabnya, "Insaallah deh, kalau tante Anita gak nahan aku."

Aku tersenyum tipis sambil meraih satu tanganya untuk disalami.

"Aku pergi dulu ya,"

Walaupun enggan, Afka tetap mengijikan aku untuk pergi. Setidaknya selama aku pergi, ada Altar dan Arez yang bisa menemani dan menjaga Afka.

****

Ketika kumandang adzan dzuhur sudah berlalu tiga puluh menit yang lalu, aku sampai di caffe milik tante Anita. Beliau juga sempat menelphone diriku tadi. Aku memang memilih pulang ke kosan terlebih dahulu untuk mandi dan berganti pakaian. Kan tidak lucu jika aku menemui beliau dengan muka belel cap belek dimana mana. Tapi bohong!

Aku langsung bergegas pulang ke kosan. Walaupun beberapa barang-barangku sudah aku benahi, aku masih tetap bisa menggunakan kosanku. Mengingat kunci kosan tersebut masih kupegang.

Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit kurang lebihnya. Aku tiba di caffe yang didominasi dengan masakan China tersebut. Dari luar interior caffe memang terlihat seperti caffe modern pada umumnya. Tapi saat memasuki bangunan dua lantai tersebut, bunyi lonceng dan patung kucing emas yang tanganya bergerak-gerak nampak menyambutku di meja kasir. Tempat dimana beberapa hiasan yang terbuat dari keramik juga diletakkan disana. Kultur China nampak membaur dengan segala interior di dalamnya.

Tapi perasaanku mengatakan jika ada yang aneh dengan caffe ini. Kenapa sepi sekali?

"Dengan nona Aruna?"

"Iya. Saya sendiri." Jawabku sambil tersenyum ramah kearah mbak mbak kasir yang menyapaku.

"Bu Anita sudah menunggu di atas. Nona bisa langsung naik keatas."

"Di atas?" Mbak mbak kasir itu kembali mengangguk.

Setelah itu aku bergegas menaiki anak tangga satu persatu. Mungkin ada yang memesan tempat ini secara private, pikirku. Karena di bawah tadi, tidak ada satupun pengunjung dan staf. Kecuali si mbak mbak kasir yang menyapaku tadi.

Tiba di lantai dua, ada Arez yang nampak nyengir di hadapanku. Dahiku menyerngit, kenapa dia bisa ada disini. Bukanya dia ada dirumah sakit menemani Afka?

"Silahkan masuk lady," Ujarnya sambil mempersilahkan aku agar masuk.

"Ini ada apaan sih? Kok gue ngerasa ada yang aneh ya?"

"Masuk my Lady,"

"Jelasin gak, ini ada apaan?" Desakku.

"Ish, lo jadi cewek gak bisa di lembutin ya? Ngegas aja bisanya." Ketus Arez.

"Kenapa lo yang jadi sewot? Harusnya gue yang sewot woy!" Ketusku.

"Gelud hayu!" Tantang Arez.

"Ya udah hayu, dimana?"

"Di ruang kerja mamah. Lumayan, ada sofa buat kita main kasar." Ujarnya sambil tersenyum menggoda.

"Sembarangan!" Jawabku sambil menatapnya tajam.

"Kan lo sukanya main kasar. Yaudah ayok, gue kasih service terbaik deh."

"Ish, lemès bener tuh bibir. Dasar spesies mesum kelas wahid!" Jengahku.

"Buruan jelasin, ini ada apaan?"

"Tau!" Ujar Arez sambil mengedipkan bahunya acuh.

"Ish, dasar penebar benih kampret." Kesalku sambil berlalu meninggalkan Arez.

Membawa kaki kakiku yang terbalut shoes berwarna peach senada dengan dress simple yang aku gunakan. Entah angin dari mana yang menghampiri, tiba-tiba aku merasa ingin mengenakan dress ini. Simple dan tetap anggun, bahanya juga nyaman untuk digunakan kala beraktivitas di siang hari.

"Ibu?" Panggilku saat melihat punggung wanita yang cukup familiar dimataku.

"Ayah?" Lanjutku.

"Kamu sudah datang toh, sini. Duduk dekat ibu, nduk."

Lah, kok mereka ada disini? Sejak kapan?

Kebingungan masih melanda diriku, ditambah lagi semua anggota keluargaku berada disini. Termasuk kakakku dan suami juga bayi cantiknya. Ada apa ini sebenarnya?

"Kenapa tidak duduk?"

Deg

Aku menoleh refleks, saat mendengar suara familiar itu berbicara tepat di samping telingaku.

"M--as, kamu disini?" Bingungku.

Kenapa dia ada disini, bukan dirumah sakit.

"Memangnya kenapa?"

"Kamu masih sakit. Kenapa sudah ada disini? Tangan kamu juga masih di infuse--kok udah dilepas?" Tanyaku bertubi tubi yang hanya dijawabi senyuman tipis oleh Afka.

"Saya kesini mau menuruti perintah kamu."

"Apa, kapan aku merintah sesuatu sama mas? Aku 'kan suruh mas istirahat, bukan datang kesini?" Bingungku.

Afka beralih menatapku lekat,lalu wajah tampanya bergerak mendekat kearahku. Dia mau apa coba?
Disinikah ada semua anggota keluargaku. Apa dia sudah hilang akal?

"M--as mau apa?" Tanyaku kikuk.

"Memungut restu," Jawabnya sambil tersenyum penuh arti.

"H--ah?"

"Memungut restu orang tuamu yang telah aku sia siakan."

****

TBC

Oyeee, Aruna Update lagi ya guys🖐
Gimana nih, ada yang mau komentar tidak??
MMB bentar lagi END nih
Beneran gak ada yang mau komentarr🤔🤔

Awan + Tendean juga update.
Jan lupa mampir dan tinggalkan jejaknya.
Tekan bintang⭐⭐ dipojok kiri^^

Sukabumi 16 Okt 2020
Revisi 11 Januari 2021

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 65.5K 35
OPEN PO DI MILLENIUM PUBLISHER CEK INSTAGRAMNYA YAAA Masih ada beberapa yang belum di hapus ❀️ Terima kasih β€οΈβ€οΈπŸ™ #144 dalam romance 21-11-17 #156 d...
55.9K 3.7K 58
{SELESAI} Bagi Popor bekerja pada Kevin adalah sebuah tragedi. Hidupnya yang awalnya tenang di basemen sebagai Office Girls, terpaksa harus terusik k...
17M 755K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
717K 30.2K 63
(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) [UPDATE SEMINGGU SEKALI] Cliantha Farzana menjalani kesehariannya dengan tiga permintaan dari seseorang. *** Note: AKAN DIUN...