Still Unfair

By keyralvia_

253K 23.5K 2.4K

[Part Lengkap] [demi kenyamanan di harapkan untuk Follow sebelum membaca] [Axender series] [Unfair Book II] ... More

kata sambutan
Prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35 [Menuju Ending]
36 [Ini Endingnya?]
Exrta part|My Family My Team
Ekstra Part 2| Ini Tentang Libra
jadi ini ceritanya

15

5.1K 650 51
By keyralvia_


Jadilah readers yang aktif, yang menghargai setiap karya yang ditulis oleh penulisnya.

BE SMART READERS BRO!

Happy reading.



===





"Mom, Nathan sibuk"

Pria dengan kemeja biru laut itu menyibak gorden di ruang kerjanya, membiarkan cahaya matahari siang masuk ke ruangan besarnya itu. Ia mengusap rambutnya kebelakang dengan sebelah tangannya, sedangkan tangan sebelahnya ia gunakan untuk memegang benda pipih elektronik yang sedang tersambung dengan panggilan.

Pria itu berkali-kali menghela nafasnya ketika si lawan bicara di telepon itu mengatakan perkataan yang membuat dirinya serba salah. Orang yang menjadi lawan bicaranya tak lain tak bukan adalah ibu kandung nya sendiri—Mommy nya yang meminta dirinya untuk menikah lagi. Selalu saja itu! Kenapa wanita tua itu tidak mengurus hidupnya sendiri sih? Mengapa wanita tua itu selalu menyuruhnya untuk menikah, menikah,dan menikah! Memangnya apa yang ia dapatkan dari menikah? Anak? Nathan bahkan sudah memilikinya.

"Nathan, Thalassa butuh sosok ibu di masa remaja seperti ini. Cucuku butuh seseorang yang ada dan selalu mengerti dia. Sedangkan kamu? Apa yang kamu pikirkan selain bekerja? Kamu bahkan gak bisa liat anak kamu sendiri kan?"

Nathan menjauhkan ponselnya dari telinganya, ia menatap ponsel itu nanar. Benar! Apa yang mommy nya katakan memang benar. Bahkan sampai sekarang dirinya masih tidak bisa melihat Thalassa dengan jarak dekat. Entahlah yang terlintas di pikirannya ketika melihat Thalassa adalah Kanaya dan semua dosa nya. Mata Thalassa selalu mengingatkan Nathan dengan kenangan buruknya bersama Kanaya, mata itu selalu membawa Nathan kepada kejahatan yang pernah ia lakukan terhadap Kanaya.

"Nathan, jawab Mommy!"

Nathan menghela Nafasnya lalu kembali mendekatkan ponselnya ke telinganya. "Terus Nathan harus apa?" Tanya Nathan.

"Harus apa? Hahahaha kamu bercanda? Kamu nanya ke mommy kamu harus apa? Kamu seharusnya tau apa yang kamu harus lakukan Nathan"

"Oke, Kita ketemu di restoran biasa"

"Mommy tunggu"

Tut..

Nathan memasukan ponselnya ke dalam celana nya, laku ia mengambil Jas miliknya yang terletak di kursi kerjanya. Lantas pria berkepala tiga itu berjalan meninggalkan ruangannya.

Kenapa tuhan memberikan karma seberat ini padanya? Dulu, tepatnya tujuh belas tahun yang lalu. Nathan kira berpisah dengan Kanaya adalah suatu hal yang baik. Karna Kanaya adalah beban menurutnya, dulu ia ingin sekali Kanaya lenyap dari bumi, karna ia pikir Kanaya menghancurkan hidupnya, menghancurkan segala mimpinya. Tapi ternyata salah! Justru dirinya lah yang menghancurkan hidupnya sendiri bahkan dirinya menghancurkan hidup Kanaya, membuat perempuan itu menderita dengan ikatan pernikahan. Membuat wanita itu harus terjebak dan merelakan masa mudanya hanya karna perempuan itu mengandung benih nya.

Lihat lah sekarang! Setelah tujuh belas tahun berlalu, hidupnya semakin kacau, termasuk hubungan nya dengan anaknya juga ikut kacau. Emosi pun tak terkontrol. Ia seakan kehilangan arah hidupnya, ia terjebak dalam dosa yang telah ia perbuat, ia larut dalam kesalahan. Bahkan Nathan Sampai sekarang tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Andai waktu itu ia tidak mengambil dompetnya yang terjatuh di jalan, pasti Kanaya masih ada sampai sekarang.

Brak!

Nathan terhuyung ke belakang karna dirinya tidak sengaja menabrak seseorang, ah! Nathan bodoh! Bisa-bisanya ia melamun ketika berjalan.

Nathan melihat ke depan nya, wanita yang tadi ia tabrak kini jatuh terduduk di lantai dengan berkas-berkas yang berserakan di lantai.

Nathan berjongkok berniat membantu wanita yang ia tabrak tadi.

"P-pak Nathan?"

Nathan mengangkat kepalanya menatap wanita yang memanggil namanya.

Wajah wanita itu buram di mata Nathan, tapi—

Kalung itu!

Nathan yang semula berjongkok, kini langsung berdiri dan memasang wajah angkuhnya kembali seraya membenarkan jas nya.

"Kamu itu harusnya jalan pake mata! Kamu punya mata dua! Jangan di buat pajangan, untung baju mahal saya tidak kotor karna kelakuan kamu. Bangun!" Ucap Nathan ketus.

Sedangkan wanita yang di tabrak Nathan—Kirana—memasang wajah kesalnya. Harusnya ia yang berbicara seperti itu kepada atasannya. Jelas-jelas atasan nya lah yang berjalan tidak pakai mata!

Kirana buru-buru membereskan berkas-berkasnya dan kembali berdiri.

Mata nya menatap Nathan dengan kesal, laku ia menundukkan badannya tepat di depan Nathan.

"Saya minta maaf pak" ucapnya dengan nada datar lalu kembali menegakkan badannya.

"Saya permisi" Kirana segera membalikkan badannya dan berniat meninggalkan Nathan.

"K-KIRANA!"

Kirana yang sudah lumayan jauh dari Nathan pun berhenti berjalan dan membalikkan badannya hingga mata mereka kembali bertemu.

"Hm, kenapa pak? Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Kirana.

Tiba-tiba saja Nathan bingung harus berkata apa, dirinya hanya refleks memanggil Nama Kirana. Entah mengapa itu terjadi secara spontan. Nathan menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu mengalihkan pandangannya dari Kirana. Ia gugup ketika di tatap seperti itu oleh Kirana.

"Jika tidak ada kepentingan, saya permisi. Karna pekerjaan saya masih banyak" ucap Kirana.

"Tunggu!"

Kirana mengangkat sebelah alisnya bingung, ketika Nathan tiba-tiba saja menaikan nada bicaranya.

"Maksud saya, kamu sudah makan siang?"

Kirana mengerutkan keningnya. Aneh, atasannya benar-benar aneh.

"Suda—"

"Oh belum? Kalau gitu kamu ikut saya!" Potong Nathan lalu menarik tangan Kirana.

Kirana mencoba melepaskan pergelangan tangan yang di pegang oleh Nathan ,namun nihil. Nathan lebih kuat darinya.

"Pak! Saya sudah makan!"

Nathan berhenti menarik tangan Kirana. Lalu pria itu menatap Kirana dengan tajam.

"Kalau gitu temani saya makan" ucap nya laku kembali menarik tangan Kirana.

"Aish!" Dengus Kirana.


•°•°•°•°•

"Cha, om kan udah bilang kalau kita ketemuan nya habis pulang sekolah" ucap Libra sambil melepas jasnya dan menaruhnya di kursi lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Thalassa.

Thalassa berdehem, ia juga berniat menemui om kesayangannya yang masih single itu nanti sehabis pulang sekolah. tapi karna kejadian Arkan tadi, Thalassa udah gak mood sekolah. Apa-apaan itu? Arkan anggap dia adiknya? Idih Thalassa gamau! Ogah juga punya kakak kayak Arkan, bawel, tukang atur, dan nyebelin. Tapi di satu sisi hatinya seakan tidak terima kalau Arkan menganggap nya sebagai adik. Thalassa hanya ingin Arkan menganggapnya—

"Cha, om nanya kok diem aja? Kamu oke kan?" Tanya Libra sambil mengecek suhu tubuh Thalassa.

Thalassa mengangguk.

"Jadi kamu minta om dateng ke sini buat apa? Padahal tugas om lagi banyak loh, om harus meeting sama artis korea yang mau tanda tangan kontrak sama perusahaan om, terus om juga harus ketemuan sama klien buat survei lokasi, om jug—"

"Acha tau om sibuk, tapi ini cuma sebentar kok" ucap Thalassa memotong ucapan Omnya itu.

Libra menghela nafasnya, ia berharap Thalassa tidak menanyakan macam-macam.

Libra melihat Thalassa mengambil sesuatu dari tasnya. Ia memperhatikan gerak-gerik keponakannya, Thalassa sudah tumbuh besar menjadi gadis yang cantik. Wajahnya mirip dengan Kanaya. Ah! Andai saja Nathan bisa melihat wajah cantik anaknya, pasti Nathan bahagia melihat putri satu-satunya tumbuh menjadi anak yang cantik. Tapi sayang, sikap Thalassa sangat buruk, Libra tau kok Thalassa sering melanggar peraturan sekolah, tidak mengerjakan tugas yang di berikan guru, dan bersikap semena-mena. Libra tau semuanya. Karna Libra yang selalu jadi wali untuk Thalassa ketika anak itu di panggil oleh gurunya.

Tuk..

Thalassa meletakkan buku berwarna hitam di atas meja. Lalu matanya menatap tajam Libra.

"Siapa Kanaya om?" Tanya Thalassa.

Deg!

Inilah yang sedari tadi Libra takutkan. Libra juga tau Thalassa pasti akan menanyakan hal ini kepadanya, tapi ia tidak mengira kalau anak itu akan menanyakan hal itu sekarang. Libra belum menyiapkan jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan simpel dari keponakannya itu.

Libra berusaha tersenyum, lalu ia memanggil barista cafe.

"Iya pak ada yang bisa saya bantu?" Tanya Barista laki-laki itu.

Libra tersenyum, lalu memilih menu yang tersedia. "Cha, kamu mau pesen apa?" Tanya Libra.

Thalassa semakin menatap Libra tajam, ia tau kalau Libra mengalihkan pembicaraan. "Om jawab pertanyaan Acha! Siapa Kanaya?!" Tanya Thalassa penuh penekanan.

Libra menghela nafasnya, laku ia memberikan buku menunya pada si barista sambil mengatakan sesuatu, lalu setelahnya barista itu pergi meninggalkan Libra dan Thalassa.

"Kamu kenapa nanya gitu?" Tanya Libra.

Thalassa tertawa mendengar ucapan Libra. "Kenapa? Om tanya kenapa Acha tanya ini ke om? Apa Acha gak boleh tau ibu kandung Acha sendiri?" Tanya Thalassa.

Libra menghela nafasnya, bahkan Thalassa mengucapkan itu sambil meneteskan air matanya. Demi tuhan Libra tidak tega.

"Om, Acha tuh capek om. Acha capek selalu di bilang anak haram, Acha capek hidup kayak gini, om tau? Capek om! Acha capek! Selama ini Acha selalu bertanya-tanya, 'kenapa Papa gak mau deket Acha?' 'Acha salah apa sama papa?' bahkan kalau Acha bisa milih, Acha lebih pilih gak pernah ada di dunia dari pada hidup tapi gak ada yang peduliin" lirih Thalassa sambil mengusap air matanya dengan kasar.

Libra masih bungkam membiarkan Thalassa mencurahkan isi hatinya.

"Hiks.. Acha cuma mau tau siapa mama Acha, siapa perempuan yang udah lahirin Acha? Dan di mana dia sekarang?"

Thalassa memegang dadanya yang tiba-tiba saja sesak. Pandangan nya pun kian memburam bahkan semuanya seakan berputar di kepalanya.

Bruk!

"Thalassa bangun Thalassa!"

"Thalassa!"

"Pak pak bantu saya bawa ini pak!"

Thalassa pingsan setelah berhasil mencurahkan isi hati nya.



Tbc.




A.n

Jangan lupa vote, dan komen ya sayang sayang ku, tau gak rasanya book banyak yang baca tapi vote nya dikit.... Rasanya... Aaaaaaann—Becanda:)

Gabung grup WA yuk! Linknya ada di Bio key. Kalian bisa punya temen dari berbagai daerah di indo! Key harap kalian gabung biar kita bisa ketemu!

Continue Reading

You'll Also Like

52K 4.2K 56
Series # 7 Abila Nafisa Putri *** Setelah kembali dari Belanda, Abila memulai hidup barunya dengan melanjutkan sekolahnya di SMA Merpati. Di nyataka...
590K 27.9K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
640K 25K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
306K 11.4K 59
"Gua itu bongkahan es, kalo nggak kuat?minggir." -Arion destama. "Tapi dia pangeran yang gagal dingin kalau lagi sama pacarnya." -Aleta aelius.