About Naura

Door Plutozhcy

17.8K 2.2K 479

Ini tentang Naura, si gadis bulan yang hidupnya dipenuhi oleh sayat dan goresan. Tentang gadis yang menelusur... Meer

Prolog
01• Dear Ayah ☪︎
02• Bulan ☪︎
03• Hati Yang Memilih ☪︎
04• Jadian!? ☪︎
CAST
06• Hukuman ☪︎
07• Marah ☪︎
08• Kecewa ☪︎
09• Iya Gak Papa ☪︎
10• Tak Dianggap ☪︎
11• Telah Hancur ☪︎
12• Percekcokan ☪︎
13• Makam Bunda ☪︎
14• Senja Dan Harapan ☪︎
15• Detak Jantung ☪︎
16• Pemandangan Menyakitkan ☪︎
17• Hanya Mimpi ☪︎
18• LO!? ☪︎
19• Masa Lalu ☪︎
20• Gausah Alay! ☪︎
21• Kembali ☪︎
22• Ibarat Kaca ☪︎
23• Dua Hati ☪︎
24• Sesak ☪︎
25• Di dekatmu ☪︎

05• Im (not) Fine ☪︎

596 87 30
Door Plutozhcy

❝Dia berkata tanpa memperdulikan hatiku yang hancur. Dia menamparku tanpa memperdulikan tubuhku yang lemah. Dan dia mencaci maki ku tanpa memperdulikan apakah aku butuh kasih sayang orang tua atau tidak ❞

➵ | moon girl ૢ་༘࿐
☪︎⋆
˚         ⊹      ☪︎⋆    ·  *    ✧    ⋆    · * . · .     · ·       ..   . .       · +       ·  * ✫    * ⊹ * ˚      . .   ☪︎⋆
☪︎⋆

Lutfi berdiri menatap nyalang gadis bulan yang menatap nya tak percaya. "Hm, bagus ya malem malem keluyuran. Kemana aja malam malam begini ha!? Mau jadi jalang!?" Bentak Lutfi di depan wajah Naura.

Seketika jantung Naura seakan berhenti berdetak, jarum jam seakan berhenti berputar, rintik hujan mulai turun diiringi air mata Naura yang tak terasa menetes.

Ucapan yang Lutfi lontarkan seakan tidak berfikir dua kali, mengucapkan dengan seenak jidat tanpa memikirkan hati Naura yang telah remuk. Jadi begini rasanya sakit tapi tak berdarah?.

Gadis bulan itu menggelengkan kepalanya seakan tak percaya. Ah, ia ingin segera bangun dari mimpi buruk ini.

Plak

Satu tamparan berhasil mendarat mulus di pipi kanan Naura, membuat gadis itu menolehkan kepalanya karena tamparannya yang cukup kuat.

Tidak tidak! Ini nyata! Ini bukan mimpi! Ini nyata, ternyata benar, takdir hidupnya tak ada garis kata Bahagia. Gadis bulan itu harus menerima tamparan, caci maki, tendangan di badannya.

Naura menggelengkan kepalanya kuat seakan tidak percaya apa yang laki laki yang berumur 37 tahun ini lakukan.

Mata Lutfi tak sengaja melihat buku diary Naura yang tergeletak tak berdaya di lantai. Dengan gembok kunci yang bertuliskan "Naura"

Laki laki paruh baya itu berjongkok mengambil diary yang banyak rahasia rahasia yang Naura pendam. Mulai dari ia sangat kehilangan seorang bunda, hingga curahan hati tentang ayah nya.

"J-jangan yah" Naura memohon kepada ayahnya. Tangan gadis itu bahkan mencoba meraih buku diary nya yang diangkat tinggi oleh ayahnya.

"Saya ingin tahu, apa saja yang anda tulis" ucap Lutfi santai. Tangannya mencoba membuka gembok yang Naura kunci.

"Jangan yah, please"

Lutfi tetap kekeuh untuk membuka buku berwarna hijau itu.

Cklik

Gembok berhasil Lutfi buka. Naura semakin kalut, takut jika dirinya akan dihukum berat oleh laki laki yang akan membuka buku itu.

Bom!

Buku tersebut terbuka menampilkan tulisan tulisan aksara yang rapi nan indah.

Mata Lutfi bergerak kekanan dan kiri membaca satu demi satu curahan hati Naura yang ia tuangkan dalam aksara.

Laki laki itu berdecih pelan lalu terkekeh sinis.

Brak!

"Murahan!" Ucap Lutfi setelah membanting buku tersebut ke lantai.

Laki laki itu meninggalkan kost kostan Naura diiringi perempuan yang sedari tadi seperti menatap jijik Naura.

Sedetik kemudian, tubuh Naura langsung merosot ke lantai. Keadaanya kini kacau. Kehangatan keluarga kini berubah dingin. Keharmonisan keluarga kini bertambah retak. Tak ada lagi kata Bahagia dalam hidup Naura.

Dirinya tak lagi ada yang perduli. Satu satu orang yang bisa membuatnya bangkit adalah, sahabat dan Gibran.

Bagi Naura, takdir tidak adil. Mengapa semua orang bisa bahagia lepas bersama kedua orang tuanya sembari bercerita tentang sekolahnya. Namun mengapa Naura tidak bisa? Naura tidak bisa bahagia. Dirinya bahagia namun selalu ada kata "Fake"

Gadis bulan itu beranjak dari tempat nya. Ia sedikit merapikan rambutnya yang menutupi wajahnya.

Gadis itu pergi menuju ke teras. Terlihat bulan purnama yang sedikit tertutup oleh hitamnya awan dan kelam nya kehidupan.

Malam rembulan yang tertutup awan
Lagi lagi pipi ku merasakan tamparan
Tubuhku menikmati tendangan
Dan hati yang kembali berantakan

Setelah ku merasakan bahagia
Namun kembali runtuh seketika
Saat mendengar ucapan pria paruh baya
Mungkin garis takdir tak menemukan kata bahagia

Pelukan hangat itu perlahan melebur
Keharmonisan keluarga tak lagi akur
Rasa sakit yang menjalar harus ku kubur
Semua tandas layaknya daun di musim gugur

Bak ditampar oleh tsunami
Rintik rintik air hujan mulai membasahi bumi
Aku berlari menerobos air hujan tanpa alas kaki
Ketika mendengar suara langkah kaki yang perlahan mendekati

Ayah...
Bisa kau hentikan dan mengontrol amarah?
Hati ini seakan terbelah
Berkali kali merasakan tahapan anak panah

Bisa ku bahagia walau hanya sedetik?
Namun kenapa setiap hari rasa ini seperti tercabik?
Tenggorokan serasa tercekik
Dan merasakan sakit hati dan fisik

ーgadis bulan

Perempuan itu menghela nafas. Tak terasa air matanya turun ketika bulan tak lagi terlihat. Hujan semakin deras mengguyur ibu kota.

Segera Naura berlari ke dalam kost kostan nya dan membersihkan diri.

───── ◦'𖥸'◦ ─────

Yang tadinya kelam menjadi terang, sebelumnya bulan yang menjaga kini giliran matahari yang bertugas.

Pagi ini Naura berangkat sekolah dengan keadaan kurang meyakinkan.

Berjalan sempoyongan bak orang yang kabur dari rumah sakit, rambut uang sedikit acak, bibir yang putih pucat menambah kesan tidak baik baik saja.

Perkataan ayah nya masih terngiang di otak nya. Jika ia dapat memilih, ia memilih untuk tidak lahir di dunia kejam ini. Daripada hidup tanpa kata Bahagia.

Tin tin

Naura menoleh ke belakang ketika ada klakson mobil yang berbunyi.

Dilihatnya, kedua sahabatnya yang membuka jendela mobil menyapa nya hangat. Sehangat mentari pagi.

"Heh Na? Ngapain lo jalan sempoyongan kayak mumi? Etdah lebih tepatnya kek orang kabur dari rumah sakit" celetuk Luna.

Naura menoleh ke kanan dan kiri lalu menunjuk dirinya sendiri. "Gue?"

"Iya lu kunyuuk. Masuk ke mobil gue cepet. Mumpung baik" ucap Dea. Padahal dirinya tahu bahwa itu adalah mobil Luna.

Plak

"Ini mobil gue njir. Cepetan masuk, ntar telat lagi"

Naura menatap sahabatnya ragu. "Beneran?"

Luna dan Dea saling pandang lalu menghela nafas panjang. "Masuk atau gue cium!" Ancam Luna menirukan kisah kisah romance di Wattpad.

"Gila! Udah gak normal nih anak"

"Astaga Naura. Cepetan masuk, gue buang lo ke amazon baru tau rasa"

Naura hanya membalas dengan cengiran lau masuk ke dalam mobil Luna dan duduk di kursi belakang.

"Eh eh mau kemana lo?!" Tanya Luna sambil mencegah Dea yang hendak keluar dari mobil nya.

"Ke belakang nemenin Naura" balas Dea santai.

"Kampret! Berasa jadi supir. Yaudah sono"

"Nah sip, bawa ke sekolah ya bu" balas Dea sambil menepuk kepala Luna pelan.

"Bangkek!"

Akhirnya mereka berangkat ditemani alunan musik Stay With YouーCheat Codes

"Eh Na, gimana? Kemarin Kak Gibran nge chat lu gak?" Tanya Dea sembari menikmati alunan musik.

Seketika senyum Naura memudar digantikan oleh raut wajah tak terbaca.

"Kenapa Na? Ayah lo?" Tanya Luna sembari melirik sahabatnya lewat kaca spion.

Seketika sadar akan lamunan nya. Naura mengembangkan pipinya sehingga matanya menyipit.

"Ah, nggak kok. Baik baik aja, mungkin kak Gibran sibuk kali ya?" Jawab Naura berusaha positif thinking.

"Eh bentar. Pipi Naura kok merah?" Tanya Luna panik ketika melihat seperti bekas tamparan.

Dea yang sedari tadi mengangguk anggukan kepala nya menikmati musik kini beralih menatap pipi Naura.

Dan benar nyatanya. Pipi kanan Naura memerah dan terdapat cap tangan orang dewasa.

"Eh kok merah? Bentar bentar gue ambilkan salep"

Dea merogoh dan mengobrak abrik tas miliknya tergesa gesa hingga barang barang berharga termasuk ponselnya terjatuh. Namun ia hiraukan, yang terpenting ia mendapat kan salep untuk mengobati pipi Naura.

"Dea! Ada Nggak!? Jangan bikin gue panik" Luna mulai linglung. Berkali kali dirinya fokus melirik belakang melihat sahabatnya yang sibuk mengacak acak tas nya.

"Eh? Ya ampun cuman luka kecil doang elah" jawab Naura santai. Seakan tidak terjadi apa apa pada dirinya.

"Luka kecil palakau. Itu sampe merah anjir, Woe Dea ketemu gak!?" Tanya Luna nge gas. Mobil yang ia kendarai menuju ke sekolah perlahan mulai oleng karena Luna yang terus melirik ke belakang.

"Cuma luka kecil Dea. Nanti juga sembuh"

"Gak! Pokoknya-- LUNA AWAS ADA KUCING!!"

Seketika Luna menghadap kedepan melihat kejalanan.

Ciitt

Ban mobil dan aspal jalanan saling bergesekan menimbulkan bunyi decitan yang memekik telinga.

Dan bersamaan Itu, make up, handphone, buku buku milik Dea terjatuh di bawah kursi tempat duduk.

"Goblok! Kalo nyetir yang bener dong" maki Dea kepada Luna yang memegangi dada kirinya.

"Ya gue kan gatau kalo ada kucing" balas Luna tak terima.

"Seharusnya lo tuh fokus ke jalan, nyetir tuh liat depan bukan ngelirik ke belakang. Urusan Naura biar gue aja yang ngurus. Untung tadi gak ketabrak" cerocos Dea.

"Yaudah sih ga usah nge gas gitu"

"Yee siapa juga yang nge gas. Orang ngomong nya biasa aja. Lo aja yang baperan"

"Dih--"

"Buset dah. Diem elah, panas nih kuping gue. Cepetan jalan, nanti kita telat" ucap Naura melerai mereka berdua.

"Udah terlambat 10 menit elah" jawab Luna sembari merotasi bola matanya.

"WHAT!!?" Pekik Naura lalu mengambil tangan kiri Dea untuk melihat jam yang bertengger di pergelangan tangan Dea.

"Aarrghhh. Gimana nih kita telat" tanya Naura yang terlihat frustasi.

"Bolos kuy" sahut Dea terlihat antusias.

"Ku--"

"GAK!" sahut Naura cepat. Huh, kenapa kedua gadis yang menjelma menjadi sahabatnya sungguh tidak cocok menjadi panutan?!.

"Lo berdua harus sekolah! Orang tua kalian itu susah payah kerja, pulang larut malam demi sesuap nasi. Tapi kalian? Malah menghambur hamburkan uang nya, bolos sekolah dan lain lain"

"Nyari duit tuh Gak segampang nginjek semut"

Buset kenapa harus didefinisikan sama nginjek semut?

"Nyari duit tuh susah. Kalian enak punya keluarga lengkap, punya abang yang bisa jaga kalian. Punya segalanya punya kebahagiaan. Mikir, di bawah kalian ada anak sekolahan yang gak sekolah karena gak punya uang"

"Sekarang kita ke sekolah oke" ucap Naura panjang lebar. Memang, dirinya bukan anak konglomerat, dirinya bukan anak yang seenak jidat meminta uang kepada orang tuanya.

Dirinya hanya anak yang tidak mendapat kasih sayang dalam hidupnya.

Ucapan Naura yang berhasil lolos dari mulutnya itu membuat mata kedua sahabatnya berkaca kaca. Mereka tak membayangkan jika mereka berada di posisi dimana mereka membutuhkan kasih sayang orang tua.

"O-oke kita ke sekolah. Tapi percuma dong nanti kita dihukum"

"Halah gak papa"

"Yaudah. Lets go!"

"Lets go!"

───── ◦'𖥸'◦ ─────

"Lha? Ditutup, mantap sudahh" ujar Naura lesu.

Luna dan Dea hanya mendengus kesal. Lalu Luna membuka kaca jendela mobil lalu mengeluarkan kepalanya.

"WOE PAK! BUKAIN DONG! GAK BAIK NGEHALANGIN ORANG NYARI ILMU!!" Teriak Luna.

Pletak

"Ngomong yang sopan!" Ketus Naura.

Luna mengusap kepalanya yang digetok. Sakit coy.

"Astaga Naura. Sick banget tauu" gerutu Luna. Sedangkan Dea sudah tertawa terbahak bahak.

"Udah dobrak aja gerbangnya ah kelamaan anjir"

"Gak boleh gitu" nasihat Naura sembari menggeleng geleng kan kepalanya.

"Iya iy--"

"LUNA!! KELUAR CEPET!" Teriak Bu Risma sembari membawa penggaris kayu berukuran 1 meter itu.

"YA BUKA DULU DONG PAGER NYA!" Kini giliran Dea yang berteriak dalam mobil.

"DEA! KAMU JUGA TELAT!?"

"YA IYA LAH BUU!" Teriak Dea dan Luna yang hanya memunculkan kepalanya dari jendela mobil yang terbuka.

Wanita paruh baya itu hanya bisa menghela nafas lalu menyuruh satpam yang baru saja keluar dari toilet itu membuka gerbang.

"CEPET KELUAR!" Etdah buset, sans te.

"Santai napa" gerutu Luna lalu keluar dari mobilnya setelah memasuki pekarangan sekolahnya.

"Naura!? Kamu juga telat!?" Guru Fisika tersebut dibuat kaget karena Naura, Gadis yang biasa ceria, rajin dan disiplin itu terlambat.

Gadis bulan itu menunduk takut. Jemari lentiknya asik memilin baju nya berusaha melampiaskan rasa gugupnya.

"I-iya bu. Ma-maaf"

"Cepat! Kalian bertiga lari 5 kali! Lalu berdiri hormat ke bendera!" Titah bu Risma sembari menunjuk ketiga perempuan itu dengan penggarisnya.

Ketiga gadis itu langsung menatap bu Risma tak percaya. Tidak Tidak! Bukan karena hukumannya. Tapi karena Naura yang mempunyai penyakit asma yang bisa datang kapan saja.

"Ta-tapi bu"

"MAU DITAMBAH HUKUMANNYA!?"

"selow napa" gumam Dea.

"APA!?"

Seketika gadis yang sedikit tomboy itu terlonjak kaget. 'Buset! Galak amat nih guru. Telinganya ada berapa sih' batin Dea.

"CEPAT LARI!!"

I hate you!



•••
Mau kenalan sama author? Langsung cek bio oke😉

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

250K 23.8K 30
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
GEOGRA Door Ice

Tienerfictie

2.4M 100K 57
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
567K 22.1K 35
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
2.7M 272K 63
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?