Juliet's House

By Andelweis__

118K 19.6K 2.7K

Cita-cita seorang Roseanne Belle dari kecil hanyalah tinggal di kota cantik dan romantis dengan kisah cinta k... More

Prologue
01. It All Started
02. Man with Pink Gelato
03. Ravioli Of Happiness
05. Roseanne Belle
06. Learn Italian with Jeffrey
07. Lei è La Mia Vidanzata
08. An Advice From Lisa
09. Rose At The Party
10. Food Street and Music
11. From Sunset with Love
12. Letter to Juliet
13. Roseanne Still Baby
14. A Comforting Hug
15. Mr. Soft drink & Bayi Marshmallow
16. Tequila or Whisky
17. Jealous? Again
18. Today with Maxi
19. Laser Gaze
20. Confession
21. Broke My Heart
22. In My Dream
23. The Game Begins
24. Symphony of Love
25. Gege Lost in Love
26. Trattenevi Di Nuovo
27. More Than Broken Heart
28. Cherish, Cherry, Cheap, and Chilly
29. Coming Home
30. Little First Love Story
31. Last Christmas
32. Meet Him
33. This Night
34. Baby, I Want You
35. Ti Amo
36. New Life
37. About You and Me
38. The End
Epilogue

04. An Agreement

2.9K 609 79
By Andelweis__

QUATTRO

"ARGHHHHHHHHH!"

jeffrey bangun dari tidurnya dengan tergesa akibat suara teriakan nyaring dari dalam kamarnya. Dengan cepat ia berlari ke arah kamar dan kemudian membuka pintu kamarnya dengan kencang.

"Kenapa?" tanya Jeffrey panik.

Rose menatap Jeffrey dengan pandangan menghakimi. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Seraya menangis tersedu.

Jeffrey menghampiri Rose, ia duduk di samping gadis itu dan menatap Rose lembut.

"Hei, kenapa?" tanya Jeffrey lembut. Namun saat itu tangisan Rose makin kencang dan gadis itu menggeser tubuhnya menjauhi Jeffrey.

"Kamu apain aku semalam?" tanya Rose dengan air mata beruraian di kedua pipinya.

Jeffrey tak mengerti, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Menatap Rose dengan pandangan bingung, nyawanya belum benar-benar terkumpul setelah bangun tidur tadi. Ia masih tak bisa mencerna keadaan apa yang sedang terjadi sekarang.

"Ha?"

Rose mendelik, ia menghapus air matanya kasar lalu dengan brutalnya menjambak rambut Jeffrey tanpa perasaan.

"ARGHH, ROSEANNE! STOP!" teriak Jeffrey yang berusaha menghentikan aksi Rose.

"Gak mau! Ini balasannya karena udah nodain kesucian aku!" balas Rose yang masih menjambak rambut Jeffrey tanpa rasa bersalah.

Jeffrey mengumpat dalam hati, ia baru menangkap kemana arah pembicaraan Rose. Gadis itu telah salah paham, dan dengan sekuat tenaga Jeffrey menyingkirkan tangan Rose dari rambutnya sambil mendorong gadis itu hingga jatuh ke ranjang. Jeffrey mendengus, ia mengukung tubuh Rose di antara kedua tangannya dengan dirinya yang ada di atas tubuh Rose.

Jeffrey menatap Rose dalam, ingin memberi gadis itu pelajaran. Ia menatap kedua tangan Rose, ada rambutnya di sana yang rontok akibat jambakan Rose. Oh astaga, rambut indah dan halus terawatnya!

Bug!

Wajah Jeffrey mendongak secara paksa karena pukulan Rose pada bagian dagunya, sakitnya bukan main.

"ROSE!"

Rose kembali merapatkan kedua tangannya pada bagian dadanya.

"Pervert."

"What? You call me pervert."

"Yes, you are!"

Jeffrey sadar bahwa kini posisinya dan Rose masih ambigu. Ia tak ingin Rose kembali berpikiran bahwa ia adalah pria mesum. Karena itu ia bangun dari atas tubuh Rose, membenarkan sedikit bajunya.

"Lo salah paham, Roseanne."

"Salah paham apa? Jelas-jelas aku bangun di tempat asing dan udah dengan baju yang berbeda sama yang kemarin. Ngaku kamu udah apain aku?"

Jeffrey memutar bola matanya. "Gak usah geer lo, gue cuma kasihan kemarin lo mabuk dan gak punya tempat tinggal. Akhirnya gue sama Vernon bawa lo ke flat gue."

"Kenapa gak dibawa ke hotel atau cariin flat baru?" tanya Rose.

"Lo gak punya uang, cuma ada dua euro di dalam dompet lo. Sedangkan kartu kredit lo gak bisa digunain. Terus gue harus apa? Tinggalin lo di restoran sampe akhirnya lo diangkut sugar daddy?"

"Aku suka sugar daddy." jawab Rose enteng.

Jeffrey hanya menghela nafas, ucapan Rose tak perlu ia tanggapi kan?

"Dan soal baju, iya gue yang ngegantiin baju lo--"

"TUH KAN!" teriak Rose, matanya hampir saja keluar dari tempatnya.

"Dengerin dulu jangan main potong aja, astaga!" kata Jeffrey frustasi.

"Terus apa? Jelas-jelas tadi kamu ngakuin? Kamu udah grepe-grepe aku kayak di film Fifty Shades Of Grey?" tanya Rose beruntun.

Jeffrey dibuat makin kesal. Akhirnya ia membungkan mulut Rose dengan telapak tangannya agar gadis itu diam sejenak.

"Gue emang gantiin baju lo, tapi gue berani sumpah gak ngapa-ngapain elo. Lagian gue gak doyan cewek tepos." kata Jeffrey yang kemudian melepas bungkaman tangannya pada mulut Rose.

Rose mengambil nafas banyak-banyak. Ia menatap Jeffrey kesal. "Gini kamu bilang tepos, awas kalau nafsu ya!"

"Dih, males banget! Udah sanah mandi, lo bau iler." kata Jeffrey lalu pergi dari kamarnya.

Ia terduduk di sofa, pipinya panas dan kupingnya memerah. Kalau diingat, kejadian tadi malam itu selalu berhasil membuatnya malu. Dan tadi ia bilang apa? "Gak doyan cewek tepos" bullshit! Tubuh Rose yang hanya terbalut pakaian dalam saja membuat angan-angannya melayang, hingga ia berakhir dengan berendam air dingin tengah malam.

♥♥♥

Dengan canggung Rose melangkahkan kakinya keluar dari kamar yang langsung terhubung pada ruang utama.

Rose berdehem saat melihat Jeffrey sedang berkutat dengan laptopnya. "Ehem."

Jeffrey menoleh pada Rose. Ia menutup laptop miliknya, memutar kursi menghadap pada Rose.

"Gimana? Udah siap angkat kaki dari flat gue?"

Rose menggeleng. Tadi Nenek menghubunginya, dan bertanya tentang keadaannya. Sebenarnya tadi Rose ingin bilang bahwa kartu kreditnya tidak bisa dipakai, dan limit atmnya juga seadanya. Namun ia mengurungkan hal tersebut, bisa-bisa setelah ia bilang. Neneknya akan langsung mentransfer uang dengan nominal selangit. Untuk kali ini ia tak ingin melibatkan keluarganya dalam misi kemandirian, ia ingin berjuang sendiri.

"Well, gimana jadinya? Lo mau ngegembel di Verona?" tanya Jeffrey.

Rose menggeleng lagi.

"So?"

Rose menangkupkan kedua telapak tangannya sambil bersimpuh di hadapan Jeffrey. Tidak lupa ia memperlihatkan puppy eyes miliknya sambil beraegyo--yang sering ia lihat di drama Korea.

Jeffrey menaikan satu alisnya. "What are you doing?" tanya Jeffrey bingung.

"Jeffrey yang terhormat, tolong biarin aku tinggal disini untuk sementara. Sampai aku dapat pekerjaan di Verona."

"Ha? Enggak mau, lo kira flat gue tempat penampungan gembel?" tanya Jeffrey dengan pedasnya.

Rose mencibir pelan, tentu kesal akibat perkataan tanpa perasaan Jeffrey.

"Please, Jeff. Aku gak tahu mau kemana dengan uang pas-pasan. Aku bakalan ikut bayar sewa flat kamu kok, tapi jangan mahal-mahal ya, soalnya aku belum dapet pekerjaan."

"No way!"

Rose merunduk sedih, ia tak tahu harus kemana dengan uang yang ia miliki? Kepergiannya ke Verona benar-benar tanpa persiapan yang matang.

Jeffrey menghembuskan nafasnya pelan saat memperhatikan Rose yang tampak sedih. Hatinya mudah terenyuh oleh gadis cantik. "Oke, lo boleh tinggal di flat gue. Tapi cuma sampe lo dapet pekerjaan disini, setelah itu lo harus minggat dari sini." kata Jeffrey kemudian.

Mata Rose berbinar bahagia, ia bangun dari posisinya lalu menerjang tubuh Jeffrey untuk dipeluknya erat-erat. "Thanks Jeffrey, you are a good person."

Jeffrey hanya dapat mengangguk, telinganya panas, sepertinya akan merah kembali.

Rose melepaskan pelukannya. "Jeffrey, tapi bantuin aku cari lowongan kerja dong."

Haduh Roseanne, sudah dikasih hati minta empedu.

Dengan malas Jeffrey mengangguk. "Pekerjaan lo sebelumnya apa?" tanya Jeffrey.

"HRD."

"Hebat juga HRD semuda lo, pasti karena ada orang dalam ya?" canda Jeffrey.

Rose merengut sedih, ya semua orang tidak pernah benar-benar menganggapnya bisa. Karena nyatanya, Rose memang mendapatkan posisi itu karena perusahaan tersebut milik Om nya.

"Iya." jawab Rose datar.

Sepertinya candaan Jeffrey tidak lucu. Ia berdehem canggung. "Bisa bahasa Italia?" tanya Jeffrey.

Rose menggeleng. "Makanya ajarin."

"Dih, siapa lo minta gue ajarin?"

"Ish, kalau biaya les disini pasti mahal. Selama ada kamu yang fasih bahasa Italia, buat apa cari yang lain."

"Terus gue dapet apa?" tanya Jeffrey.

Rose nampak berfikir, seperkian detik kemudian ia menjentikan jarinya seakan baru saja mendapatkan ide. "Gratis sarapan, makan siang, dan makan malam. Aku pintar masak loh, dijamin kamu gak akan kecewa sama makanan yang aku buat."

Jeffrey mengangguk setuju, lumayan juga. Daripada ia membeli makanan setiap hari yang harga perporsi selalu lebih dari seratus ribu jika dirupiahkan.

"Bahannya, lo yang nyiapin?"

Rose mengangguk. "Tapi belinya pake uang kamu ya, kan aku belum ada penghasilan."

"Hah, sama aja bohong!"

"Gratis beres-beres rumah juga deh ya ya ya."

"Itu emang udah kewajiban lo sebagai orang yang numpang."

Rose memanyunkan bibirnya. Lantas apa lagi?

"Yaudah lah itu aja udah cukup." kata Jeffrey kemudian.

Rose tersenyum sumringah, dengan girang ia mengulurkan tangan kananya di depan Jeffrey.

"Deal ya?" tanya Rose.

Jeffrey mengulurkan tangannya, menyalami Rose.

"Deal."

Dengan ini kesepakatan di antara mereka berdua resmi terjalin.

♥♥♥

Visualisasi flat Jeffrey

(Sumber pict: pinterest)

Vomment juseyo, see yaa in next chapter :)

Continue Reading

You'll Also Like

45.8K 8.1K 44
❝Kok bisa-bisanya gue dapet genre hidup kaya gini sih, ya Tuhan ....❞ Was : #1 on Hallo Author #1 on Dowoon #1 on Lino #1 on Lee Know #1 on Orific #...
379K 55.7K 36
Ini kisahku dan Johnny, yang dicap sebagai pacar terbaik. Ini kisahku, dengan tingkah Johnny dan segala hal yang membuatnya menjadi orang terbaik. T...
513 136 26
"Love is a drug, and you ... are the dealer." -Rai Misaki- --- Setelah di-drop out dari kampusnya akibat aktivisme feminis yang ia lakukan, Rai Misak...
307K 41.6K 61
Hanya kisah sederhana tentang Yuta dan Marsha (Matcha). Dengan keluarga kecilnya yang...... Aneh! Start: 29 Agustus 2019 End: 24 Mei 2020 Repost: Sta...