Juliet's House

By Andelweis__

118K 19.6K 2.7K

Cita-cita seorang Roseanne Belle dari kecil hanyalah tinggal di kota cantik dan romantis dengan kisah cinta k... More

Prologue
02. Man with Pink Gelato
03. Ravioli Of Happiness
04. An Agreement
05. Roseanne Belle
06. Learn Italian with Jeffrey
07. Lei è La Mia Vidanzata
08. An Advice From Lisa
09. Rose At The Party
10. Food Street and Music
11. From Sunset with Love
12. Letter to Juliet
13. Roseanne Still Baby
14. A Comforting Hug
15. Mr. Soft drink & Bayi Marshmallow
16. Tequila or Whisky
17. Jealous? Again
18. Today with Maxi
19. Laser Gaze
20. Confession
21. Broke My Heart
22. In My Dream
23. The Game Begins
24. Symphony of Love
25. Gege Lost in Love
26. Trattenevi Di Nuovo
27. More Than Broken Heart
28. Cherish, Cherry, Cheap, and Chilly
29. Coming Home
30. Little First Love Story
31. Last Christmas
32. Meet Him
33. This Night
34. Baby, I Want You
35. Ti Amo
36. New Life
37. About You and Me
38. The End
Epilogue

01. It All Started

4.9K 725 68
By Andelweis__

UNO

Sebuah rangkaian balon berbentuk tulisan WELCOME HOME sudah terpasang di dinding rumah sederhana ini. Roseanne Belle dan beberapa sepupu serta sang Nenek telah menyiapkan kejutan meriah, untuk menyambut kepulangan kedua orang tuanya dari Paris.

Rose meniup beberapa balon kemudian merangkainya menjadi satu.

"Udah selesai belum balon-balonnya?" tanya Nenek seraya mendudukan bokongnya pada sofa di depan Rose.

Keenan--sepupu Rose mendelik. "Bantuin dong Nek, Rose beli balonnya kebanyakan nih. Keenan niupnya cuma dibantuin Jeno sama Ryu."

"Heh, aku kan bantuin juga kak Keenan!" protes Rose tak terima. Ia merebut beberapa balon yang belum ditiup dari tangan pria jangkung tersebut.

"Udah, biar aku aja yang niup sendiri kalau kakak gak ihklas."

Keenan tertawa kecil, ia mengelus rambut Rose pelan. "Nek liat nih cucu kesayangan nenek, baperan banget." ledek Keenan.

"Haduh beginilah kalau jadi anak tunggal." tawa Nenek.

"Yaudah kak Rose duduk manis aja, biar kita aja yang siapin semua." kata Jeno yang diangguki oleh Ryu.

"Gak mau, ini kan ideku, Jeno. Lagipula ini kejutan buat Papa dan Mama tercinta." kata Rose.

"Duh, anak kecil ini."

Rose memajukan bibirnya. Beginilah kalau menjadi anak tunggal dan sering dianggap sebagai anak kecil. Bahkan Jeno dan Ryu saja yang lebih muda dari Rose suka memperlakukan Rose layaknya anak kecil. Rose benar-benar anak yang paling manja di antara sepupu-sepupunya.

"Tadi Mama kamu bilang sampai bandara kira-kira jam berapa?" tanya Nenek lagi.

"Sore Nek, sekitar jam 4." jawab Rose.

Nenek mengangguk, ini baru pukul 2 siang. Masih ada waktu sekitar dua jam lagi untuk menyiapkan semuanya. Nenek beranjak bangun untuk menelepon anak-anaknya yang lain. Mereka juga ingin datang untuk menyambut kedatangan orang tua Rose yang sudah dua tahun tak pulang karena mengurus bisnis di Paris.

Sedangkan Rose, Keenan serta si kakak beradik berbeda kelamin, Jeno dan Ryu masih menyiapkan dekorasi.

Tak terasa sudah pukul 16:30, tinggal tersisa tiga puluh menit lagi. Rose menunggu dengan harap-harap cemas, rasanya sudah rindu sekali dengan Papa dan Mama. Dua tahun ini ia hanya bisa berbicara lewat telepon dan video call. Rose meremas tangannya sendiri, gugup bercampur bahagia menghinggapi dirinya.

Telepon rumah berdering, dengan sigap tante Devika mengangkat telepon. Rose hanya bisa memperhatikan dengan dahi mengernyit. Ada yang aneh dengan reaksi tantenya. Bisa ia lihat Tante Devika menutup mulut, matanya membulat namun berkaca-kaca. Setelah Tante Devika menutup telepon. Tante langsung saja berjalan ke depan televisi, menyalakan televisi dan mencari acara berita harian.

"Pesawat Tiger Air tipe Boeing 2211, yang terbang dari Paris ke Jakarta mengalami kecelakaan. Pesawat yang mengangkut 210 orang beserta awak tersebut jatuh di daratan Iran setelah sebelumnya sempat meledak di udara. Diperkirakan bahwa tidak ada orang yang selamat dari musibah tersebut."

Rose menggelengkan kepalanya. Mama bilang ditelepon tadi, tipe pesawatnya adalah yang seperti ada di berita tersebut. Namun apakah benar? Tidak mungkin! Rose berusaha untuk tidak mempercayainya. Namun saat melihat sang Nenek serta Tante dan Omnya, lalu para sepupu menangis ngilu. Ia tak bisa lagi memungkirinya, ini nyata. Papa dan Mama nya sudah tiada?

"Gak mungkin, gak mungkin... Nenek ini gak benar kan?" tanya Rose dengan air mata yang sudah mengalir deras.

"Papa dan Mama mu sudah tiada, Rose."

Dan saat itu, dunia seorang Roseanne seakan runtuh. Ia terjatuh ke lantai, menangis sejadi-jadinya. Nenek membawa Rose ke dalam dekapannya.

♥♥♥

Rose membawa figura dengan foto dirinya dan kedua orang tuanya tiga tahun lalu, saat dirinya diwisuda. Rasanya masih ada rasa tak percaya jika kedua orang tuanya telah tiada.

Kemarin jenazah kedua orang tuanya ditemukan setelah empat hari pencarian, dan kemudian baru dikuburkan hari ini.

Rose masih dengan pakaian serba hitamnya. Ia mengelus figura tersebut, Papa dan Mamanya tersenyum bangga disitu. Sekarang, apakah ia masih bisa melihat senyuman itu lagi meskipun hanya di dalam mimpi?

Mata Rose menelisik ke rak buku di dalam kamarnya. Buku dengan judul Romeo dan Juliet karya William Shakespeare adalah hal yang paling menarik dipenglihatannya.

"Pa, Ma... Apa sekarang waktunya buat aku kejar mimpiku?" tanya Rose.

Tentu figura itu tak akan menjawab pertanyaan Rose. Rose merebahkan dirinya di ranjang. Semalaman dirinya memikirkan tentang keputusan yang telah ia ambil. Apakah ia harus melakukannya atau tidak?

Dan saat pagi menjelang, di hadapan Nenek dan para Tante serta Om. Ia mengatakan keinginannya.

"Aku mau ke Italia."

Nenek membulatkan matanya seraya menggeleng, tak setuju dengan keputusan Rose.

"Untuk menetap," lanjut Rose yang membuat seluruh keluarganya kompak tak setuju.

"Nenek gak setuju, kamu masih kecil." kata Nenek.

"Rose, Italia itu gak sama dengan Indonesia. Pergaulan disana, gaya hidup, semua berbeda." kata Om Deva.

Rose mengangguk mengerti. Tentu ia tahu seperti apa pergaulan di Eropa sanah. Sudah pasti sangat berbeda dari budaya ketimuran di Indonesia.

"Kamu belum terbiasa hidup sendiri, Rose. Apa kamu bisa hidup sendiri di negara orang? Belum lagi soal pekerjaan, disana pasti sulit cari pekerjaan." tambah Tante Devika.

"Kamu disini saja Rose, bukannya sudah enak tinggal disini. Kamu sudah Om beri pekerjaan denga posisi enak." kata Om Harto.

Rose menghela nafas. Lelah karena selalu diperlakukan layaknya anak kecil. Usianya bahkan akan 24 tahun beberapa minggu lagi.

"Aku sudah dewasa Nek, Om dan Tante. Aku bisa hidup sendiri kalau aku mau, tahun ini aku akan 24 tahun dan bisa mencari pekerjaan sendiri tanpa bantuan dari keluarga. Please izinin aku untuk ke Italia. Toh aku akan tetap pulang ke Indonesia nantinya. Hitung-hitung aku bisa belajar mandiri dengan tinggal disana."

"Kota mana?" tanya Nenek.

Dengan mantap Rose menjawab. "Verona."

Nenek dan para Om-Tante mengangguk mengerti. Semua tahu cita-cita Rose dari kecil. Dari dulu Rose memang terobsesi tinggal di Verona, dekat dengan rumah Juliet agar dapat mengirim surat untuk Juliet setiap hari. Cita-cita seorang anak kecil yang kini sudah cukup dewasa untuk mengetahui kalau Juliet hanyalah tokoh fiksi dan rumah tersebut hanyalah lokasi syuting yang sengaja dibuat. Rose tentu tahu semua itu.

Dan setelah melewati berbagai adu argumen dengan sang Nenek dan Om-Tante. Akhirnya Rose diperbolehkan untuk pergi ke Italia.

Hari itu juga Rose langsung memesan tiket Jakarta-Verona. Pukul 7 malam Rose sudah ada di bandara Soekarno Hatta, diantar oleh Nenek dan Keenan.

Keenan memberikan satu koper besar yang digeretnya pada Rose. "Thanks kak," kata Rose pada Keenan yang dibalas anggukan kepala.

Nenek menatap cucunya itu dengan lirih, tentu ia sedih karena akan ditinggalkan oleh Rose yang dari kecil sudah ia urus karena kedua orang tuanya tidak tinggal di Indonesia. Nenek memeluk Rose erat seraya mengusap-usap punggung Rose.

"Kamu yakin? Gak mau berubah pikiran?" tanya Nenek yang masih tak rela jika Rose pergi.

"Enggak Nek, ini udah jadi keputusan final aku."

Nenek tersenyum dipaksakan. "Kalau ada apa-apa telepon Nenek ya."

Rose mengangguk, ia kemudian menatap Keenan yang sama seperti Nenek. Si pria single ini rupanya juga sedih karena kepergian Rose.

Rose menepuk bahu Keenan. "Titip Nenek ya kak."

Keenan tersenyum seraya mengangguk, lalu memeluk Rose. "Hati-hati, jangan manja disana soalnya gak ada gue yang bisa manjain elo."

Rose tertawa kecil. Kemudian melepaskan pelukan Keenan pada tubuhnya. Ia berjalan memasuki bandara seraya menggeret kopernya dan menggendong tas ranselnya. Rose melambaikan tangannya pada Keenan dan Nenek lalu masuk makin ke dalam. Dapat bisa ia lihat sang Nenek kini mulai menangis.

"Maaf udah buat Nenek nangis." guman Rose.

♥♥♥

Baru permulaan ya guys, awal mula kenapa Rose memutuskan buat pergi ke Verona.

Bagaimana dengan chapter ini?

Lanjut | tidak

Continue Reading

You'll Also Like

98.3K 10.6K 34
[COMPLETED] Under the stars we shoot our own movie, so lets make a plan for tomorrow, next week, next month, next year for forever. Just us 2, Kellan...
17K 1K 38
Awal publis 5 februari 2021 dan tamat pada 15 april 2021:) seorang anak baru yang sepertinya mempunyai kelainan dari teman temannya yang lain. banyak...
476K 5K 86
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
47.3K 8.9K 37
Diselingkuhi pacar dengan teman sendiri memanglah epic, tetapi pernah tidak diselingkuhi pacar dengan kakak sendiri? Ya, kakak sendiri, kakak kandung...