Hei, Baby boy - yeonbin

Av cairaxa

382K 37.2K 12.3K

Yeonjun tidak pernah tahu kalau bermain dengan seorang pembangkang dan keras kepala seperti Soobin, jauh lebi... Mer

prolog
1. Got Him
2. A Deal
3. Rules
4. Mine
5. Teasing
6. Yeonjun's office
7. Daddy
8. Fuck You
9. Penthouse
10. Club
12. Bussiness trip
13. Kai
14. Welcome back, Yeonjun
15. The New One
16. Straight
17. Ramai
18. The Older's house
19. The Party
20. I Know I Love You
21. Noona
22. Second punishment

11. First punishment

21.3K 1.5K 776
Av cairaxa

WARN!

⚠️⚠️⚠️

Contain some Hard Sex scene. Please be selective if this content not comfort you.

Thank you!

***

"Sekarang kau menjadi pengangguran ya, bajingan?"

Ucapan pedas itu kembali membuat Yeonjun terkekeh pelan. Ia meneguk Tequilla ditangannya sekilas sebelum kembali mengalihkan atensi pada Soobin yang menatapnya tak bersahabatnya.

Yah. Siapa juga yang suka jika ada orang yang terus menjadi penguntitnya? Dan Choi Yeonjun, sebagai seorang penguntit, benar benar merepotkan. Setidaknya itu yang ada dipikiran Soobin sekarang.

Setelah kemarin berhasil menghilangkan efek dari serbuk sialan yang tanpa sengaja Soobin minum, Yeonjun kembali mengikutinya saat bekerja di club dengan alasan untuk berjaga jaga jika saja kejadian seperti kemarin terulang lagi.

Jika ada Yeonjun, ada seseorang yang siap mengatasinya. Walaupun nyaris sampai pagi untuk menghilangkan efek obatnya, toh Yeonjun tidak keberatan. Ia bahkan siap jika harus terus menghilangkan efek seperti itu selama seminggu berturut turut.

"Tentu saja aku tidak menganggur, baby. Aku hanya menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat agar bisa menyusulmu kesini"

Soobin memincingkan matanya kesal. Ia meraih gelas susu almond dinginnya kasar, menghabiskannya dalam sekali minum dan kembali bekerja dengan langkah menghentak kesal.

"Haish. He's so cute. Aku sangat bersyukur tidak ada orang lain yang mendahuluiku"

Jaehyun yang mendengarnya terkekeh, ia menepuk pundak Yeonjun. "Tenang saja. Tidak akan ada yang bisa mendahuluimu. Toh yang bisa menaklukkannya hanya kau, Jun"

Yeonjun menjentikkan jarinya. "Kau benar. Seharusnya aku tidak meragukan itu" ia kembali menyesap minumannya, tersenyum setelahnya. Entah bagaimana, tapi minuman yang diracik Jaehyun benar benar nikmat. Dan Yeonjun benar benar menyukainya.

Matanya kembali mengikuti kemana Soobin melangkah. Dan kedua mata kucing itu meruncing tak suka saat Soobin berbicara dengan salah satu mahasiswa dikampusnya yang Yeonjun tahu itu siapa.

Hueningkai.

"Soobin Hyung! Jadi tempatmu bekerja itu disini?"

Soobin mengangguk kecil menjawab pertanyaan semangat dari adik tingkatnya itu. "Ya, begitulah"

Omong omong, Soobin memang tidak merahasiakan tentang pekerjaan malamnya. Tapi bukan berarti ia umbar umbarkan juga. Toh ia memang tidak salah. Soobin disini hanya untuk bekerja, sebagai pelayan sungguhan bukan pelayan dalam tanda kutip.

Ya walaupun disini, ia juga terjerumus pada Yeonjun. Tapi setidaknya itu adalah satu pengecualian.

"Ah. Jadi ini Soobin Hyung yang sering kau ceritakan itu, Kai?"

Hueningkai mengangguk semangat. Soobin melihat kedua teman adik tingkatnya yang ia bawa kesini dan mengangguk mengerti. Soobin pernah melihat Kai bersama dua orang ini dikampus.

"Baiklah. Seperti yang kalian lihat, aku pelayan disini. Ada yang ingin kalian pesan?"

"Kai ingin memesan hatimu, Hyung"

Ujar salah seorang itu dan disusul tawa dari keduanya, berbeda dengan Hueningkai yang kini menutup wajahnya dengan kedua tangan karena malu.

Soobin terkekeh pelan. "Jangan bercanda, kasihan Kai jika kalian menggodanya seperti itu. Dan aku harus kembali bekerja, jadi bisa sebutkan pesanan kalian?"

"Aku tidak bercanda, Hyung"

"Hm?"

Hueningkai berdiri dari duduknya, menghela nafas panjang. "Karena sudah terlanjur, kukatakan saja sekarang"

Ia berjalan mendekati Soobin, menangkup pipinya dan,







mendaratkan sebuah ciuman dibibirnya.

Dan itu pastilah mengundang amarah si mata kucing yang sejak tadi memperhatikan mereka. 'THE FUCK?!'

Soobin membulatkan matanya, terlalu terkejut akan apa yang terjadi. Sedangkan dua orang lainnya malah menyoraki keduanya.

Soobin mendorong Hueningkai menjauh, hendak berbicara saat adik tingkatnya itu mendahuluinya.

"Aku menyukaimu, Hyung"

Si manis mengerjapkan matanya beberapa kali. Terkejut dan bingung disaat yang bersamaan. Well, ia tidak pernah mengira kata kata itu akan keluar dari seseorang yang sudah ia anggap seperti adik sendiri.

"Aku.....aku menghargai perasaanmu itu, Kai. Tapi maaf, aku tidak bisa"

Hueningkai mengedipkan matanya, menunduk lesu saat tahu ternyata pernyataan cintanya tidak sejalan dengan yang ia perkirakan.

Soobin yang melihatnya mengulurkan tangannya, mengusak pucuk kepala yang lebih muda. "Kau sudah kuanggap seperti adikku sendiri. Hm? Jangan bersedih ya? Kita tetap berteman dan aku tetap menjadi Hyung mu"

Hueningkai mengangguk lesu. Rasanya berat, tapi ia juga tidak bisa melakukan apapun jika ternyata Soobin tidak memiliki perasaan yang sama.

"Tapi, kau harus tahu satu hal"

Hueningkai mengangkat kepalanya, "Ap——" dan kedua matanya membola saat melihat Soobin yang menatapnya tajam dengan sorot mata dingin.

Sial. Hyungnya marah.

"Walaupun kau menyukaiku, bukan berarti kau boleh menciumku seenaknya, Kai Kamal Huening"

Hueningkai sontak membungkukkan badannya, meminta maaf. Ini bukan hal yang bagus. Jika Soobin sudah menyebutkan nama lengkapnya, itu berarti ia benar benar marah. "Ma-maafkan aku, Hyung. Aku benar benar minta maaf"

Soobin mengangguk kecil. "Aku permisi, karena sepertinya kalian tidak ingin memesan apapun"

Soobin pergi, meninggalkan Kai dan teman temannya yang terlihat sedikit shock karena kejadian barusan.

Tapi daripada itu, Soobin perlu memikirkan hal lain. Bukan, bukan karena ciuman tiba tiba Kai——walaupun ini juga termasuk——tapi yang paling berbahaya sekarang adalah, si mata kucing yang menatapnya tajam disebelah sana.

'Bajingan itu pasti melihatnya. Tamatlah riwayatku'

Soobin berjalan menuju meja lain yang cukup jauh, berusaha menghindar. Tapi sepertinya Dewi Fortuna tidak sedang berada dipihaknya.

Grep!

Soobin membeku ditempat, mengetahui dengan jelas lengan siapa yang kini melingkari pinggangnya. Karena dari sekian banyaknya orang yang ia temui, hanya Yeonjun lah yang memiliki aroma khas kuat dan aura mendominasi yang amat pekat.

'Sial. Aku tertangkap'

Tangannya perlahan terasa dingin saat Yeonjun mendekati telinganya, membisikan suatu kalimat yang membuat tubuhnya menegang.  "Which punishment do you want, baby boy?"

***

"Yeonjun, tunggu! Aku tidak melakukannya. Kai lah yang sudah tiba tiba menciumku. Aku tidak menginginkannya, sungguh!"

Sayangnya, jawaban yang Soobin dapat adalah tatapan tajam Yeonjun yang seakan mengatakan, "Apa aku terlihat peduli dengan apa yang kau katakan?"

"Siapa yang memberimu izin untuk berbicara, hm? Bad. You are bad. And this is what you got for being bad, baby boy"

"Yeonjun kumohon!"

Kini, tangannya sudah terkunci oleh handcuffs berwarna hitam dengan bulu lembut yang terlapisi oleh kulit dibagian luarnya. Mungkin lebarnya sebesar empat sampai lima sentimeter? Entahlah. Yang jelas, Soobin memiliki hal yang lebih penting untuk dipikirkan mengingat, Yeonjun sudah menghubungkan handcuffs itu dengan sebuah tali yang juga berwarna hitam dan membuat tangannya tertarik keatas kepala, membuatnya tidak bisa bergerak karena Yeonjun yang sudah mengikat tali itu pada ranjangnya.

Sial. Jadi itu fungsi desain ranjang kayu Yeonjun yang sandaran ranjangnya tidak sepenuhnya tertutupi, tapi memiliki kayu berjajar yang disusun berjarak antara satu kayu dan kayu lainnya.

Ah iya, kini mereka sudah berada di penthouse milik Yeonjun. Yeonjun lah yang menyeret Soobin untuk mendadak berhenti bekerja dan menyerahkan sisanya pada Jaehyun diclub. Dan Soobin hanya bisa mengikuti seperti seekor anjing yang penurut. Untuk menangani Yeonjun yang seperti ini, pikiran dan firasatnya mengatakan bahwa melawan bukanlah pilihan yang bagus.

Selama perjalanan pun Soobin hanya diam. Setelah sampai, Yeonjun langsung membantingnya ke atas kasur dan melucuti seluruh pakaiannya. Dan kini, pekerjaan Yeonjun untuk mengikat Soobin sudah selesai.

Jujur, ini bukan hal yang baik. Karena aura dan tatapan mata Yeonjun terasa sangat dingin dan menusuk.

"Yeonjun, don't avoid me"

Yeonjun bangkit dari kasur, mendekati salah satu lemari dan membawa beberapa barang dari sana.

"Yeonjun——" Soobin terdiam sebentar, sadar jika panggilannya salah. "Daddy"

Tapi Yeonjun tidak mendengarkan. Ia tetap menaiki kasur dengan wajah dingin tanpa ekspresi.

"Daddy please, listen to me" Kali ini, Soobin hanya bisa membujuk Yeonjun dengan ucapannya karena kedua tangannya sudah tidak bisa berbuat apa apa.

"Kau berisik. Ada baiknya mulut berisikmu itu disumpal oleh sesuatu"

"Hmmph!"

Yeonjun membekap mulut Soobin menggunakan sebuah kain hitam yang diikatkan ke kepalanya, membuat Soobin tidak bisa mengeluarkan suaranya.

"Oh, kupikir kau juga tidak perlu melihat apa yang akan terjadi"

Perasaan takut, cemas, dan gelisah semakin menggerogoti Soobin saat penglihatannya ditutup oleh sebuah blind fold yang juga berwarna hitam. Tema kali ini sedang berwarna gelap, Choi?

Yeonjun menjilat bibir bawahnya puas karena penampilan Soobin sekarang, terlihat sangat nikmat untuk disantap. But still, this bad bunny need some punishment before.

Yeonjun menyalakan sebuah alat, membuat benda berbentuk lonjong yang lumayan panjang itu mengeluarkan getaran. Ia mendekatkan alat itu pada leher Soobin, mengusapkan alat itu disana agar Soobin bisa mengira benda apa yang akan Yeonjun gunakan sekarang.

"Hmmph! Mmph!"

"Oh? Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan"

"Hmmph!"

Yeonjun membuka paha Soobin, menahannya agar tetap diam diposisi itu dengan menempatkan dirinya ditengah tengah. Ia mendecih saat tubuh dibawahnya tetap bergerak acak, masih berusaha melawan. Yeonjun mencengkram pinggang Soobin kencang, seakan menyuruhnya untuk diam melalui tindakan.

"Ready?"

"Mmph!"

"Ups. Maaf, baby. Aku lupa. Aku tidak memerlukan pendapatmu"

JLEB!

"MMHH!"

Soobin mendongakkan kepalanya, bulir bening keluar dibalik kain yang menutupi kedua matanya. Sakit. Ini sakit. Yeonjun memasukkannya disaat tubuhnya belum siap menerima.

Perasaan antara sakit, linu, dan perih bisa ia rasakan. Ditambah selain bisa memasukinya cukup dalam, benda ini juga bergetar, membuatnya semakin tersiksa.

"MMHH!"

Rasanya benar benar sakit. Ditambah Yeonjun yang meng-in out kan benda itu kedalamnya kasar, membuat tubuhnya terhentak linu.

Dan setelah melakukan itu selama beberapa kali, Soobin bisa merasakan Yeonjun yang turun dari atas ranjang, membiarkan Soobin dan kondisinya sekarang.

Yeonjun tersenyum miring, senang dengan pemandangan yang dihasilkannya. Suara geraman dan desahan tertahan Soobin yang tidak bisa keluar mulai terdengar, dengan nafas yang mulai tidak teratur dan tubuh yang terus bergerak gelisah. Itu sakit, Yeonjun tahu. Tapi hanyalah masalah waktu dimana, terselip rasa nikmat tak wajar diantaranya.

"Sepertinya aku harus mandi lebih dulu. Tubuhku terasa lengket sekali, astaga. Baby, bertahanlah sampai aku selesai membersihkan diri, ya"

Yeonjun berjalan menuju kamar mandi dengan membuka pakaiannya satu persatu tanpa memedulikan Soobin yang semakin berisik. Ditengah perjalanan ia berhenti, kembali berujar pada seseorang dengan tubuh telanjang diatas kasurnya itu. "Ah iya. Asal kau tahu saja, sepertinya aku akan berendam. Dan waktu berendamku itu sekitar satu sampai dua jam. Pastikan kau tidak pingsan saat aku kembali nanti ya, baby boy"

Dan yang bisa Soobin lakukan hanyalah terus mendesah tertahan dengan sebuah sex toy yang menyumpal bagian bawahnya.

***

"Wow. Aku terkejut kau benar benar tidak pingsan setelah dua jam kutinggalkan. Fisikmu memang lumayan kuat, dan ternyata itu berfungsi untuk sekarang, ya"

Yeonjun duduk dipinggir kasur, menyesap wine dalam gelas kaca ditangannya sembari memperhatikan Soobin yang sangat terlihat lelah. Keringat mengucur deras dari tubuhnya dan menyatu dengan cairannya yang sudah ia lepaskan beberapa kali.

"You are a good boy. Want some reward? Tapi aku tetap tidak akan melepaskanmu sekarang"

"Hmmph"

Yeonjun terkekeh pelan. "Maaf maaf. Aku lupa"

Yeonjun menaikkan blindfold yang menutupi netra indah kesayangannya, memperlihatkan kedua bola mata yang berkaca kaca dan bahkan penutup mata itu pun sudah cukup basah karena air matanya. Yeonjun pun menurunkan kain yang membekap mulutnya, membiarkan Soobin berbicara.

"Baiklah. Apa yang——"

"I'm sorry, Yeonjun"

Yeonjun menaikkan sebelah alisnya, menatap Soobin bingung. "Untuk apa? Dengan kau sudah kuat menerima hukuman dariku, itu sudah cukup"

Soobin menggeleng lemah. "No. I'm uhh sorry, J-jun mhh!"

Yeonjun menatap Soobin yang kembali memejamkan matanya. Alat yang memasukinya masih belum berhenti dan itu membuatnya kesulitan untuk berbicara.

Tapi walaupun susah payah untuk berbicara——karena harus menahan desahannya——Soobin terus menggumamkan kata maaf. Terlebih lagi, ia memanggil Yeonjun 'Jun' atau 'Yeonjun', tidak seperti keinginan Yeonjun yang ingin Soobin menyebutnya 'Daddy' seperti biasa.

Seharusnya Yeonjun marah. Seharusnya. Tapi Soobin yang menyebutkan namanya berkali kali seakan akan membuat Soobin meminta maaf kepadanya, kepada Yeonjun as Yeonjun, bukan kepada Yeonjun as his Sugar Daddy, malah membuatnya senang.

Yeonjun menaruh gelas winenya yang sudah tidak berisi diatas nakas. Ia bangkit, merangkak naik dan mengungkung tubuh dibawahnya yang sudah tampak lemas tak berdaya.

Yeonjun mencabut alat itu dari Soobin, membuat Soobin menghela nafas panjang. Ada sedikit rasa kehilangan saat benda itu diambil dari tubuhnya karena selama dua jam kebelakang, ia dimanjakan oleh benda itu walaupun rasa sakitnya pun tidak sedikit. Tapi itu tidak lama karena setelahnya, ada benda lain yang menghujamnya. Kali ini terasa lebih besar, lebih penuh, dan lebih sesak.

Dan lagi, ia bisa merasakan kehangatan darinya karena sekarang, Yeonjun lah yang memasukinya.

Soobin menjenjangkan lehernya, memberi akses pada Yeonjun yang mulai mengecupi dan membuat beberapa tanda disalah satu titik sensitifnya itu. Kedua tangan yang sudah dilepaskan dari ikatan dan juga handcuffs itu pun langsung mengalung indah dileher yang lebih tua, memeluknya erat dengan kaki yang juga mengelilingi pinggang Yeonjun, tidak mengizinkan si empu lepas darinya.

Yeonjun mulai bergerak, menumbuk titik terdalam yang lebih muda brutal dengan menggeram rendah merasakan miliknya yang tercengkram erat didalam sana.

Sial. Choi Soobin benar benar nikmat, dan itu menjadi candu tersendiri baginya.

"Which one do you like more?"

Soobin membuka mata secara paksa saat mendengar suara Yeonjun yang tiba tiba melontarkan pertanyaan, membuat tatapan sayunya bertabrakan dengan tatapan tajam Yeonjun yang juga sedang menatapnya dengan bagian bawahnya yang terus bergerak, menumbuk lebih cepat.

"H-huh——eumh!"

"Mine or the toys, kau lebih suka yang mana?"

Soobin mengerjapkan matanya beberapa kali. Rona merah di wajahnya mulai timbul saat ia hendak menjawab pertanyaan itu, "Yours" berakhir dengan ia yang menggumamkannya dengan suara mencicit.

"Hm? Aku tidak mengerti apa yang kau ucapkan, baby"

Kedua tangan yang lebih muda mengepal, menahan rasa malu dan juga hujaman kenikmatan dibawahnya. Lagipula, sebenarnya untuk apa Yeonjun menanyakan hal ini?! Dan disituasi  seperti ini?! The hell! 'This fucking dumbass. Ini benar benar memalukan'

Tapi Soobin juga tahu, Yeonjun tidak akan membiarkannya melarikan diri dari pertanyaan ini. Oleh karena itu, Soobin menarik kepala Yeonjun mendekat hingga telinga yang lebih tua tepat berhadapan dengan mulutnya, berbisik disana. "Ofcourse its yours eum. The original one.....always uhh better"

Yeonjun tersenyum miring, senang dengan jawaban itu walaupun Soobin susah payah mengatakannya karena harus sembari menahan tumbukannya. Ia mengecup pipi gembil Soobin yang kebetulan berhadapan dengan bibirnya, kembali bergerak lebih cepat.

"Ahh! AKH! Ugh kau yang terbaik, Daddy"

Ini hal yang wajar seharusnya. Lagi lagi, se.ha.rus.nya. Tapi entah kenapa, Yeonjun merasa terganggu dan berakhir memelankan gerakannya dan hanya berdiam diri.

Soobin membuka matanya heran saat yang lebih tua tiba tiba berdiam diri. Ia tidak melakukan sesuatu yang salah kan? "Ada apa?"

Tangan Yeonjun terulur, mengusap rambut Soobin yang sudah lengket karena keringat. "Bukan apa apa. Hanya saja, untuk sekarang ini, aku ingin kau memanggilku Yeonjun"

"Eh? Kenapa? Aku.....tidak melakukan kesalahan kan?" tanyanya berhati hati.

Yeonjun terkekeh pelan, ia menggeleng masih dengan tangan yang mengusap pelan rambut yang lebih muda. "Sudah kubilang ini bukan apa apa. Aku hanya ingin kau memanggilku Yeonjun, got it Soobin?"

"Aku——wait, what?! Soo...bin?"

"What? Am I wrong?"

"Ha-hanya saja.....itu, terdengar sedikit aneh"

Yeonjun kembali terkekeh pelan, "Lakukan saja, Soobin" dan kembali bergerak, memompa miliknya dibawah sana.

Kepala Soobin kembali terlempar kebelakang dengan mulut terbuka, merasakan gerakan tiba tiba Yeonjun yang langsung bergerak cepat. Yeonjun menatap Soobin puas, reaksi yang diberikan submissivenya itu selalu memuaskan. Tatapannya tertuju pada bibir tipis merah mudanya, dan itu kembali membuat kepala Yeonjun mendidih mengingat seseorang sudah dengan lancangnya mencuri sebuah ciuman disana.

Cup!

"Nghh!"

Soobin membuka matanya, Yeonjun menghisap bibirnya terlalu kuat ditambah ia juga sesekali menggigitnya. Rasanya linu, dan gigitan terakhirnya sampai membuat bibir bawah Soobin berdarah.

"Sekarang sudah tidak ada jejak bajingan sialan itu ditubuhmu" ujarnya tiba tiba dengan menatap lurus pada mata Soobin yang membulat.

Si manis tersenyum, kembali memeluk leher Yeonjun dan menariknya mendekat. "Yes, Yeonjun"

"Good"

Yeonjun menelusupkan kepalanya diperpotongan leher yang lebih muda, tetap bergerak cepat dan dalam sembari memberikan kecupan kecupan ringan juga beberapa tanda disana.

"Shhh fuck. Bagaimana kau bisa tetap senikmat ini, Choi Soobin?"

Desahan Soobin terdengar lebih keras, terlebih lagi Yeonjun yang mengatakan hal seperti itu entah kenapa membuatnya merasa senang. "Uhh Yeonjun akh! M-more. Please, Jun nnhhh"

"As your wish, sweetie"

Soobin memejamkan matanya erat, tangannya yang awalnya hanya memeluk sekarang beralih mencengkram punggung Yeonjun kuat hingga kuku kukunya pun menggores punggung kokoh itu beriringan dengan tubuhnya yang terhentak hentak karena gerakan Yeonjun yang semakin cepat.

Tapi untuk sekarang, keduanya tidak peduli. Mereka hanya terus mencari titik putih masing masing dan bagi Soobin, ini terlalu gila. Yeonjun yang terus menerus membisikkan namanya dan juga hantaman kenikmatan dibawahnya membuat kepalanya pening dibombardir perasaan nikmat juga perasaan senang yang berketerusan.

Tubuhnya menegang, pergerakan Yeonjun dibawah sangat terasa dan Soobin tau, ia hampir mencapai titik putihnya. "Y-yeonjun, i want to——AKH! YEONJUN!"

Yeonjun menggeram, tahu bahwa dirinya pun hampir mencapai titik putihnya, "Shit. Choi Soobin" dan Yeonjun menggigit leher Soobin kuat saat ia mencapai pelepasannya.

Soobin menghela nafas panjang setelahnya. Tubuhnya terasa lemas karena ini merupakan pelepasannya yang entah keberapa——ia sudah mendapatkannya beberapa kali saat bagian bawahnya disumpal mainan itu. Dan sekarang, sepertinya tubuhnya itu sudah mencapai batasnya dan membuat Soobin terlelap.

Tangan Yeonjun terulur, menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah kesayangannya. Soobin kelelahan, ia lebih dari sekedar mengerti kenapa Soobin kelelahan. Saat bermain seperti biasa, jika mulai merasa lelah, keduanya akan beristirahat sejenak sembari saling memberikan kecupan ringan dan dilanjut lagi saat kembali merasa siap. Tapi kali ini, dua jam tanpa henti. Dan Soobin sudah cukup hebat karena tidak pingsan dan bahkan masih bisa bermain satu ronde dengan yang asli.

Yeonjun melingkarkan tangannya dipinggang yang lebih muda, ikut memposisikan diri untuk tidur. Miliknya masih tertanam didalam Soobin. Tapi, Yeonjun memiliki hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan.

Sebenarnya ada apa dengannya?

TBC

Yo brouwwwwwww

Akhirnya Up T^T dan up nya pagi pagi hehe :>

TAPI ANJIR YA GAK TAU KENAPA AKU MALU NGETIK PART INI AKSJEKNSHEJENS :" DAN MAAF KALAU SCENENYA KURANG KERAS. DIRIKU NOT AHLI :"

Semoga suka!

Vote sama komennya jangan lupa dan makasih udah mampir! 🙏🏻

Luv U 💞

Salam,

Cai

Fortsett å les

You'll Also Like

167K 26.4K 48
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
78K 6.9K 78
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
72.6K 10.8K 25
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
1.1M 44.5K 38
(CERITA YTH. BAPAK DOSEN DAN SELURUH ISINYA HANYA TERSEDIA DI WATTPAD @eestehpanas , SELAIN DI WATTPAD SAYA KLAIM PLAGIAT) ...... "kok bapak si yang...