Bagaimana Jika...

By KEVINZCR

18.6K 1.3K 1.6K

2020, Mew - Gulf adalah jodoh. 2019, Gulf tidak mengenal Mew. Mew 2020, berada di masa lalu di tahun 2019. Ta... More

Dua Dimensi Waktu
Demi Penggemar
Dihukum
Terjatuh ke Masa Lalu
Bertemu
Gulf Tanpa Mew
Tidak Mudah
Harapan
(Pesan dari penulis)
Tak Akan Meninggalkan Mu
Merelakan (2)
(Pesan dari penulis)
3 Will Be Free
(Pesan dari penulis)
Seorang Penggemar
Awal Kenal
Sahabat
Psikopat
Secret Of Gulf
Angst
Gulf Tanpa Mew (2)
Berdua
Tergoda
Thanos
Secret of Max / Merelakan (3)
Dua Wajah Gulf
Pria Manis
Siapa Pria Itu?
Save Me(w)!
Let Me Go!
Hurts
Pergi
CERITA PENDEK MEWGULF
Kontes
Kontes (2)
Kontes (3)
Kontes (4)
Kontes (5)
Kontes (6)
Kontes (7)
Kontes (8)
Kontes (9)
(Pesan dari penulis)
(Pesan dari penulis)

Tolong...

333 22 32
By KEVINZCR

Pastikan sudah membaca Bab sebelumnya 👆👆

-----------------------------------------------------------

Art : "Apakah lift nya rusak?"

Gulf yang panik, lalu menggedor-gedor pintu lift dengan kencang, BUG!! BUG!! BUG!!

Dan berteriak di dekat pintu, "TOLONG!!! KAMI TERJEBAK DISINI!!..."

"Gulf, tenang," Art menghela napas. "Kita harus memanggil teknisi gedung ini..."

Lalu, Art mencari tombol interphone. Usai menemukan sebuah tombol dengan simbol, terdengar suara dari arah tombol tersebut. "Halo, ada yang bisa dibantu?"

Art : "KAMI TERJEBAK DI DALAM LIFT!"

Teknisi : "Baik, kami akan segera mengirim bantuan. Harap tunggu."

Perlahan tubuh Mew terduduk di lantai. Wajahnya ketakutan dan mulai terlihat pucat. Tiba-tiba keringat yang banyak membasahi wajahnya. Dan tubuhnya pun gemetaran.

Gulf dan Art belum menyadari keadaan Mew. "Kita sebaiknya tenang, dan menunggu bantuan datang. Seperti yang tadi diucapkan oleh teknisi," kata Art.

Gulf : "Apakah kita bertiga bisa keluar?"

Art mengangguk. "Aku sangat yakin. Karena kita bisa bicara dengan teknisi gedung ini."

Gulf dan Art lalu duduk di lantai. Mereka semua terdiam. Gulf mulai menengok kearah Mew, dan baru menyadari keadaan kekasihnya.

"Phi, kau kenapa?" kedua tangan Gulf mengusap bahu Mew.

Wajah Mew ketakutan dan tubuhnya masih gemetar. Lalu ia mulai menangis, "keluarkan aku dari sini..."

Gulf heran kenapa Mew sangat ketakukan. Sedangkan, Art teringat sesuatu. "Gulf, P'Mew pernah bilang padaku, bahwa dia akan merasa phobia jika terkunci di dalam sebuah ruangan."

Gulf mengangguk mendengar penjelasan Art. Ia baru tau, karena selama menjalin hubungan dengan Mew, baru sekarang mereka mengalami kejadian seperti ini.

Gulf memeluk erat tubuh Mew. "P'Mew tenanglah. Nggak lama lagi kita akan keluar. Ada aku disini yang melindungi mu."

Mew juga memeluk Gulf dengan erat. Seperti balita kehilangan ibunya dan butuh perlindungan. Gulf merasa lucu, tidak menyangka jika Mew yang dewasa dan gagah, ternyata bisa selemah ini?

Perasaan Mew sedikit demi sedikit mulai tenang. Berkat kasih sayang dan perlindungan yang ia rasakan dalam pelukan Gulf.

Beberapa saat lamanya, mereka bertiga terdiam. Tidak ada yang bisa dilakukan selain menunggu bantuan datang. Mereka mengeluh dalam hati, "kenapa kami harus mengalami kesialan ini? Bangs*t!"

"Hhhh... hhh...," perlahan terdengar suara nafas yang nyaring. Mew dan Gulf saling memandang, lalu mereka menengok kearah Art. Nampak Art yang memejamkan mata sambil memegangi dadanya, dengan nafas yang tersengal-sengal.

Gulf mendekati Art dan memegang bahunya. "Art, kau kenapa?"

Art berusaha mengatur nafasnya. "I'm okay. Relax..."

Mew teringat sesuatu, dan ia menjadi panik. "Setahuku, Art sudah sembuh dari penyakit asma. Tapi sekarang kambuh lagi..."

"...ini pasti karena oksigen di dalam ruangan ini terbatas."

Gulf geram. Lalu ia berdiri dan memencet tombol interphone. Kemudian, terdengar suara dari arah tombol tersebut. "Halo, bisa dibantu?"

Gulf : "TOLONG LEBIH CEPAT!! ADA ORANG ASMA DISINI!!"

Suara pihak teknisi terdengar panik. "Kami akan usahakan secepatnya! Harap tunggu!"

Gulf kembali duduk di dekat Art. "Bertahanlah. Kumohon."

Art hanya mengangguk, sambil berusaha mengatur nafasnya yang semakin sesak. Tentu ia nampak menderita, membuat Gulf dan Mew sangat iba, tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Pikiran Gulf menjadi sangat negatif. Ia membayangkan, seandainya Art meninggal di dalam lift, berarti dirinya dan Mew bersama dengan sesosok jenazah, di dalam ruangan tersebut tanpa bisa keluar??

Serem banget!

Mew dan Gulf hanya bisa berdoa dalam hati masing-masing. "Tuhan, tolong secepatnya keluarkan kami dari sini. Kalau memang masih lama, setidaknya hilangkan penyakit asma dalam tubuh Art. Siapapun tidak akan tega melihat orang lain kesakitan seperti itu..."

Gulf hanya bisa memijat-mijat bahu Art, berharap bisa meredakan sesak nafas yang Art derita. Tapi tetap tidak membantu. Mew juga tidak tau harus berbuat apa, dan semakin tertekan melihat keadaan Art yang memburuk.

Mew tertunduk dan menutup wajahnya. Ia merasa tidak berguna, dan perasaan phobia nya semakin parah. Lagi-lagi, Mew hanya bisa menangis.

Mendadak ruangan lift seperti terjatuh...

Mereka bertiga terkejut. Sejenak ruangan itu bergetar. Kemudian, perlahan pintu lift membuka. Bukan dengan mesin, melainkan dibuka oleh tangan dari dua orang teknisi, hingga pintu itu membuka lebar. Dari luar, nampak beberapa petugas keamanan yang menghampiri.

Mew dan Gulf berdiri sambil merangkul Art ditengah mereka, yang dalam keadaan lemas dan pucat. Mereka membantu Art melangkah keluar dari ruang lift.

Kini, mereka bertiga duduk di lantai dan bersandar pada tembok gedung. Seorang petugas memberi Art sebuah alat pernapasan inhaler. Usai menggunakan inhaler, keadaan Art mulai membaik.

Tapi untuk memastikan kondisi tubuh Art, pihak petugas berinisiatif membawa Art ke Rumah Sakit terdekat. Tubuhnya lalu digotong menggunakan tandu oleh para petugas.

Untunglah kondisi Gulf dan Mew baik-baik saja. Perasaan phobia yang dialami Mew sudah hilang setelah berhasil keluar. Mereka lalu berdiri, dan Mew memeluk Gulf dengan perasaan lega.

Mew : "Syukurlah kita berhasil melewati masalah ini."

Setelah berpelukan cukup lama, perlahan mereka melepasnya. "Phi, menurutku sebaiknya kita menyusul Art ke Rumah Sakit. Kita harus melihat keadaan nya," kata Gulf.

Mew : "Aku juga berpikir begitu. Ayo, kita menuju kesana!"

Mew dan Gulf lalu melangkah menuju pintu keluar. Terkadang suatu masalah datang tanpa kita duga. Tetapi, Tuhan tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan seseorang.

-----------------------------------------------------------

Malam harinya.

Diatas ranjang, Mew meletakkan kepalanya diatas dada Gulf. Menikmati pelukan hangat dari pria manis yang dicintainya.

Mew : "Kau bilang akan melindungi ku? Benarkah?"

Gulf : "Kalau bukan aku, siapa lagi?"

Mew menghela nafas. "Kita belum menikah saja, sudah beberapa kali tertimpa cobaan. Gimana kalau nanti sudah menikah? Apalagi yang akan kita hadapi?"

Gulf : "Namanya hidup, Phi. Yang penting, disaat senang atau susah, kita hadapi bersama. Aku ingin selamanya bersama mu, P'Mew."

"Aku juga," kata Mew. Lalu ia menatap wajah Gulf yang sangat tampan. Perlahan Mew memajukan wajahnya, hingga bibirnya menyentuh bibir manis Gulf. Dua bibir itu saling mencium penuh kasih sayang.

Malam ini mereka lewati dengan penuh cinta. Dan apa yang akan terjadi esok hari, tidak ada yang tau.

(cerita selesai)









Continue Reading

You'll Also Like

756K 75.7K 53
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
247K 19.5K 94
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
77.6K 14.3K 27
Lisa terus mendapatkan pesan-pesan penipuan dari nomor yang berbeda-beda ke ponselnya, dari yang tidak merasa terganggu, lama kelamaan Lisa menjadi m...
74.9K 9.8K 103
This is just fanfiction, don't hate me! This is short story! Happy reading💜