Perfect Innocent || Winwin

By nctwritingproject

2.2K 1.3K 596

❝Seseorang dalam hidup terlalu sulit untuk menghindari ketetapan yang telah diatur. Surga selalu merencanakan... More

» INTRODUCTION
» PROLOG
» OO1
» OO2
» OO4
» OO5
» OO6
» OO7
» OO8
» OO9
» O1O
» O11
» O12
» O13
» O14
» O15
» O16
» O17
» O18

» OO3

110 74 49
By nctwritingproject

It's about us,
about us facing it together.

- Xiao De Jun

─────────────────

Aku mendorong Dejun ke udara dan menertawakan wajahnya yang kebingungan, sebelum berenang ke perairan dangkal untuk bergabung dengan Yukhei, sahabatku.

Mengedarkan pandangan kami, menyaksikan orang-orang bermain dipinggir pantai. Kami telah memilih tempat itu dengan sempurna. Jauh dari kerumunan orang, tetapi cukup dekat sehingga kami tidak peduli sendirian jika kami membutuhkan bantuan. Ada keributan kecil dihutan bakau yang beberapa meter jauhnya, dan kami mengabaikannya, karna biasanya orang-orang yang bermain disekitar situ adalah pemabuk oleh karena itu, kami memilih untuk berpikir bahwa tidak ada apa-apa disana.

Kepalaku pusing hebat dan terasa sangat tidak nyaman. Aku menghela nafas dan menutupnya dengan tanganku.

Hari itu dengan gelak tawa, berenang, dan makan sampai kami bosan dengan pantai. Kami mengambil barang-barang kami dan berjalan melewati hutan bakau sambil bercanda sesekali dalam perjalanan pulang. Kami bertiga berjalan beriringan. Didepan sana terlihat hutan bakau sedikit terendam, dan pasir yang kami lewati tergenang air. Tiba-tiba seseorang melempar pasir, dan aku berbalik melihat Yukhei yang bermandian pasir diseluruh tubuhnya lalu mengajak Dejun tuk menertawakannya bersama-sama.

━━ PERFECT INNOCENT 🌩 ꒱

Kelopak mataku terbuka, membawaku kembali kedunia nyata. Aku berkedip, berusaha mengabaikan sekelilingku. Kegelapan tidak membantu, tapi dari caraku mendengar jeritan orang-orang, aku hanya bisa berasumsi bahwa kenyataan sama seperti waktu sebelum aku tertidur pulas. Aku menarik nafas dalam-dalam, berusaha keras untuk mengabaikan sakit kepala yang sangat terasa disetiap degupan jantungku.

"Aletta!"

Aku berbisik ke telinganya, "hei Yukhei. Ada apa ini? Apa ini masih di sekolah?"

Yukhei mengangguk pelan, wajahnya sangat murung. "Iya, dan Winwin tidak bisa kita selamatkan."

"Apa?! Apa katamu?"

"Akh!" kepalaku berdebar.

"Senderkan kemari," sahut Dejun yang ternyata berada disebelah kiriku.

"Apa tidak apa-apa?"

"Hm, bahuku kokoh."

"Wong Yukhei..." lirihku, Yukhei mengenggam tanganku kuat-kuat, seakan-akan itu tak pernah diniatkan untuk dilepaskan. Manik coklat milik Yukhei berkaca-kaca, wajahnya sedikit murung dan genggamannya terlepas. Yukhei mengusap kasar ujung matanya dan tersenyum.

"Semua akan baik-baik saja, Al. Jangan kemana-mana dan tetap berada dibawah pengawasan kami. Bagaimanapun juga, kita pasti akan bisa keluar dan menyelamatkan Winwin."

Aku mengangguk kemudian membenamkan wajahku diantara kedua lututku, terdengar suara sesenggukan kecil setelah itu.

"Apa Dong Sicheng dihukum mati?" gumamku tanpa menengadah kan kepalaku yang masih berada diposisi awal.

"Tidak tahu," ucap Dejun.

Sekali lagi Dejun menjawab dia tidak tahu, kali ini dengan suara putus asa yang lebih dalam. Aku mengenal nafas dalam-dalam, lalu menengadahkan kepalaku. Dejun merangkak kearahku, sosoknya yang lebih tinggi condong kearahku. Kali ini, Dejun yang menyenderkan kepalanya ke pundakku, "aku tahu kau sedang butuh sandaran. Kenapa tidak bilang dari awal?" bisikku.

"Hey bocah tengil, ikut kami sekarang!"

Kami bertiga menoleh kearah sumber suara kasar itu. Berdiri diambang pintu, seorang pria kekar bersandar dengan santai ke bingkai dengan cahaya yang dibayanginya dari belakang.

Keberanian muncul dibenakku lalu aku beranjak berdiri, mataku dipenuhi oleh api kebencian. Mulutku terbuka untuk mengatakan sesuatu, tetapi pria itu melambaikan tangannya tak acuh.

"Jangan repot-repot karna saya tak peduli. Datanglah kemari, jika kalian ingin melihat nasib teman kalian."

Mataku terbelalak,

"Dong Sicheng?!"

Aku meraih lengan Yukhei dan Dejun. Kami memutuskan untuk mengikuti pria kekar itu dengan hati-hati.

Pria itu membawa kami kelorong seperti bangunan dan kemudian keruangan lain, meskipun yang satu ini terlihat agak terang dan teman-teman kami yang lainnya ada didalam. Yukhei beranjak menjauh dariku dan Dejun, ia memegang lengan Dong Sicheng yang terbaring lemah dihadapan kami. Aku menutup mulutku,

"Apakah dia mati?"

Aliran bening tumpah dari ujung mataku, aku tak mengusapnya. Membiarkan mereka keluar perlahan.

"Winwin.. Winwin.. Bangunlah!" seru Yukhei.

Pria kekar yang membawa kami tadi berdehem, lalu aku menoleh dan melihatnya.

"Kalian harus menyebutkan nama dan kelas kalian masing-masing. Nanti akan kujelaskan kenapa. Dan jangan banyak bertanya, dan membuat aku kesulitan!" ancamnya.

Kami, sebagai kelompok, ragu-ragu sebelum sesosok lelaki muda bername-tag "Ketua kelas" melangkah maju, ia menyapu rambut coklatnya yang telah basah oleh keringat. "Qian Kun, kelas 2."

Seorang lelaki bersurai pirang mengikuti jejak Kun dan berdiri disampingnya. Tubuhnya menegang dan suaranya bergetar. "A-alex.. kelas 2," dia tergagap.

Setelah semua selesai, pria kekar itu mengangguk. "Kalian semua silahkan pindah ruangan. Pergi dengan menjadi pengikut lelaki ini, dan ikuti semua perintahnya. Seluruh anggota sekolah akan dibuat kelompok. Kalian harus mengerjakan apa yang kami perintahkan! Jika tidak, kami tak akan segan-segan untuk menyiksa ataupun membunuh kalian!"

Semua raut wajah terlihat ketakutan. Kami saling memegang satu sama lain, seakan-akan tak boleh dipisahkan. Satu dari tiga pria kekar yang lain angkat suara, "baiklah bocah-bocah, kalian harus pergi dengan kelompok masing-masing. Satu kelompok dihuni oleh empat orang. Silahkan keluar dari sini sekarang," sahutnya.

Teman-temanku terlihat kocar-kacir saling mencari kelompok masing-masing. Sementara itu aku, Yukhei dan Dejun mendekat kearah Dong Sicheng. Membantu lelaki lemah itu berdiri dengan sedikit kesulitan. Ia tampak sangat tragis. Banyak lebam yang memenuhi wajah dan tubuhnya. Aku sampai tak tega melihat lelaki itu terus-menerus mendapat siksa dari para pria kekar yang entah datangnya darimana itu.

Kami berempat berhasil beranjak berdiri dan mengikuti pria berbadan kekar yang dipenuhi tato dan memakai topeng. Pria itu membawa kami kesebuah ruangan yang terlihat sangat kotor. Aku tidak tahu ruangan apa itu, tapi hal yang terpenting yang aku pikirkan tuk saat ini adalah bagaimana caranya agar kami bisa kabur dari sini dan menuju pusat kota.

Aku sangat menyesal. Sungguh sangat sangat menyesal karna menuruti permintaan Mama untuk bersekolah dipinggiran kota, sementara rumahku jauh ditengah kota sana. Bukankah hal itu sangat menakutkan jika terjadi apa-apa seperti sekarang ini?

Jam yang melingkar di lengan kananku menunjukkan pukul 3 sore. Sampai saat ini kami masih disekap tanpa makan ataupun minum selama kurang lebih dua hari. Aku bingung dengan apa yang terjadi untuk kedepannya. Entah mereka kesulitan karna mengurusi satu sekolah, atau karna mereka menunggu kami satu persatu mati karna kelaparan.

Tiba-tiba Yukhei mengagetkan ku,

"Aletta!"

"Winwin..."

Aku mengalihkan perhatianku kearah lelaki yang terbaring tak berdaya itu,





























"Winwin tak sadarkan diri!"

Continue Reading

You'll Also Like

339K 1.4K 16
⚠️LAPAK CERITA 1821+ ⚠️ANAK KECIL JAUH-JAUH SANA! ⚠️NO COPY!
3.5M 52.3K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
880K 81.2K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
618K 27K 42
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...