Oh My Husband!

By twelveblossom

221K 20.1K 8K

Daripada dijodohkan dengan a crazy rich grandpa, Lizzy lebih memilih menikah dengan temannya yang dia cap seb... More

1. Pernikahan Dengan Kontrak Tertulis
2. Tidur Bersama Tala
3. Menangis di Pelukan Tala
4. Kiss Kiss Untuk Tala
5. Naik Satu Tangga
6. Ada Yang Aneh Dengan Lizzy
7. Lizzy Lupa-lupa Ingat
8. Terbangkan Aku ke Bulan
9. Hujan Punya Cerita
10. Sedihnya Tanpa Alasan
11. Obrolan Singkat Sebelum Berperang
12. Seberapa Berani Felicia?
13. Si Beruang Galak
14. Kerisauan Hati Felicia
15. Serba Terburu-Buru
16. Malam Ini, Kamu Untukku
17. Mengetuk Pintu Rumah Malaikat
18. Yang Paling Cantik Ya Felicia, Lah
19. Aku Berharap Waktu Berhenti, Tapi Tidak Bisa
20. Kalau Tidak Percaya, Kamu Pergi Saja
22. Yang Sengaja Disembunyikan
23. Malaikat Kematian Pun, Punya Pengecualian
24. Kisah yang Lama Hilang
25. Yang Hilang Bersama Angin Musim Hujan
26. Suara dari Keheningan
27. Alasan Yang Sulit Diterima
28. Satu-Satunya Yang Linglung
29. Hidup yang Singkat pun Akhirnya Diakhiri
30. Pikiran Yang Rancu - S1 selesai
31. Dunia Yang Terbalik
32. Tidak Masalah Jika Kamu Melupakanku
The Heartless Marriage
33. Dia Yang Egois

21. Waktunya Maaf-Maafan

3.7K 424 163
By twelveblossom

"Dulu ya dulu. Sekarang, aku bersama kamu. Aku mencintai kamu. Apa itu kurang, Sambara?"  

-

Aku berusaha mendorong Tala yang mencumbuku. Dia menciumku tanpa jeda, melumat bibir atas dan bawahku. Tanpa sadar aku sudah mengeluarkan erangan. Tidak hanya sampai di situ, jari-jarinya menekan dadaku. Aku mendorongnya. Kakiku pun ikut melawan saat dia mulai membuka pakaianku yang masih tersisa.

Aku terus menangis dan memohon Tala untuk berhenti. Ini seperti mimpi buruk bagiku. Segala adegan menghantam kepala, meminta untuk diingat kembali. Aku tidak bisa.

Tenagaku habis hanya untuk menolaknya. Kemudian, ketika Tala mulai menyentakkan aku lebih dalam netraku kabur. Mata ini mulai tidak fokus.

“Tala jangan,” bibirku berkata sendu sebelum segalanya mulai gelap.

Aku kehilangan kesadaran.

-

Ada satu nama

Yang abadi di hati

Tapi tidak akan bisa

Untuk dimiliki
Yang terkenang, Sambara Kanaka Rawindra

Kita kembali ke masa empat tahun lalu, di mana semuanya baik-baik saja. Hanya satu orang yang tidak baik-baik saja dan itu bukan Felicia.

Empat tahun lalu dibuat lah kenangan ini. Sebuah memori tentang satu orang yang terlupakan pada masa depan. Meskipun tidak adil, dunia memang harus tetap berputar.

Kala itu Felicia berjalan-jalan di koridor rumah sakit, menunggu Tala yang katanya sedang melakukan kunjungan ke kamar pasien. Felicia masih berada di Singapura, tak keberatan menghabiskan liburannya dengan menemani Tala. Dia senang karena bisa berada di dekat Tala, meskipun si pria tampaknya biasa-biasa saja.

Tanpa sengaja, akibat langkah Felicia yang bersemangat―si gadis muda menabrak seorang pasien yang sedang berjalan membawa infus. Tidak parah kok hanya membuat Felicia oleng dan pasiennya mundur selangkah.

Sawry?” kata Felicia penuh penyesalan.

“Gak punya mata?” Pria itu berkata emosi.

Felicia melotot ke arah si pria, bukan karena tersinggung tapi laki-laki itu adalah manusia yang sama  dengan pasien luka tusuk beberapa hari lalu. Waow, dia kayaknya sudah sembuh, buktinya bisa teriak-teriak kayak toa.

“Kamu sudah oke?” Felicia justru bertanya.

Si pria bingung. “Hah?”

“Nama kamu Sambara kan?” Felicia ingat namanya. Dia mudah mengingat nama-nama orang ganteng hehehehe. Felicia mengamati Sambara dari atas sampai bawah, ia terkejut sebab Sambara membawa pisau di tangan. “Jangan bunuh diri lagi please. Kamu bakal menyusahkan Mas Tala kalau gitu,” lanjut Felicia.

Alis Sambara bertaut. “Siapa yang mau bunuh diri?”

“Nah itu bawa pisau.”

“Saya ingin membunuh bukan bunuh diri.”

Felicia mundur beberapa langkah. Oh my god! Felicia bahkan belum menyaksikan telur ayam yang diengkrami bebek peliharaannya menetas. Dia tidak dapat mati dengan rasa penasaran tinggi. Siapa tahu dengan gagasan silang induk bebek dan ayam, Felicia menciptakan spesies baru gitu kan?

Stop, stop!” Felicia mencegah Sambara untuk terus maju. “Ayamku belum menetas! Aku enggak boleh mati!” Seru Felicia.

Felicia sampai menabrak tempat sampah besi yang langsung berbunyi klontang klontang tuk tuk tuk gitu. Gadis itu sungguhan takut sementara Sambara justru tertawa.

“Kenapa membicarakan ayam? Kamu kan mau mati.”

“Iya, aku kepikiran aja sama ayam hadiah dari Bang LL. Takutnya, kalau aku mati duluan nanti ayamnya dijadikan fried chicken sama Bang LL,” kata Felicia lugu.

“Bang LL?”

“Lucas Lim. Dia agak bego dan kakinya bau tapi aku sayang.” Felicia menjelaskan.

Lucas?

Lucas Lim?

Ah, pantas saja wajah perempuan di hadapannya tidak asing.

"Jadi, kamu?" Sambara bergumam. Sekali lagi tidak sengaja menunjuk pisau dengan pisau. Gadis itu langsung merespons dengan berjingkat ganjil.

Sambara memang jarang tertawa, tapi sikap dan ekspresi bodoh perempuan di hadapannya saat ini membuat kotak tertawanya berfungsi kembali. Sambara mengingat siapa gadis di hadapannya, dia sempat melihatnya beberapa kali bersama Lucas Lim menghadiri acara perusahaan.

You must be a Lim too,” ujarnya.

Waow, you must be titisan Mama Loren,” tukas Felicia yang menguraikan senyum lebar. “Kok bisa tahu? Aku enggak nyangka Felicia Adair Lim bakal setenar itu hehehe,” Felicia melanjutkan ocehan.

“Aku tahu Lucas Lim dan kalian sama-sama aneh,” kata Sambara.

Felicia langsung cemberut. “Jawabnya jangan jahat-jahat kamu bukan Plankton.”

“I’m Lucas’s business partner. He told me about his cute little sister. I think you are similar to the one Lucas described.” Sambara berkata sembari menyembunyikan senyum, dia meletakkan pisaunya ke atas meja. Sambara tahu jika gerakannya diikuti oleh mata Felicia. Itu membuatnya tersenyum simpul. “Saya tadi mau mengupas apel, bukan ingin membunuh atau bunuh diri,” kata Sambara, tidak tahu juga kenapa mesti berbohong.

“Enggak nyangka kalau Bang Lucas bisa bilang aku cute.”

“Tapi kamu memang cute, Felicia.”

Felicia tertawa. “Karena kamu sudah bilang aku cute dan kamu juga teman Bang Lucas jadiiii ....” Felicia mengulurkan tangan. “Kita bisa jadi teman,” lanjutnya kemudian menyeringai menunjukkan giginya yang besar-besar.

Sambara tersenyum miring memperlihatkan lesung pipi. Dalam dua menit mengobrol, Bara sudah tersenyum sebanyak dua kali plus tertawa sekali, pencapaian yang luar biasa. Sambara juga kaget dirinya bisa begini.

“Tapi aku tidak ingin berteman dengan kamu, Lim,” balas Sambara.

Sambara melewati Felicia begitu saja, melupakan pisaunya yang tergeletak. Dia juga berputar arah, tidak jadi menuju atap gedung rumah sakit. Sambara menggagalkan acara bunuh dirinya untuk hari ini. Ia terlalu ... tidak tega jika Felicia adalah orang terakhir yang dia temui sebelum mati.

-

Aku mengerjapkan mata beberapa kali, lalu meregangkan tubuh. Aku sedang berada di kamar vila, pakaianku sudah berganti menjadi piama. Kamar itu gelap. Aku hampir  menggigil ketakutan, tapi tangan yang melingkari pinggangku dengan protektif membuatku bernafas lega. Parfum ini jelas milik Tala, aku mendengar nafasnya.

“Maaf,” vokalnya pelan.

Satu kata itu memberikan benturan keras, membuatku mengingat kembali kejadian sebelumnya. Cara Tala memaksaku dengan kasar seperti aku wanita murahan atau semacamnya.

“Telat. Kamu terlanjur membuat aku merasa tidak berharga,” jawabku gamblang. Aku melepaskan kungkungan tangannya kemudian duduk. Kunyalakan lampu meja di samping ranjang agar aku bisa melihat ekspresi Tala. “Kamu juga tidak percaya sama aku,” lanjutku mengungkit masalah Tari.

“I trust you always.”

“Tapi waktu di kebun stroberi, kamu tidak mendengar penjelasan aku―“

“―Karena tidak perlu. Aku percaya kamu tidak mencelakai Tari. Bahkan tanpa kamu menjelaskan. Aku hanya meminta kamu menunggu, sementara aku memeriksa Tari. Tapi, kamu pergi begitu saja.”

Aku mendengus. Aku menatapnya dengan murka.

“Dan kamu bertemu dengannya,” sambung Tala ada kecewa dalam suaranya.

“Dia Jasper. Hanya Jasper. Kamu tidak perlu bertindak keterlaluan.”

“Dia bukan Jasper,” gumam Tala. Pria itu bangun, meraup wajahnya. “He just pretended to be him,” katanya langsung.

“Enggak usah cari pembenaran atas kesalahan yang kamu buat, Nabastala.” Aku berkata penuh amarah. Aku kesal itu jelas. “Yang kamu lakukan ke aku sama Jasper itu jahat. Kamu jangan sok suci dengan mencari alasan tidak masuk akal.” Aku mendorong Tala yang berusaha mendekatiku.

Aku pergi dari kamar itu, membanting pintu. Tapi, Tala mengejarku dengan menarik tanganku sampai aku berbalik.

“Ke mana kamu akan pergi?” tanyanya dengan intonasi tinggi.

Aku melepas tangannya. “Itu bukan urusan kamu!”

You run to him again?” Ada nada mengejek dalam suara Tala.

“Memangnya salah?”

Tala mengerang. Dia mengacak surainya kasar.

“Sesuai kontrak kita, kamu tidak berhak mengatur aku bertemu siapa.” Aku melanjutkan dengan ucapan dingin. Tala harus tahu batasannya.

Batasan.

Batasan di antara kami sudah terlalu buram.

Kami melakukan semua hal yang  seharusnya tidak boleh.

Bahkan, tindakan Tala sekarang memenuhi definisi dari cemburu.

Aku menarik nafas dalam-dalam. Tidak ingin cerita kami menjadi semakin drama. Cukup buat hari ini, aku lelah sekali.

“Sama halnya dengan kamu lebih memilih Tari daripada aku. Kamu juga seharusnya tidak mencampuri aku harus bersama siapa.” Aku meracau kembali.

Tala meraup parasnya yang terlihat sama lelahnya denganku. “Okay, we have a deal,” putusnya.

Itu lebih baik, Tala. Kamu harus mengalah. Kita harus mengalahkan ego dan perasaan tidak penting ini.

Aku mengangguk. “Kita seharusnya enggak melibatkan perasaan,” tukasku.

“Jika itu mau kamu. Aku berjanji tidak akan menggunakan lagi perasaanku.” Tala meraihku tanganku. Aku rasa dia juga butuh kekuatan tambahan. Maka aku pun menurut saat dia menarikku ke dalam pelukannya. “I’m so sorry, Sayang. I’m so sorry. I’m so sorry.” Tala menyuarakan penyesalannya berulang kali.

Aku menghela nafas dalam-dalam. Aku masih marah. Hanya saja aku ingin melupakan. Marah kepada Tala sungguh menguras energiku. Berdamai lebih baik. Aku capek berdebat. Pikiranku yang dangkal menjadi overwork karena harus menimpali setiap ucapan Nabastala.

Aku pun memutuskan menjadi Felicia yang naif. Felicia yang selalu pasrah. Aku pun membalas pelukannya.

-

“Sumpah aku masih kesel banget sama kamu ya, Nabastala,” kataku saat kami keluar dari kamar menuju meja makan untuk sarapan.

Tala yang berjalan di sampingku menaikkan alisnya. “Karena?”

Aku menunjuk kancing kemejaku yang menggelinding sampai ruang makan. “Kamu merobek bajuku!” Aku menyipitkan mata kepada Tala. “Marah sih marah tapi jangan praktik jadi Mr. Grey tiba-tiba. Aku kan juga butuh persiapan biar bisa jadi Anna,” sambungku.

Tala mendengus. “Halah, sok-sok jadi Anna―baru digitukan aja kemarin sudah nangis.”

“Soalnya aku lihat Mas Tala pukul Anak Cebong, aku jadi sedih.” Aku langsung duduk di kursi makan sebelum melanjutkan, “Ya kan kalau enggak aku kan bakal hap-hap.”

Tala memberengut, aku melihat ekspresinya berubah kesal. “Nggak usah mancing, nanti diladeni nangis lagi,” ucap Tala sembari mengacak suraiku kemudian duduk di hadapanku.

“Aku itu syok. Aku kira kamu kesurupan. Ternyata orang sekalem kamu kalau lagi lepas kendali serem juga,” kataku. Aku mulai mengaduk jus alpukat, netraku lekat memandangnya.

“Makanya jangan macem-macem,” gertaknya.

Tala membantuku mengoleskan selai coklat dan menaburkan keju ke roti panggangku. Tala tahu benar racikan pas untukku, bahkan dia sengaja menyuruh asisten rumah tangga kami agar memanggang ulang roti. Aku memang lebih suka tidak terlalu coklat dan mengiris pinggiran roti. Tala tahu dengan baik kebiasaanku itu dan dia menirunya sesempurna mungkin.

“Mas Tala sudah mirip Bunda. You know me better than other.”

Of course, I’m your husband.”

“Hehehe.” Aku menyangga kepalaku dengan tangan demi menatapnya lebih lama. “Aku yakin orang-orang di sini pasti bingung melihat kita akur.”

Tala menghentikan gerakannya. “kenapa?”

Aku melijitkan bahu. “Kita itu sebentar akur terus sebentar marahan,” jawabku. Aku menunggu jeda sebentar. “Kayak anak ABG labil,” sambungku.

Tala menggeser roti panggang selai coklat ke arahku. “Kenapa harus peduli sama orang lain? Ini kehidupan kita, suka-suka kita menjalaninya seperti apa. Yang penting kita bahagia,” balasnya.

“Memangnya, aku kelihatan bahagia?”

“Kamu tidak bahagia?”

Aku tertawa mengejek. “Dari semua rangkaian akting kita, aku paling payah kalau disuruh pura-pura bahagia.”

Tala menghela nafas panjang. Ekspresinya yang teduh berubah sedih. “Kalau begitu, jangan pura-pura bahagia. Bahagia betulan.”

“Apa boleh?”

“Kenapa tidak boleh?” Dia ganti bertanya.

Aku memberengut. “Gak tau, rasanya ada sesuatu yang ... bikin aku merasa bahagiaku itu salah.”

Nabastala meraih tanganku meremasnya lembut. “Itu bukan salah kamu, Felicia. Kamu mengambil keputusan yang benar dengan meninggalkannya.”

Aku menengok ke arah Tala. “Meninggalkan siapa?“ aku bertanya.

Tala melepaskan genggaman tangannya. “Kita harus segera pulang―“

“―Meninggalkan siapa? Jasper?” aku memotong saat Tala mengalihkan pembicaraan.

“Iya.”

“Hmm, sebelum pulang ... aku pengen Mas Tala melakukan satu hal sebagai bayaran susah merobek kemejaku.”

Tala malah mengeluarkan black card dari dompetnya, menyerahkan kepadaku. “Belanja sebanyak yang kamu mau,” katanya seolah malas meladeniku lagi.

Aku memutar bola mata. Aku meraih kartu sakti itu kemudian mengguntingnya menjadi dua. Ya, Felicia memang matre, tapi tidak semuanya bisa diselesaikan dengan belanja dan uang. Huft.

“Felicia.” Tala memperingatkan.

“Bayarannya adalah Mas Tala harus minta maaf ke Jasper,” tegasku.

No.”

You must.” Aku berkacak pinggang. “Memukul orang tanpa alasan yang jelas itu tindakan jahat,” lanjutku.

“Aku punya alasan.”

“Apa?”

He stole you from me.”

“Aku sendiri yang memutuskan untuk ikut Jasper kemarin,” aku mendebatnya.

Tala tampak tidak sabar, raut mukanya sudah berubah kesal. “Kalau begitu sudah seharusnya dia mengembalikan kamu lebih awal―“

“―Aku bukan barang Mas Tala. Aku tidak ingin bertemu kamu kemarin makanya Jasper tidak mengantarku pulang.”

Tala menghela nafas kasar. “Serius kita akan bertengkar lagi?”

Aku memberengut. “Tidak kalau Mas Tala membuat ini sederhana. Minta maaf ke Jasper.”

Tala meraih ponselnya. Dia menekan angka 9 sebagai panggilan cepat lalu memilih tombol loud speaker. Aku mengamati tingkahnya.

“Dengarkan baik-baik,” ujar Tala ketika terdengar nada sambung.

Tak berselang lama, panggilan itu diangkat oleh orang di seberang sana.

“Ya, Ekadanta?” suara Jasper terdengar serak seperti bangun tidur.

Tala melirikku. “Sorry,” ucap Tala cepat kepada Jasper yang berada dalam sambungan telepon.

Dasar, sama sekali tidak ada basa-basi.

What?” Nada Jasper tampak tidak tertarik.

“I told you sorry.”

Damn, you disturbed my sleep just to say sorry. What’s wrong with you, Ekadanta?”

Alisku naik, kenapa Jasper terdengar berbeda? Apa mereka sedang bermain-main? Bukannya cara bicara Jasper kepada Tala tidak seharusnya begini?

Tala tampak mengamati ekspresiku. Dia menyeringai. “Felicia’s favor,” balas Tala. Dia mengimbuhkan, “and she listen our conversation now. You must be polite to me.”

“Kalian harus baikan.” Aku akhirnya ikut nimbrung. Mungkin Jasper bersikap kurang ajar karena sedang marah. Maklum sih anak cebong memang agak labil.

Nona Muda sudah bangun?” Jasper terdengar ceria.

“Sudah.”

Apa Nona Muda terluka?”

“Tidak.”

Because she is okay, I forgive you then, Sir.” Jasper membalas.

Semudah itu.

“Jas, apa kita bisa bertemu?”

“Buat apa?” Tala sudah melotot.

Aku berdecap. “Yang namanya maaf-maafan harus saling berjabat tangan. Aku pengen kamu sama Mas Tala salim-saliman,” kataku yang mengundang gelak tawa Jasper.

Boleh, nanti ya kalau sudah di Jakarta.”

“Tidak mau,” Tala menyanggah. “Kamu bilang hanya perlu minta maaf. Aku sudah melakukannya.”

“Mas Tala minta maafnya enggak tulus.”

Jasper tertawa. “Listen to your Mommy kiddo,” ejek Jasper.

Shut up, Shu.

“Mas Tala ngatain Jasper Asu?” Aku tidak percaya dengan yang kudengar.

“Shu itu nama keluarganya. Bukan Su Asu, ya walaupun dia memang mirip asu.” Tala ngotot.

Jasper ngakak sampai suaranya putus-putus, mirip orang bengek. Aku yakin kotak tertawa Jasper sedang bekerja ekstra sekarang.

“Mas Tala kok kasar, sama anak cebong!” Aku berseru.

“Orang berbahaya kayak dia itu gak pantes dipanggil anak cebong.”

“Jasper itu cute.”

Tala melipat tangan di depan dada. Aku bisa melihat hidungnya kembang kempis. “Mas Tala sama Jasper lebih cute siapa?”

Hah?

Apa?

Kenapa pertanyaannya jadi aneh?

Tala mirip anak kecil yang sedang merajuk.

“Jelas saya,” ujar Jasper.

“Kalau masalah cute, jelas Jasper lebih cute dari Mas Tala.”

Yes, one point. You lost Ekadanta,” Jasper bersorak.

Tala cemberut. Dia akan mematikan sambungan telepon itu tapi berhenti sewaktu aku berkata lagi, “Tapi kalau pertanyaannya diganti gantengan siapa ya jelas Mas Tala lah.”

Tala tersenyum malu-malu. “Ganteng sama cute itu memang beda kasta. Ganteng itu tingkatannya lebih tinggi dari cute,” racau Tala menjelaskan kepada Jasper.

Mana ada yang seperti itu?” Jasper tidak terima. “Harus ada uji kuantitatif dan kualitatif untuk memperkuat teori Tuan Muda,” sambungnya.

“Tidak perlu diuji karena itu kenyataan―“

“―Itu namanya pemaksaan. Teori ngawur. Monyet jug bisa kalau cuma gitu.”

“Mana ada monyet bisa berteori. Aku belum pernah tahu.”

Tuan Muda pengetahuannya dangkal.”

“Iya, kamu aja yang tahu bahasa monyet karena satu spesies sama mereka bla bla bla ....”

Lalu mereka terus berdebat mempermasalahkan siapa yang lebih unggul satu sama lain sampai asal mula monyet dari mana. Tala bahkan tidak sadar saat aku sudah kembali ke kamar untuk leha-leha lalu ketiduran lagi. Heran, mereka telpon-telponan sudah kayak pacar yang lagi berantem aja. Lama banget.

-

Felicia’s Instagram Update

nabastale, lucaslim, jaspertidakuper, narahartadi, javaschatu, theobeabeobeabeo, dan 14.234 lainnya menyukainya ....

Lizzyadairlim ciee yang awalnya ngambek karena diminta salim-saliman sama anak cebong, akhirnya bisa senyum dikit. Gantengnya suamiku.

Lihat 1.345 komentar lainnya ....

Lucaslim cihui sudah baikan. Gak jadi cerai. Gak jadi pusing harus menafkahi adik durhaka.

Lizzyadairlim mulutnya Bang Lucas rasanya pengen aku silet-silet lucaslim.

Jaspertidakuper Odading Mang Oleh, hmmmm rasanya ....

Javaschatu seperti Anda menjadi Iron Man

Theobeabeobeabeo Belilah Odading Mang Oleh di dieu. Karena lamun teu ngadahar Odading Mang Oleh. Maneh teu gaul jeung aing Lain balad aing goblog. Ikan hiu makan tomat. Goblog lamun teu ka dieu. Odading Mang Oleh ....

Wiradyasta Rasannya anjing banget.

Lizzyadairlim goblog wkwwkkwkw Jaspertidakuper Javaschatu Theobeabeobeabeo Wiraadyasta.

Ariadnarkadewi gimana bulan madunya enak nggak?

Lizzyadairlim enak, ada sakit-sakitnya.

Theobeabeobeabeo wah gilak ini ada sakit-sakitnya dia bilang. Bos pelan-pelan bos nabastalae.

AdikgemasSelaluInginTahu diapain aja kak sama dokter Tala kok sampe sakit?

NetijenKepo Main dokter-dokteran juga enggak?

Nabastala’s Instagram Update.

Lizzyadairlim, lucaslim, jaspertidakuper, narahartadi, javaschatu, theobeabeobeabeo, dan 1.342 lainnya menyukainya ....

Nabastalae She is prettier than any scenery that she  painted.

Lihat 345 komentar lainnya ....

Lizzyadairlim jadi maksudnya lukisan aku jelek gitu?

Nabastalae Iyaa weekk😝

ArunaEkadanta Keajaiban dunia Nabastala bisa mengeluarkan emoticon melet-melet.

Lucaslim mungkin karena kebiasaan mainan lidah sama lizzyadairlim jadi Tala suka melet sekarang.

Nabastalae komentar kalian ada yang lebih bermutu gak? Arunaekadanta lucaslim.

Jaspertidakuper Prettier than anything.

Lucaslim memang susah ya baperin istri orang jaspertidakuper.

Lizzyadairlim idih jahat nabastalae untung sayang.

Nabastalae Untung ganteng apa untung sayang?

Lizzyadairlim Dua-duanya, sayangnya akuuu nabastalae hihihi.

Nabastalae jangan lupa makan ya Felicia.

Lucaslim mesra-mesraan terooooos gak kenal yang namanya chat WA boss? Nabastalae

JasaPacarFakeOnline ngerasa iri dengki sama orang yang lagi pacaran? Sedih karena gak ada yang chat nanyain uda makan atau belum? Gak ada yang merhatiin dan manggil sayang? Kami lah solusinya JasaPacarFakeOnline, menyediakan layanan teman chat sesuai keinginan Anda. Anda tidak akan merasa sendiri lagi karena ada teman chat pura-pura yang bisa Anda minta untuk bilang sayang dan nanyain kabar. Yuk diorder!~ 10 pelanggan pertama bonus emot cium 😘

Inibeneranbunda Saya mau order dong JasaPacarFakeOnline buat anak saya lucaslim. Dia suka ngobrol sama cicak cicak di dinding tiap malam. Bunda jadi takut.

Lucaslim Bunda nggak usah pesen gituan Lucas malu Bun ketahuan curhat sama cicak inibeneranbunda

Lucaslin cek dm bos gue kirim bukti transfer JasaPacarFakeOnline

Lizzyadairlim ngakak anjim wkwkwk sampe dipesenin bunda jasa pacar online.

Theobeabeobeabeo eh si anjing order beneran lu lucaslim?

-

an. Lama ya nggak update hehehehe. Terima kasih yang sudah menunggu dengan sabar. Semoga part selanjutnya bisa lekas up. Sampai jumpa ya, aku menunggu vote beserta komentarnya~

P.s: untuk info cerita dan bocoran dikit-dikit bisa follow akun twitter dan instagram twelveblossom.

Continue Reading

You'll Also Like

213K 19.6K 35
"Peperangan diantara para belalang adalah pesta bagi kelompok burung gagak." Kematian anggota klub renang bernama Danu yang dinyatakan polisi sebagai...
KANAGARA [END] By isma_rh

Mystery / Thriller

7.3M 538K 93
[Telah Terbit di Penerbit Galaxy Media] "Dia berdarah, lo mati." Cerita tawuran antar geng murid SMA satu tahun lalu sempat beredar hingga gempar, me...
17.9K 1.4K 21
~Bayangan Mafia di Balik Kerudung~ Semua bermula ketika seorang pria tampan yang terluka di sekujur tubuhnya, di temukan tidak berdaya di belakang...
6.2M 481K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...