My Mysterious Dosgan : Dosen...

By NengKarisma

70.7K 6.2K 296

Seri Mental Disorder Story ke-1 (Afka & Aruna) ⚠️ Budayakan follow Author sebelum membaca ⚠️ πŸ€πŸ€ Aruna Green... More

Prolog
Kosan +62
Perkara Duit Kos
Malam Jum'at
Bakos = Bapak Kos
Badmood
Mr. Evill
Gembel Cinta
Menyebalkan
Dekat
Pacaran
Cupang
Keluarga Pacar
Ajakan Hangout
Cemburu
Stay With Me
Bertahan
Putus
Puncak Rasa Sakit
Mantan
Mantan (Lagi)
Cabe-Cabean
Menyelesaikan masalah
Bukan Sekedar Halusinasi
Ajakan Berkomitmen
Go Publick
Perkara Cincin
Bahagia
Suprise
Kecewa
Kegagalan
Tidak Baik-Baik Saja
Simpati
Melarikan diri
Faktanya
Sakit
Perhatian
Kesempatan kedua
Visual
Memungut Restu
Sentuhan Akhir Cerita
VC
Janji Suci
Epilog
Penting Dibaca ⁉️

Hamil

1.6K 103 4
By NengKarisma

Typo masih bertebaran!!

"Terkadang, seseorang bisa gila hanya karena cinta."-Aruña Greenidia Chemistriyani

****

"Kenapa?"

"Ngak tahu!"

"Kamu demam?"

"E-enggak kok, memangnya kenapa?"

"Muka kamu merah!"

Blush

"Kenapa pipimu semakin merah. Kamu demam?" Bingung Afka, kemudian dia tertawa kecil. "Kamu malu?"

Aku memukul dada bidangnya pelan. Sudah tahu malu, kenapa juga harus ditanya coba.

"Tau ah, kesell!" Ketusku.

"Lihat sini coba?" Afka menyentuh daguku pelan, membuat wajah ketusku mendongrak agar menatapnya langsung.

"Maaf, tadi saya tidak minta izin."

Alisku menyerngit mendengar ucapakanya.

"Untuk apa?"

"I kissed your lips." Eh, apa-apaan coba.

"Kamu blushing." Kekehnya kecil.

"Terus ngatain!" Kesalku.

"Iya maaf." Ujar Afka tulus, sambil menatapku penuh senyum.

"Kamu harus biasa Aruna. Itu, menjadi salah satu penawar untuk saya selain pelukan kamu."

Afka tersenyum tipis lagi, aku menatapnya dengan seksama. Dilihat lihat dari dekat begini, kalau di perhatikan dià semakin tampan saat tertawa.

"Apa, mau lagi?" Ucapnya ambigu, membuatku menatapnya bingung.

"Ini." Ujarnya sambil menyentuh bibirku yang tadi bekas tawanannya.

"Apaan sih?" Ketusku sambil menubruk dada bidangnya. Menyembunyikan wajahku yang pasti sudah seperti tomah merah matang, saking malunya.

"Saya senang kamu seperti ini Aruna." Ungkapnya.

"Saya harap kami bisa bertahan selamanya disisi saya."

Diam diam aku mengiyakan ucapanya di dalam hati. Akupun inginkan begitu, ingin bìsa menyembuhkan ketakutannya. Ingin menjadi penawarnya agar dia bisa kembali hidup normal. Karena aku sudah terlalu jauh jatuh kedalam pesonanya. Aku jatuh cinta, iya. Aku sangat mencintainya hingga tekadku makin kuat untuk membantunya sembuh dari gangguan kecemasannya.

🏡🏡🏡

"Apa?"

"Kenapa dia ada disini?"

"Apa salahnya, dia calon istriku!"

"Kamu bercanda?"

"Saya serius. Kami akan tetap menikah!"

"Setelah semua yang kita lalui bersama? Malam itu--"

"Please, Aleena. Tolong mengertilah posisi saya. Saya cuma menganggap kamu sebagai seorang adik, tidak lebih. Terlepas dari jasa jasamu selama ini, saya tidak memungkiri jika itu cukup membantu."

"Ngak! Kamu ngak bisa gitu sama aku?!"

Sayup sayup aku bisa mendengar suara percakap alot yang cukup nyaring. Saat membuka mata, aku baru ingat jika terakhir kali aku tertidur di bed milik Afka. Bersama dengan si empunya, tetapi sekarang dia dimana?

Saat aku menoleh kesamping, sosok yang tadi memberiku kenyamanan lewat dekapannya tidak ada. Aku merasakan kehilangan, tentu saja. Kualihkan pandanganku keseluruh ruangan, namun tetap nihil. Afka tidak ada disini saat ini.

"Ngak, pokoknya kamu harus tanggung jawab!"

"Are you insane, Aleena? Kamu tahu sendiri kita tidak pernah begitu."

"Tapi kamu, hiks..."

Sayup sayup aku mulai bisa mendengar suara tangisan diantara cekcok tersebut. Kedua suara itu familiar di telingaku. Suara Afka yang tegas dan suara lantang--Aleena.
Perasaanku mulai tidak karuan, untuk apa wanita itu datang kesini.

Dengan segera aku beranjak, turun dari bad dengan tergesa-gesa. Mereka sedang cekcok di luar sana. Aku bisa mendengarnya dengan jelas sekarang. Hari sudah malam, hujan pun nampaknya sudah mulai reda. Menyisakan udara dingin yang kini masih melanda.

"Tapi aku hamil anak kamu!"

"Siapa yang hamil?" Tanyaku to the point saat berhasil menemukan mereka.

Keduanya nampak beralih menatapku. Bisa kulihat jejak keterkejutan yang besar di wajah keduanya.

"Siapa yang hamil mas?"

"Aruna, saya hamil anak--"

"Dia berbicara omong kosong Aruna!" Sela Afka menggebu-gebu.

Bisa kulihat jika dirinya marah, namun entah kenapa. Yang jelas wajahnya merah padam, menahan amarah.

"Saya tidak pernah melakukan itu Aleena. Jangan asal bicara kamu!" Bantah Afka kekeuh.

Jadi Aleena tengah hamil? Apa lagi ini? Mereka cekcok hanya karena bayi yang tengah di kandung oleh wanita itu. Bayi yang Aleena minta pertanggung jawabanya kepada Afka, selaku--Ayah bayinya kah?

"J--adi Aleena hamil?" Monologku kecil.

"Kamu hamil?" Ulangku bertanya pada Aleena.

Wanita itu mengangguk samar. Wajah sembab, matanya masih fokus menatap ke arahku. Tanganya bergerak canggung mengusap perut datarnya. Aku mencoba menenangkan segala spekulasi buruk yang mulai bermunculan. Cekcok antara keduanya nyatanya sudah mengundang banyak perhatian. Terutama para penunggu pasien yang ada di sekitar.

"Pokoknya aku menuntut pertanggung jawab dari kamu!"

"Kamu gila?! Itu bukan anaķku." Balas Afka tidak terima.

Denyutan nyeri mulai menghantam kepalaku, ketika mendengarkan cekcok keduanya.

"Masuk, kita bicara baik-baik di dalam." Ujarku setenang mungkin.

Mereka awalnya menolak, namun dengan sedikit paksaan akhirnya aku bisa membuat keduanya menurut. Aku juga sempat meminta maaf, karena kebisingan yang mereka ciptakan. Ini rumah sakit, dilarang membuat kebisingan apalagi huru-hara.

"Jadi, apa inti dari masalah kalian?"

Aleena nampak angkat muka, lalu berbicara.

"Seminggu sebelum hari pernikahanmu dengan Afka dimulai, kami melakukan itu tanpa pengaman. Dan hasilnya, aku hamil bayi Afka sekarang."

"Sudah berapa ĺama?"

"Aruna, dia berbohong--"

"Aku sedang bertanya mas." Selaku.

"Kehamilanmu, sudah berapa lama?"

"Tiga minggu." Jawab Aleena.

Sebisa mungkin aku bersikap tenang, walaupun hatiku meronta ronta. Mana ada wanita yang terima jika pria yang di cintainya menghamili wanita lain, termasuk juga diriku!

"Kamu sudah chek?"

"Iya. Dan aku yakin ini adalah anak Afka."

"Jaga bicaramu. Kita tidak pernah melakukan hal berdosa itu." Emosi Afka.

"Tapi Afka, aku hanya melakukan itu denganmu. Jadi--"

"Tiga minggu, usia kehamilanmu tiga minggu bukan?"

"Iya. Kenapa?"

"Tiga minggu, apa tidak salah?" Ulangku.

"Hari ini tepat dua minggu dari batalnya pernikahanku, yang berarti tiga minggu setelah kamu melakukan itu bersama Afka sesuai perkataanmu. Apa itu mungkin? Jika janinmu berusia 3 minggu, kemungkinan kamu sudah berhubungan badan bukan seminggu sebelum pernikahanku bukan? "

Aku bisa melihat raut penuh keterkejutan dari wajah Aleena. Wajah sembabnya nampak tengah berpikir keras.

"You lie?" Tebakku.

"Tidak. Ini benar anak Afka!" Kekeuhnya.

"Jika kamu tetap ngotot, kita bisa tes DNA agar mengetahui siapa ayah biologis dari bayimu nanti."

"Aruna--"

"Ppsstt, aku sedang bicara mas." Selaku.

"Bagaimana? Bisa?" Ujarku.

"T--entu, aku siap untuk tes DNA jika anak ini lahir."

"Kenapa harus menunggu sampai lahir, sekarang peralatan medis sudah canggih dàn memadai. USG bisa dilakukan jika kandungan sudah lebih dari 7 minggu. Tes DNA juga dilakukan sejak dini, kita bisa konsultasi dengan dokter kandungan jika kamu ragu."

"I--itu akan membahayakan janin yang aku kandung."

"Kalau itu masalahnya, kita bisa tes DNA di negara sebalah jika kamù mau. Fasilitasnya memadai, tenaga medisnya juga profesional. Kamu dan bayimu pasti akan terjamin keselamatanya." Ungkapku tak gentar.

"Tapi ya, di dalam negeri pun banyak rumah sakit yang tak kalah bagus dan memadai."

Aku menatap Aleena sambil tersenyum tipis. Sedangkan Afka, dia menatapku dengan penuh pertanyaan. Dia tidak tahu skill terpendamku ternyata?

"Bagaimana Aleena, kamu setuju?"

"Lupakan. Aku tidak sudi menyakiti bayiku." Ujarnya sambil beranjak pergi begitu saja.

"Aleena tunggu, tes DNA nya bagaimana?" Panggilku dibuat buat.

"Aleena, pertanggung jawabanya tidak jadi kah?" Imbuhku sambil tersenyum simpul.

Aku berbalik, menatap Afka yang juga twngah menatapku.

"Mas kenapa?" Tanyaku.

Dia masih menatapku penuh minat. Tidak ada satupun kalimat yang terucap dari bibir kissable-nya. Hanya saja, detik berikutnya tangan kekarnya bergerak meraih tengkuk belakangku. Menjatuhkan ciuman basah tepat di bibir yang membuatku terkaget-kaget.

"Kamu percaya kepadaku?" Tanyanya setelah pangutan kami terlepas.

Aku mengangguk sebagai jawaban. Dia masih menatapku intens, tanpa berniat sedikitpun untuk berpaling.

"Terimakasih."

"Untuk?" Bingungku.

"Kepercayaanmu."

"Hm, kalau mas bohong lagi itu resiko mas sendiri. Dosa di tanggung mas." Ujarku yang langsung membuatnya tersenyum tipis.

Dari gelagat Aleena tadi, aku bisa menebak jika dia hanya bersandiwara. Ucapanya sarat akan paksaan yang meyakinkan. Dia juga sesekali terlihat gugup sendiri. Terasa begitu ganjil, ketika ia mengatakan tengah hamil anak Afka. Jadi bisa aku simpulkan, dia tengah berdusta dibalik drama yang dibuatnya.

Ya, mungkin tuhan memberikan kepekaan lebih kepadaku setelah belajar dari kejadian kejadian yang lalu. Setidaknya dengan tenang dan kepala dingin, semua masalah masih bisa ditindaklanjuti tanpa harus cekcok. Semuanya bisa diatasi jika kita teliti akan strategi musuh suatu saat nanti.

"Saya mencintai kamu Aruna, sangat." Aku tersenyum tipis.

Kedua pipiku pasti sudah merah seperti tomat saat ini. Entah kenapa pula, Afka jadi gamblang sekali soal perasaanya kini.

"Iya, aku tahu."

"Tapi saya masih ingin membuktikannya Aruna."

"Caranya?"

"Menikahlah denganku, Aruna. Kali ini benar benar akan terjandi."

"Baik." Jawabku yang langsung membuatnya tersenyum senang.

"Tapi, kamu harus memungut restu orang tuaku yang telah kamu sia-siakan."

Karena pada dasarnya, hati orang tua yang telah di kecewakan biasanya butuh proses untuk bisa menerima kembali. Ketika hati mereka tergores, restu mereka disia-siakan, maka akan ada tantangan berikutnya yang lebih berat untuk meraih restunya kembali.

****

TBC

Jangan lupa kritik/komentarnya untuk membantu koreksi typo. Saran juga boleh 🖐🖑
Jangan lupa mampir ke 'My Mysterious Wife'
Spin off dari My Mysterious Bakos

Sukabumi 04 Sept 2020
Revisi 11 Januari 2021

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 107K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
143K 8.7K 29
Menikah dengan seseorang yang berbeda usia bukanlah hal yang mudah. Apalagi, bagi seorang gadis berusia 19 tahun yang masih sering melibatkan orang t...
280K 3.9K 5
18+ Selama ini Anitta Gladisa Putri, hanya diam diperlakuan kasar oleh ayahnya agar ibunya tidak mendapatakan perlakuan kasar juga dan Anitta selalu...
3.5M 253K 30
Rajen dan Abel bersepakat untuk merahasiakan status pernikahan dari semua orang. *** Selama dua bulan menikah, Rajen dan Abel berhasil mengelabui sem...