PLAYING BY THE FATE | Dramion...

By Mountaztaz

101K 7.3K 1.2K

Draco berusaha keras untuk mempertahankan Hermione agar tetap disisinya, apakah Lucius dan Narcissa akan ikut... More

Bab 1 - Head Boy and Head Girl
Bab 2 - Falling in Love
Bab 3 - Friendship Zone
Bab 4 - When Slytherin makes woo
Bab 5 - Hurtful Truth
Bab 6 - Stay
Bab 7 - Slytherin Princess
Bab 8 - Magic Three Word
Bab 9 - Stealing the Moment
Bab 10 - I Wish....
Bab 11 - When The Party is Over
Bab 12 - Walk Out
Bab 13 - Slytherin Charms
Bab 14 - Together Again
Bab 15 - The Proposal
Bab 16 - Malfoy's Wedding
Bab 17 - Malfoy Heirs
Bab 18 - Death Eaters Curse
Bab 20 - Newborn Baby
Bab 21 - EPILOG : What Malfoy wants then Malfoy gets

Bab 19 - Malfoy Dark Secret

3.6K 268 55
By Mountaztaz

PLAYING BY THE FATE

.

.

At Malfoy Corp Building...


"Good day, Mrs Malfoy" sapa Isobel "Anda membawa Mr. Malfoy Junior" seketaris kedua Draco itu memandang Scorpius yang sedang berdiri di samping ibunya.

"Panggil aku Scorpius saja, Miss" jawab Scorpius.

"Baiklah. Mr. Scorpius. Anda akan menemui Mr. Malfoy?" tanya Isobel pada Hermione.

"Dia ada di tempat?"

"Mr. Malfoy sedang di bagian akunting, kurasa. Menunggu saja di dalam Mrs. Malfoy, aku akan membuatkan teh. Now, Mr. Scorpius anda ingin minum apa?"

"Coklat Panas, kalau ada dan kalau tidak merepotkan"

"Tentunya tidak Mr. Scorpius. Anak anda sangat adorable Nyonya"

"Terima kasih, Isobel. Tolong panggilkan Mr. Malfoy, kurasa aku tak akan lama"

"Baik Nyonya" wanita jangkung kurus berkacamata kucing itu membukakan pintu kantor Draco dam mempersilahkan keluarga boss-nya masuk, kemudian ia berlalu untuk membuatkan minuman.

Scorpius tampak antusias melihat kantor ayahnya, dia hanya sesekali pergi ke kantor Draco, itupun kalau diajak Hermione atau Narcissa.

"My man, kau mau menunggu di dalam?"

Scorpius mengangguk.

"Mom"

"Yes my man"

"Akunting itu apa?"

Hermione tersenyum.

Scorpius memang selalu bertanya hal-hal yang dia tidak mengerti, sebagai anak ia tampaknya sudah menjadi kebanggaan Hermione.

Scorpius sangat menyukai buku, sewaktu kecil ia membuat lelah Hermione dan Draco, dia memaksa agar orang tuanya membacakan cerita sebelum tidur.

Scorpius menolak cerita anak-anak, dia lebih suka dibacakan buku tentang biografi dan sejarah.

Bahkan Draco sempat meledek bahwa Scorpius sudah hafal sejarah Hogwarts sejak dia masih bayi dan tidak perlu mengambil kelas sejarah di Hogwarts nantinya.

Scorpius sangat persis Hermione dalam hal haus akan ilmu pengetahuan tapi sangat persis Draco dalam hal pendiam dan kepemimpinan.

Scorpius juga sangat sopan bila menyapa orang-orang, dalam hal ini Hermione sangat berterima kasih pada Narcissa karena mengajarkan cucunya etika.

"Mom, apa Dad memimpin semua yang ada di gedung ini?"

"Mom, itu grafik untuk apa?"

"Mom, kenapa di papan itu ada tulisan Target Pemasaran?"

"Mom, bisakah kau ajarkan aku menggunakan komputer?"

Katakanlah, untuk ukuran anak 5 tahun—ia menakjubkan.

Draco muncul setelah 20 menit mereka menunggu, agaknya Draco terburu-buru menemui mereka karena nafasnya terlihat sedikit tersengal-sengal.

"Love, tumben kau kemari" Draco mencium pipi istrinya "Hai, little man. Kau tampak sibuk?" Draco memperhatikan Scorpius yang tengah membuka-buka buku manajemen yang ada di meja kantor Draco.

"Dad, manajemen itu apa?" tanyanya

Hermione memutar bola matanya. Draco menyeringai melihat tingkah putranya.

"Tampaknya Scorpius harus mengikuti pelatihan dasar di kantormu, Draco. Ia kerap bertanya akunting apa, pemasaran apa, grafik itu apa?" keluh Hermione.

"Scorpius memang anakku, dia kelak yang akan kuwarisi perusahaan ini, See, Hermione—bahkan aku tak perlu memaksa dia untuk duduk di kursi ini" kata Draco bangga.

"Anyway, aku datang ingin menanyakan apa kau perlu jas baru atau dasi baru? Aku akan pergi ke Mayfair bersama Scorpius—badannya tumbuh besar dan tampaknya memerlukan pakaian baru. Besok kita akan pergi menjemput ayahmu"

"Aku akan menemanimu kalau begitu"

"Kau tidak sibuk?"

"Pekerjaanku akan diambil alih Mr. Johnson untuk sementara—tenang saja"

"Baiklah. Scorpius kau mau menghabiskan coklatmu dulu atau kita pergi sekarang?" tanya Hermione.

Scorpius menyimpan buku yang tengah dibacanya.

"Let's go little man, kita akan naik mobil. Kau mau pilih naik mobil apa? Daddy-mu ini punya banyak mobil bagus di London"

"Aku pilih mobil Daddy yang di depannya ada patung kuda kecil"

"Ferrari kalau begitu. Mau belajar mengemudi little man?"

"Draco...jangan berlebihan dan jangan mengajarkan anak kita sombong"

"Well, love. Aku tidak mengajarkan anak kita sombong, aku hanya mengatakan bahwa kita punya lebih banyak galleon dibanding orang lain. Jadi dia tahu bahwa dia keturunan orang kaya"

"Sama saja" ketus Hermione.

"Come little man. You have to know that you're rich and wealthy. Jadi tidak boleh ada orang yang meremehkanmu. Mereka menghormatimu karena kau kaya raya dan powerful, karena kau seorang Malfoy, Son. Understood?" Draco menuntun anaknya keluar dengan bangga.

"Yes Dad"

"But you have stay humble, my Son. Jangan suka menghina dan menyombongkan diri, mengerti"

"Yes Mom"

Draco dengan segala ke-aroganannya dan Hermione dengan segala kerendahan hatinya.

Semoga Scorpius mengerti—yah, semoga.


.

.

.


Hari ini merupakan hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh keluarga Malfoy.

Narcissa telah menggunakan pakaian terbaiknya, bibirnya bergetar menahan luapan gembira.

Hari ini Lucius dibebaskan setelah dihukum penjara selama 10 tahun penjara di Azkaban.

Narcissa telah mengenggam tas yang berisi pakaian terbaik Lucius.

Draco tengah mengendong Cassie, Hermione dengan perut buncitnya memegang tangan Scorpius, mereka tiba 10 menit di ruangan wizengamot sebelum waktunya Lucius dibebaskan.

Narcissa menyerahkan tasnya kepada salah satu auror, agar Lucius dapat mengganti pakaian tahanan Azkaban dengan pakaian baru yang dibawa Narcissa.

"Dad, apakah aku akan bertemu dengan grandpa?" tanya Scorpius.

"Panggil dia Grandfather, little man" jawab Draco. Scorpius mengangguk.

"Dada...glandpatel" sela Cassie.

"Yes, munchkin" Draco mencium pipi gembil putrinya.

Dan beberapa menit kemudian Lucius Malfoy muncul diapit oleh 2 auror disamping kiri kanannya.

Lucius tampak lebih kurus, rambut platina panjangnya sedikit berantakan, matanya cekung namun tetap tampan dan kharismatik dengan garis wajah angkuh aristokrat. Pakaian yang diberikan Narcissa membuat ia memang seorang Lucius Malfoy.

Narcissa segera memeluk suaminya erat, pelukan penuh kerinduan dan kasih sayang.

"Oh..Lucius. I miss you so much, we are all miss you" Narcissa tak kuasa menahan tangisnya.

Lucius membalas pelukan Narcissa dengan kaku, baginya interaksi penuh kekeluargaan ini masih terasa canggung "Cissy..." ucap Lucius pelan.

"Father" Draco maju memeluk ayahnya—kaku, setelah Narcissa melepaskan pelukannya.

Cassie terjepit antara Draco dan Lucius.

"Son..." Lucius menepuk pelan pundak Draco.

"...Glandpatel?" Cassie menyapa Lucius dengan mata bulat binggungnya.

"Yes sweet heart, say hello to grandfather" Draco memegang tangan Cassie dan menyorongkan ke arah Lucius.

Cassie merasa asing dengan laki-laki yang sedang tersenyum tipis itu sehingga ia menolak untuk bersalaman dengan Lucius.

"Ahh..ia masih belum mengenalmu, Lucius" tukas Narcissa.

"And who are this little man here?" Lucius bertanya seraya setengah berjongkok kala Scorpius maju di hadapan Lucius.

"My name is Scorpius Hyperion Malfoy, grandfather" jawabnya lugas mata bulat abu persis mata seorang Malfoy menatap tanpa ragu pada kakeknya.

"He's absolutely Malfoy" Lucius tersenyum lebar dari biasanya, mirip seringaian. Lalu ia mengacak kepala Scorpius dan berdiri memandang Hermione dengan ekspresi yang tak terbaca oleh Hermione—datar, dingin, dan binggung.

Hermione hanya tersenyum kaku, tidak tahu harus memanggil apa pada ayah mertuanya itu. Berhubung di masa lalunya interaksi mereka kurang baik dan jauh dari kata akrab.

"Mrs. Malfoy, I guess. Gladly to see you here" ucap Lucius tulus, tersenyum tipis sambil memandang perut Hermione yang buncit. "Call me Lucius" angguknya.

"Lucius" jawab Hermione "Call me Hermione" lanjutnya.

Lucius mengangguk hormat.

Narcissa mengenggam tangan Lucius dan tersenyum lebar mengangguk-angguk penuh arti.

Mereka seperti merahasiakan sesuatu.

"Thank you, milady. Thank you" kata Lucius membalas erat genggaman tangan Narcissa dan mengecup cepat pipi istrinya.

"Shall we going home?" putus Draco.

"To the Manor, Son" jawab Narcissa, mengandeng lengan Lucius dan menyenderkan kepalanya di lengan tersebut, rapat—tak mau lepas.

"Kita tidak bisa ber-apparate, Father. Karena Hermione sedang hamil"

"Jadi kita akan pulang menggunakan apa?" tanya Lucius binggung.

"Using Dad's car" tukas Scorpius.

"Mobil? Mobil muggle?" tanya Lucius mengernyitkan hidungnya.

"Oh, Lucius. You're gonna like it. Let'go son, show your Father your fancy car" Narcissa tersenyum geli.

Lucius harus banyak belajar menerima perubahan, tak banyak memang. Tapi kecanggihan teknologi muggle digabungkan dengan dunia sihir membuat segalanya jadi luar biasa.

.

.

xxxxxxxxxxxxxxxxx

.

.

Beberapa hari kemudian...

.

"Katakan Narcissa bagaimana kau mewujudkan harapan kita? Aku tak sabar mendengarnya" pinta Lucius setelah makan malam berakhir.

Mereka duduk berdua di sofa tunggal depan perapian di ruang kerja kedua, karena kini ruang kerja utama diberikan kepada Draco selaku kepala keluarga Malfoy.

"Sabarlah" sela Narcissa, lalu dia menuangkan teh hijau ke cangkir Lucius dan cangkirnya, Narcissa menyerahkan cangkir teh ke Lucius kemudian memandang Lucius dengan senyuman lebar.

"Jangan membuatku penasaran, Cissy. Aku sudah menunggu beberapa hari"

Narcissa hanya tersenyum menenangkan.

"Oh..Lucius, aku berusaha keras mewujudkan semua ini dengan segala keyakinan mendalam. Aku pernah mengatakan padamu bahwa aku bertemu dengan Sybill Trelawney di Knockturn Alley—kasihan wanita malang itu, sedikit gila dan ketakutan. Dia menarik jubahku dan berkata—bahwa Malfoy akan sangat disegani dan tak akan terkalahkan jika menikah dengan muggleborn yang lahir pada bulan September dan dia akan jadi penguasa kementerian"

"Kau berpikir jika itu pasti mengenai Draco dan Hermione"

"Kau sempat sangat tak percaya waktu itu dan sebenarnya aku juga sangsi—jikalau Trelawney asal bicara. Tapi kau kan tahu aku menyelidikinya. Dan muggleborn yang lahir bulan September adalah Hermione Granger—kepintaran dan kecakapannya membuatku yakin bahwa dia akan mempunyai karier cemerlang dimanapun"

"Tapi masalah muncul karena sejak lama karena aku telah mengadakan perjanjian perjodohan dengan Albert Greengrass"

"Perjanjian bodoh Pureblood Society. Aku tidak pernah menyukainya—kau ceroboh sekali Lucius" protes Narcissa.

"Lanjutkan..." pinta Lucius sambil menyesap tehnya. Enggan menanggapi protesan istrinya.

"Lalu aku berusaha mengirim surat khusus meminta kepada Dumbledore untuk menjadikan Draco sebagai Ketua Murid berdampingan dengan Hermione Granger. Aku beralasan bahwa Draco perlu diberi kesempatan kedua untuk menebus kesalahannya. Alangkah senangnya aku saat mendengar kabar bahwa memang anak kita dan Hermione yang menjadi pasangan Ketua Murid. Aku ingin Draco dan Hermione mengenal satu sama lain"

"Hhmm....Padahal mereka bermusuhan sejak awal tahun ajaran, mereka membenci satu sama lain"

"Sebenarnya tidak Lucius—anak kita mengagumi Hermione. Malfoy selalu menyukai sesuatu yang superior dan yang terbaik. Kepintaran Hermione yang dia kagumi karena dia mendapatkan lawan yang seimbang. Kau pikir apa alasan Draco berambisi menjadi seeker Slytherin di tahun kedua dan membuatmu harus membelikan satu tim quidditch Slytherin sapu terbang?"

"Karena ia ingin menyaingi Potter"

"Preciously"

"Draco bersaing dengan Potter karena kepopuleran dan Our Hermione dengan akademisnya"

"Sayangnya karena kita selalu mendoktrin dia bahwa muggleborn dan halfblood itu adalah level rendahan, terutama kau—" rajuk Narcissa.

"Maafkan aku, tapi kita terlahir dan terbentuk seperti itu. Doktrin yang bodoh"

"Kau yang membentuk dan mendidiknya. Aku tidak sepakat denganmu waktu itu—kau ingat"

"Ya. Pureblood Society dan Voldemort sangat mempengaruhi aku" sesal Lucius.

"Ah sudahlah. Untunglah Dark Lord-mu itu sudah mati"

Lucius memandang istrinya dengan ekspresi meminta maaf dan penuh penyesalan. Kepengecutannya membuat dia harus menyeret Narcissa dan Draco ke jalan kegelapan.

Narcissa selalu mempunyai jalan pikiran yang berbeda dengannya tapi ia sangat mencintai Lucius sehingga berusaha mengikuti kemauan suaminya walaupun bertentangan dengan kata hatinya.

"Lalu bagaimana hubungan mereka berlanjut?"

"Entahlah, semua berjalan dengan alami dan sesuai harapanku. Anak kita mulai menyukainya sebagai seorang gadis, dan kupikir tak seorangpun yang menolak pesona seorang Malfoy"

"Kau harus berterima kasih atas darah veela-ku" ujar Lucius dengan senyum angkuhnya.

"Jangan sombong, husband. Hermione bukan seperti wanita kebanyakan yang mudah begitu saja jatuh cinta dengan nama besar Malfoy. Anak kita sangat berusaha keras mendapatkannya. Dengan bantuan dorongan aku tentunya"

"Dan apa yang kau lakukan?"

"Aku mendekatinya secara persuasif agar tidak terlalu 'kelihatan'—kau tahu maksudku. Aku memberi kepercayaan pada mereka bahwa aku mendukung hubungan mereka"

"Ya. Aku mengerti, mulut manismu yang selalu membuatku terbuai" kekeh Lucius. "Lalu rencana pernikahan dengan Greengrass?"

"Draco tetap menikahi Greengrass dan membuat Hermione tidak meninggalkannya"

"Seriously?"

"Sudah kubilang, siapa yang tidak akan terpesona dengan sikap dan cara seorang Malfoy? Ditambah—aku memohon kepada Hermione untuk tidak meninggalkannya. Rupanya gadis itu sudah sangat jatuh cinta dengan Draco kita, sehingga ia tidak sanggup meninggalkan Draco walaupun Draco sudah menikah"

Lucius tak bisa menyembunyikan senyum bangganya "Our Son have a misstress?"

"Sort off—tak mudah bagi seorang Hermione Granger bersedia menjadi selingkuhan putra kita. Ahh...kisah romantis mereka memang menarik" Narcissa mengerling menggoda Lucius.

"Tapi bagaimana caranya mereka bisa menikah?—sementara penjanjian itu melarang Draco menikahi wanita lain dan Astoria harus melahirkan anak dari Draco"

"Astoria meninggal dan anak itu lahir tapi tak bertahan hidup"

Lucius membelalakkan matanya memandang Narcissa dengan pandangan curiga "Cissy, apa kau melakukan sesuatu?"

Narcissa menghela nafas berat, ekspresinya menunjukkan rasa bersalah yang besar.

"Maafkan aku dan aku sangat prihatin dengan nasib malang Astoria. Tapi aku sangat percaya ramalan itu. Dan juga ditambah desas desus tak menggenakan dari Pureblood Society—kau tahu? Mengenai death-eater-curse"

"Jadi death-eater-curse itu benar adanya?"

Narcissa mengangguk sedih dan tampak marah.

"Draco bercerita padaku, ternyata berita itu benar Lucius. Harry dan Hermione yang akhirnya menganalisa datanya—secara sembunyi sembunyi. Dalam kasus ini hanya Draco yang sempat menghamili Astoria karena pengaruh sihir ward anggota orde—Hermione menularkan pelindung ward dari tubuhnya kepada Draco melalui hubungan sex. Nasib baik beruntung pada kita, Lucius. Dua kutukan sekaligus patah karena pengaruh menantu kita" Narcissa mengambil jeda.

"Tahukah kau saat aku mengetahui Astoria hamil—aku sempat ragu dengan adanya kutukan Pelahap Maut itu. Tapi kemudian bayi itu meninggal dalam kandungan Astoria. Setelah mendengar cerita Draco dan akhirnya aku mengambil kesimpulan bahwa kutukan itu bukan omong kosong. Dan tahukah kau bahwa Theodore Nott dan Daphnee Greengrass belum mempunyai keturunan sampai sekarang"

Lucius menarik ujung bibirnya dan mengernyit "Ironis sekali nasib kita, dibohongi habis-habisan oleh Voldemort. Brengsek!"

"Itulah sebabnya Draco HARUS menikah dengan muggleborn bagaimanapun caranya—demi menghasilkan keturunan Malfoy. Astoria mungkin tak akan memberikan anak lagi dan aku tak mau Draco terikat dengan Greengrass selamanya. Ditambah Draco tidak mencintai gadis itu"

"Lantas bagaimana caranya Astoria meninggal?"

"Aku menemukan obat di buku muggle, anti-depresan dan amfetamin—namanya. Obat ini akan menstimulasi emosi, paranoid dan halusinasi yang berlebihan pada pemakainya apabila digunakan dalam jangka panjang"

"Dan para healer tidak curiga?"

"Tentunya tidak, ini obat muggle. Kukira mereka tidak akan berpikir bahwa Astoria keracunan—tidak! Karena selama ini aku melakukan percobaan pada binatang dan hasilnya sesuai dengan yang aku harapkan. Kau pikir, aku hanya diam saja dan tak melakukan apapun saat berdiam di rumah saja?"

"I see—kau wanita yang sangat pintar dan sangat Slytherin, Cissy. Dan darimana kau mendapatkan obat itu?"

"Cornelius. Karena dia menyukai dunia muggle dan mengetahui seluk beluk muggle. Di dunia muggle obat yang kuberikan merupakan obat terlarang—jadi memang sulit mendapatkannya"

"Jadi Cornelius tahu?"

"Aku berkilah bahwa aku ingin mengadakan percobaan ramuan untuk perusahaan kita. Dan dia percaya. Lagipula berapa kali kita menggunakan bahan berbahaya—sekalipun itu ilegal di dunia sihir. Jadi Cornelius tak akan mempersalahkannya"

"Bisa kupahami. Tak ada ruginya juga mempunyai anggota keluarga yang nyeleneh seperti dia" kekeh Lucius.

"Dan kau lebih lihai dan licik dari yang kukira—dangerous woman" puji Lucius.

"Aku yang berbohong pada Voldemort waktu itu—kau lupa?"

"Ya—sekarang aku tidak akan meremehkanmu, Cissy. Kau sama berbahayanya. Lalu bagaimana caranya kau memberikannya pada Astoria?"

"Aku selalu rutin memberikan campuran obat ini dengan dosis yang tepat—pada saat minum teh. Tapi aku tahu, pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek yang merusak otak dan organ tubuhnya"

Lucius serta merta memandang cangkir tehnya—curiga.

"Oh sudahlah Lucius mana mungkin aku meracunimu, apa tujuanku?" kata Narcissa tertawa geli melihat tingkah Lucius.

"Siapa tahu saja kau diam-diam sudah terbiasa hidup tanpaku dan berniat menyingkirkanku lebih cepat"

"Jangan bodoh husband, kau tahu aku sangat mencintaimu dan merindukan kehadiranmu. Jika niatku untuk menyingkirkanmu, mungkin aku sudah meracunimu dari awal kita menikah" rajuk Narcissa.

"Kau cantik sekali bila merajuk seperti itu. Aku ingin memakanmu sekarang juga. Tapi sayangnya kau harus menunggu, aku ingin mendengar ceritamu lebih lanjut sampai selesai" Lucius memperlihatkan senyum pervert-nya.

"Very well..., kuharap kau tak lupa caranya bercinta. Mengingat kau bertahun tahun bergaul dengan dementor"

"Kau tak akan pernah membayangkan seorang pria yang bertahun tahun menahan hasratnya, kau akan kelelahan, milady"

"Kutagih bualanmu itu"

Lucius menyeringai, "lanjutkan, my love"

"Sampai mana tadi? Oh... karena obat itu bekerja dengan baik, membuat Astoria selalu memicu pertengkaran dengan Draco karena ketidakstabilan emosi dan paranoidnya. Lagipula Draco saat itu selalu bersama Hermione, ia lebih sering menghabiskan waktunya dengan Hermione. Our Son, tidak pernah menyentuh Astoria, dan itu merisaukan hatiku"

Lucius menganggukan kepalanya sambil mengusap dagunya. "...karena apabila Astoria tidak hamil dan melahirkan anak maka—"

"Draco akan selalu terikat dengan pernikahannya" sela Narcissa. "Perjodohan bodoh itu akan batal secara sihir apabila istri yang dinikahi melahirkan anak dan sampai maut memisahkan—artinya sampai sang istri meninggal dunia"

Kemudian mereka mendengar suara gesekan lantai dan sepatu terdengar diluar pintu. Narcissa dan Lucius menegakkan badannya dan saling berpandangan tegang.

Seseorang telah mencuri dengar pembicaraan mereka.

Narcissa menempelkan telunjuk ke bibirnya tanda diam.

Dengan sangat perlahan dia melangkah menuju pintu dan membukanya...

"Seharusnya kalian merapalkan silence charm apabila melakukan pembicaraan sepenting ini, Mother, Father" kata Draco kalem dengan ekspresi tajam.

Draco melangkah masuk ke ruangan, menutup pintunya dan memasang mantra silence charm.

Kemudian membimbing ibunya agar duduk disamping ayahnya. Draco menarik kursi agar berhadapan dengan mereka berdua.

"Sungguh tidak sopan mencuri dengar pembicaraan orang tua, Son" cela Lucius.

"Aku tidak bermaksud mencuri dengar. Hanya saja aku mendengar kalian membicarakan tentang aku—membuatku penasaran. Maafkan aku, Father, Mother, atas ketidaksopananku" Draco menatap orang tuanya dengan tatapan horror.

Narcissa menutup mulutnya dengan ekspresi terkejut dan merasa di intimidasi oleh putranya.

Narcissa secara cepat menguasai keadaan. "Sejauh mana yang kau dengar, Son?" tanyanya tegang.

"Dari awal. Dan sangat menarik sekali akal licikmu, Mother. Apa aku berterima kasih pada kalian atau bagaimana?" kata Draco santai menyenderkan punggungnya di kursi. Menatap orang tuanya dengan tatapan tajam dan senyum mencemooh.

Lucius menelan ludah "Jangan kurang ajar terhadap ibumu, Son. Kau tahu bagaimana dia berupaya keras untuk membuatmu bahagia sudah sepatutnya kau berterima kasih padanya"

"Son...maafkan ibu. Yang Ibu lakukan karena ibu sangat sayang padamu dan—" ucap Narcissa gugup.

"Apakah Mother yang memberikanku lust potion hingga akhirnya aku meniduri Astoria dan dia hamil? Apa mother membunuh anakku juga?" desis Draco penuh ancaman.

"SON!" bentak Lucius.

"Kau tahu sendiri, Son. Anak dalam kandungan Astoria tidak bertahan hidup, dia meninggal dalam kandungan sejak berusia 7 bulan. Lagipula kau yang menceritakan pada ibu mengenai kutukan pelahap maut. Itu artinya kau tak akan memiliki anak dari seorang Pureblood—kau ingat, Son?" Narcissa menatap cemas pada Draco.

"Astoria pun tahu kandungannya bermasalah. Tapi dia membohongi kita. Aku sudah tahu dia berbohong karena takut kau akan kembali tidak memperhatikannya lagi. Karena Astoria memaksa mempertahankan kandungannya yang sudah mati—janin yang mati itulah yang menjadi racun bagi tubuh ibunya. Membusuk di dalam sehingga terjadi infeksi di rahimnya" jelas Narcissa.

Draco sudah mengetahui kronologis penyebab Astoria meninggal, healer kandungan yang menjelaskannya panjang lebar.

"S-Son..apa kau mendengarku?" tanya Narcissa takut-takut.

"Hanya saja, kau memberikan racun muggle itu pada Astoria, hingga kondisi Astoria melemah dan sakit sakitan dan sedikit banyak racun itu juga mempengaruhi kandungan Astoria. Aku merasa bersalah atas semua ini. Kupikir takdir dan nasib berpihak padaku, tapi ternyata semua ini telah diatur oleh kalian. Aku merasa dipermainkan" protes Draco dengan marah.

"Kau tidak bisa menyalahkan kami, Son. Kau tahu persis bagaimanapun, jika kau masih bersama Astoria—kau tidak akan memiliki keturunan lagi. Kau akhirnya tahu kutukan pelahap maut itu ada" tambah Lucius menegaskan.

"Kaulah penyebabnya, Father! Kau yang membuat hidupku berantakan—dari awal sejak kau membuat perjodohan bodoh dengan Greengrass lalu kau menyeretku untuk jadi budak Voldemort. KAU AYAH YANG BRENGSEK!" seru Draco dengan suara yang tambah meninggi.

Narcissa bergetar, melihat tensi kedua prianya yang makin emosional. "S—Son, calm down. Pada akhirnya kau hidup bersama Hermione... iya kan?" gumam Narcissa nada suaranya bergetar, berusaha meredam emosi Draco.

"KALIAN TELAH IKUT CAMPUR DALAM KEHIDUPANKU!" mata Draco memerah marah.

"DRACO ABRAXAS MALFOY! LIHAT AKU! AKU MASIH AYAHMU. Apa kau tidak memikirkan keluargamu yang sekarang? Apa kau tidak mencintai istrimu? Anakmu—Scorpius, Cassiopea dan bayi dalam kandungan Hermione? Apa kau tidak bahagia dengan kehadiran mereka? JAWAB!?" suara bentakan Lucius menggelegar.

Narcissa kembali terlonjak kaget.

Lucius telah berdiri di depan Draco, tangannya menggepal keras.

Raut wajah Draco melunak.

Tentu saja Draco bahagia dengan Hermione dan anak-anaknya.

Ini adalah keluarga impian yang Draco harapkan, mereka saling mencintai sampai beranjak tua dan mati, mempunyai anak yang lucu-lucu. Draco sangat bahagia dengan hidupnya sekarang.

Namun tetap saja ia tidak membenarkan apa yang orang tuanya telah lakukan. Draco merasa bahwa hidupnya tanpa pilihan, dia dibentuk dan diharuskan hidup sesuai dengan ambisi orang tuanya.

Ia mengutuki sendiri, lahir di keluarga Malfoy.

Ternyata dia dipermainkan nasib.

He was playing by the fate.

Draco bangkit berdiri menatap ayahnya dengan pandangan kecewa "Tentu saja aku bahagia dengan keluargaku sekarang. Aku mencintai mereka semua dengan sepenuh hatiku. Tapi rasanya aku tak bisa memandang kalian sama seperti kemarin" Draco berbalik melangkah keluar ruangan.

Narcissa menatap punggung anak lelakinya dengan sedih—ia yang paling terpukul.

Narcissa yang telah melakukan semuanya. Demi kebahagiaan anaknya, demi mewujudkan impiannya, demi ambisi dia dan Lucius. Demi Malfoy Family.

Lucius berlutut di depan Narcissa yang sedang menangis. Lucius merangkul kepala Narcissa agar bersender di pundaknya, dikecupnya sayang kepala istrinya itu dan mengelus lembut rambut paduan hitam dan putih khas Narcissa.

"Cissy...sudahlah, jangan menangis. Our Son hanya memerlukan waktu untuk mengerti dan mencerna semuanya. Kita memang bersalah—akulah yang bersalah. Kita hanya ingin melihat dia bahagia. Dan dia sudah bahagia. Tenanglah" hibur Lucius.

"Aku ibunya—A-aku tak ingin Draco terikat dengan pernikahan tanpa cinta. Bagaimana ini, Lucius? Aku tak mau dibenci oleh anakku sendiri. Oh..bagaimana jika Draco meninggalkan kita? Juga Hermione? Lalu cucu-cucu kita?" Narcissa semakin terisak, ia tak sanggup jika hidup sendirian lagi di Manor tanpa mereka.

Ia sangat bahagia dengan kehadiran cucu-cucunya. Ia tak mau kehilangan keluarga putranya.

"Cissy dear. Kau jangan takut. Itu tidak akan terjadi. Aku yakin—menantu kita tidak akan membiarkan kita sendirian. Dia wanita yang baik hati. Aku yakin Draco akan luluh padanya. Now, bersikaplah seperti tidak ada apa-apa. Draco tak mungkin menceritakan hal ini pada Hermione, karena bila dia menceritakannya—dia bagai menggali kuburannya sendiri. Percayalah padaku"

Narcissa mengangkat kepalanya memandang Lucius "Dukung aku, Lucius" mohon Narcissa masih berurai air mata.

"Always. Tidak ada yang harus kau khawatirkan" Lucius mencium lembut bibir Narcissa dan kemudian mengecup keningnya. "Kita tidur, aku sangat lelah hari ini"

Narcissa mengangguk dan mengulurkan tangannya agar dibimbing Lucius ke kamar tidur mereka.

.

.

xxxxxxxxxx

Hi...surprise?

perlu diketahui readers sekalian. 

Suami Istri Malfoy senior tidak serta merta menerima keluarganya mempunyai keturunan halfblood, terutama Lucius.. 

Mereka menekan sikap Prejudice demi satu alasan.

Dan keluarga Malfoy mempunyai PRIDE yg harus mereka perjuangkan.

Pride inilah yg dijadikan alasan mengapa mereka menerima muggleborn sebagai menantunya, bahkan mereka berusaha keras menjadikan Hermione Granger berada di keluarga Malfoy

They are all True Slytherin afterall 

Ambisi selalu menjadi alasan terkuat. 

Happy Reading semua...Semoga puas dengan ceritanya

Vote kalo kalian suka dan sangat ditunggu komennya.

Thank you

Continue Reading

You'll Also Like

86.7K 8.2K 24
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
97K 6.6K 12
(Fanfic pertama aku, maaf banget kalau ada penulisan kata yang kurang tepat atau typo, atau malah alur yang gajelas karena emang belum di revisi) ...
429K 36.3K 60
WARNING โš ๏ธโš ๏ธโš ๏ธ Follow sebelum baca Haruno Sakura, gadis berusia 17 tahun itu kembali ke Tokyo setelah beberapa tahun meninggalkan kota kelahirannya...
63.3K 4.9K 31
Pertemuan kita hanyalah sebuah pertemuan biasa seperti pada umumnya. Seiring berjalannya waktu, kita saling mengenal hingga akhirnya kau bilang padak...