PLAYING BY THE FATE | Dramion...

By Mountaztaz

101K 7.3K 1.2K

Draco berusaha keras untuk mempertahankan Hermione agar tetap disisinya, apakah Lucius dan Narcissa akan ikut... More

Bab 1 - Head Boy and Head Girl
Bab 2 - Falling in Love
Bab 3 - Friendship Zone
Bab 4 - When Slytherin makes woo
Bab 5 - Hurtful Truth
Bab 6 - Stay
Bab 7 - Slytherin Princess
Bab 8 - Magic Three Word
Bab 9 - Stealing the Moment
Bab 10 - I Wish....
Bab 11 - When The Party is Over
Bab 12 - Walk Out
Bab 13 - Slytherin Charms
Bab 14 - Together Again
Bab 15 - The Proposal
Bab 16 - Malfoy's Wedding
Bab 17 - Malfoy Heirs
Bab 19 - Malfoy Dark Secret
Bab 20 - Newborn Baby
Bab 21 - EPILOG : What Malfoy wants then Malfoy gets

Bab 18 - Death Eaters Curse

3.6K 253 21
By Mountaztaz

PLAYING BY THE FATE

.

.

At Malfoy Manor

Tamu-tamu Draco dan Hermione masih tinggal di Manor untuk makan malam—dengan paksaan Narcissa tentunya. Narcissa sangat senang kedatangan tamu, sudah lama dia tidak merasa sebahagia ini.

Narcissa gembira merasakan hangatnya kekeluargaan dan persahabatan yang dibawa oleh Hermione dan Draco.

Hanya saja masih ada yang kosong dihatinya—kehadiran Lucius. Lucius baru akan bebas 8 bulan lagi dari Azkaban. Narcissa menghitung hari dengan perasaan rindu tak terkira.

Narcissa mengira Lucius pasti akan merasa kaget atas segala kejadian yang dialami di Manor, tapi Narcissa berencana akan menjelaskan semuanya dan berharap Lucius mau mengerti dan menerima semua perubahan ini.

Bagaimanapun Lucius sangat mencintai keluarganya.

"Kudengar kau sekarang sedang hamil, Pansy—benarkah itu?" tanya Narcissa ketika mereka sedang makan malam.

"Benar Cissy, usianya sudah 3 bulan sekarang" jawab Pansy sopan.

"Oh..dear, selamat kalau begitu. Kuharap bayimu laki-laki, semoga saja. Ah..laki-laki atau perempuan tak ada bedanya sekarang ini. Aku senang kalian banyak memiliki keturunan" Narcissa memandang tamunya satu persatu tanpa kehadiran James dan Teddy—karena kedua anak remaja itu pamit ada keperluan lain.

Sedangkan anak-anak yang lainnya sudah menyelesaikan makan malam sebelum acara makan malam para orang dewasa.

Acara makan malam di Manor selalu formal dan kurang cocok untuk anak-anak, lagipula para orang tua tak keberatan. Mereka berjaga-jaga saja apabila ada pembicaraan orang dewasa yang terlontar dan tak baik untuk dikuping anak-anak.

Mereka sedang bermain bersama Clara dan 2 peri rumah di west wing—area kekuasaan Scorpius dan Cassie, karena Draco dan Hermione mendesain wing tersebut khusus anak-anak mereka.

Makan malam dilanjutkan dengan acara minum-minum ringan, sangat jarang sekali mereka berkumpul denganh anggota komplit seperti ini, biasanya salah satu atau dua orang absen, karena kesibukan masing-masing.

Jadi Draco memanfaatkan dengan memaksa Harry dan Ron tetap tinggal, dia bilang Blaise dan Theo akan datang bergabung.

Para istri berkumpul di west wing bersama anak-anak. Hermione akan menidurkan Cassie dan Ginny menidurkan Lily—usia anak gadis kecil mereka masih 2 tahun.

"Hei, mate. Hei Guys" sapa Blaise keluar dari saluran floo-nya. "Tampaknya seru sekali, sudah lama kita tak berjumpa. Wow...tumben berkumpul semua..." tersenyum sumringah.

"Bagaimana kabarnya Luna?" tanya Harry.

"Well...dia dan Iris masih tinggal di Albania. Aku kembali ke Inggris untuk mengecek beberapa bar-ku"

"Theo akan datang kemari kan?" tanya Draco.

Theo sudah menikah dengan Daphnee tapi sampai sekarang mereka belum mempunyai keturunan.

Daphnee sangat jarang ikut berkumpul dan bergabung, dia masih menyalahkan Draco atas kematian Astoria, jadi dia seakan memusuhi mereka.

"Sebentar lagi dia datang. Katanya akan mengantar Daphnee pulang dulu, baru menyusul kemari" jawab Blaise.

"Aku ingin berbicara dengan Theo, mengenai kemungkinan aku menyimpan saham di Chudley Cannons. Dia kan salah satu jajaran direksi Cannons" sela Ron.

"Panjang umur. Itu orangnya muncul" kata Draco.

Mereka melihat Theo muncul dari jaringan floo dan terlihat ekspresi wajahnya yang sangat murung.

"Hai mate, kenapa wajahmu ditekuk begitu? Kau bertengkar dengan Daphnee?" tanya Blaise.

Theo menggeleng. Dia menyambar gelas Fire Whisky yang sudah tersedia disana. Gelas yang secara otomatis penuh sendiri ketika isinya habis.

Sambil memegang gelasnya, Theo menoleh ke arah Harry dan memandangnya serius "Potter, karena kau bekerja di kementerian—aku hanya ingin tahu sesuatu. Ada sebuah rumor yang berhubungan dengan pelahap maut?"

"Rumor apa?" tanya Harry. Draco, Ron, dan Blaise seksama memperhatikan.

"Well, kau tahu. Aku, Draco dan Blaise adalah mantan pelahap maut" Theo menunduk saat mengatakan hal ini.

"And then?" sela Ron.

"Ada rumor mengatakan bahwa pelahap maut yang mempunyai tanda kegelapan dan menikah dengan Pureblood kemungkinan tak akan punya anak"

"Blaise dan Luna, kemudian Pansy dan Ron. Mereka punya anak" sela Draco.

"Itu benar...." ucap Theo "Dan yang aku dengar—kecuali pureblood yang menikah dengan anggota orde, karena anggota orde diberi ward khusus untuk melindungi imperius sehingga sihir gelap tak bisa mempengaruhi darah mereka"

"Benarkah?" tanya Blaise, menoleh pada Harry dan Ron.

"Right, Blaise. Ward khusus itu sangat benar—kami memang dipasang ward. Proff. Snape dan Proff. Moody yang memasangnya saat orde dibentuk" terang Harry.

"Darimana kau tahu tentang hal ini" tanya Draco tertarik.

"Tsaikovnik—kau masih ingat kan Draco?" Theo mengerdik pada Draco. Dia yang menemani Dark Lord kala merekrut anggota pelahap maut di Durmstrang, dia kaki tangannya untuk Eropa Timur"

"Bukankah dia sudah mati?" sergah Draco.

"Dia memang sudah mati, dibunuh oleh Dark Lord sendiri" jawab Theo.

"Apakah anggota Tsaikovnik cukup banyak?" tanya Harry "Mungkin saja disana masih ada pengikut Voldemort yang setia" radar auror Harry bekerja.

Bagi Harry berburu pelahap maut memang prioritasnya, dia masih mengira bahwa banyak pelahap maut yang masih bersembunyi dan belum tertangkap.

Draco jadi mengingat kejadian saat di hutan Manor, ketika dirinya dan Hermione diserang oleh Yaxley dan komplotannya. Dia bergidik ngeri bila membayangkan bahwa masih banyak pelahap maut yang setia diluar sana.

Dunia sihir belum sepenuhnya aman.

"Tenanglah Harry, dengarkan Theo cerita dulu" saran Ron.

"Kalian tahu bahwa aku menghilang sewaktu sejak Dark Lord memberikan tanda ini—terima kasih pada ayahku. Aku tak pernah menginginkannya" kata Theo sarkas memandang jijik pada lengan kirinya.

"Aku kabur ke Rumania, disana ada kenalanku yang netral dan aku bersembunyi. Disanalah aku bertemu dengan Tsaikovnik. Tampaknya dia mabuk terlalu berat dan meracau bahwa dia bersama Tuannya merencanakan sesuatu. Membuat anggotanya lebih patuh dan hanya mendedikasikan hidupnya kepada Tuannya itu" lanjut Theo.

"Maksudmu?" Blaise penasaran.

"Awalnya ku anggap dia hanya meracau dalam mabuk—tapi setelah kuamati dan kualami memang benar" Theo menghela nafas.

"Well, kau tahu stigma death eaters—bahwa mereka membenci muggleborn dan halfblood. Mereka hanya mau bergaul dan berhubungan dengan komunitas Pureblood. Tapi disinilah celakanya, si brengsek itu tidak mau para death eaters punya keturunan karena dia memang tidak bisa punya keturunan"

"WHAT?" teriak mereka berbarengan.

"Maksudmu dia mandul?" tanya Blaise masih belum hilang keterkejutannya

"Oh ayolah...Sihir Gelap membuat dia berkorban besar, dia menghilangkan cintanya, nafsu birahinya, dan kemungkinan punya keturunan—karena itu akan melemahkan kekuatannya. Jadi ia ingin sendiri—tunggal—tanpa anak—tanpa wanita dan keluarga"

"I see...jadi karena itu ia mengutuk tanda kegelapan dengan sihir jahat agar pengikutnya tidak punya keturunan dan cinta. Karena dia mempunyai pikiran bahwa pengikutnya akan mempunyai kelemahan bila mereka punya istri dan anak nantinya. Kecuali untuk para Death Eaters angkatan pertama—karena pengikutnya sudah mempunyai keluarga saat mereka bergabung" simpul Harry beranalisa.

"Hmm...kukira juga begitu, Harry. Dark Lord tentu saja menyembunyikan kutukan tambahan ini untuk mengelabui para pengikutnya agar mereka tak curiga" tambah Theo.

"Dark Lord dan pengikutnya diharuskan memilih pureblood untuk dijadikan pasangan, begitu?" simpul Ron.

Theo mengangguk.

"....ditambah karena para death eaters membenci muggleborn dan halfblood jadi kemungkinan besar para pelahap maut tidak akan menyentuh mereka karena stigma kebencian. Alih-alih menyetubuhi, mereka malah membunuhnya" tambah Draco jijik.

"...exactly! Karena itu Dark Lord merasa—" jawab Theo.

Pintu ganda ruang keluarga terbuka mereka melihat Hermione, Pansy dan Ginny masuk dan menghampiri mereka.

"Ada apa? Tampaknya serius sekali?" tanya Hermione.

Dia memperhatikan Harry yang mengusap kening—Draco yang mondar mandir—Ron yang terpaku pada gelas Fire Whiskynya—Theo yang menerawang dan Blaise yang menghela nafas berkali-kali.

Pertanyaan sama juga muncul dari pikiran Pansy dan Ginny.

"Honey, ada apa? Mengapa si brengsek itu disebut? Katakan pada kami?" tuntut Ginny pada Harry.

"Well..baiklah...akan aku ceritakan intinya" Harry mulai menerangkan dari kecurigaan Theo sampai analisanya.

"....jadi karena itulah kemungkinan aku dan Daphnee tidak punya keturunan sampai saat ini" keluh Theo.

"Kau yakin akan hal ini?" tanya Draco.

"Astaga mate...kau tahu aku pernah cerita bahwa aku sudah mencek kesehatanku dan Daphnee berkali-kali ke beberapa healer yang berbeda. Dan hasil testnya semua sama—bahwa kami baik-baik saja, tidak ada masalah dengan sistem reproduksi kami"

"Tapi aku dan Astoria? Mengapa Astoria bisa hamil?" Draco mengangkat alis.

"....pada akhirnya anakmu meninggal kan, mate?" Blaise bergumam pelan agar Draco tidak tersinggung.

Draco mengangguk mengiyakan.

"Karena ward dipasang di aliran darah kami.... Hmm....Mungkin....Kupikir karena sebelumnya Draco telah berhubungan denganku—secara otomatis sihir ward yang ada ditubuhku menular padanya. Jadi Draco masih bisa mempunyai anak, tapi karena kutukan itu terlalu kuat—kemudian....kalian tahu apa yang terjadi" analisa Hermione sambil menatap Draco prihatin.

Draco mengangguk-angguk. "Bisa jadi..bisa jadi" gumamnya.

"Analisamu mungkin memang benar. Hermione kan termasuk anggota orde. Hanya dia yang duluan berhubungan dengan mantan pelahap maut—jauh sebelum Draco menikah dengan Astoria" sela Ron.

Draco bergidik mendengar perkataan Ron.

"Oh..darling. Aku bersyukur tidak melakukan kesalahan" ucap Pansy tercekat.

Walaupun Pansy tidak mempunyai tanda kegelapan tapi terbersit rasa ngeri bila salah mengambil keputusan dan tidak menikah dengan Ron.

Dia duduk disamping Ron dan menyenderkan bahu pada suaminya itu. Ron mengecup puncak kepala Pansy—menenangkan istrinya.

"Tapi pernikahan antara non-death eater-pureblood dan juga bukan anggota orde—apakah mereka punya keturunan?" tanya Blaise.

Dalam hati Blaise bersyukur karena menikah dengan Luna karena Luna termasuk anggota orde, jadi dia bisa memiliki Iris.

"Aku akan mencek datanya di kementerian, Blaise" tukas Hermione.

"So..jadi apa yang kau inginkan Theo?" tanya Harry.

"Aku hanya ingin kau mengadakan pertemuan tertutup dengan mantan pelahap maut yang insaf, memberitahukan tentang asumsi teori ini—anggap saja rumor. Karena kita belum punya bukti yang kuat. Apakah mereka punya anak dari muggleborn dan halfblood atau non-death eater-pureblood? Karena aku tidak bisa mengambil contoh kasus dari kalian. Kalian menikah dengan anggota orde. Jadi aku tidak tahu"

"Akan kucoba Theo, bersabarlah" Harry menepuk pundak Theo.

"Mungkin kau harus berpikir untuk menikah lagi dengan selain Pureblood" saran Blaise.

"Aku mencintai Daphnee" kata Theo tampak putus asa.

"Jadi keturunan Nott hanya berakhir sampai padamu? Apa ayahmu tahu tentang hal ini?" sela Draco.

"Draco...sungguh tak etis menyarankan agar Theo berpoligami" tukas Hermione.

"Mate, sesungguhnya aku berpikiran seperti itu—kadang kadang. Hanya untuk membuktikan teoriku" kata Theo tampak terpukul. "Dan ayahku tidak tahu. Aku belum memberitahunya karena belum pasti"

"Oh...Theo. Bebanmu pasti berat sekali" tatap Pansy prihatin.

"Baiklah aku akan mencoba membantumu, ok. Aku akan mengumpulkan data dulu, setelah itu aku akan memberimu kabar. Bila memang ternyata benar seperti yang kau katakan. Maka semua keputusan terserah padamu, Theo. Apakah kau berniat memiliki keturunan lagi atau tidak" putus Harry.

"Keterlaluan si brengsek itu. Aku sangat membencinya" Kata Theo mengepalkan tangannya.

"Kami semua tertipu—sialan" runtuk Blaise.

"Untunglah kami punya kau, Harry. Kau mengalahkannya" ujar Draco.

Semua tampak tercenggang—menatap Draco.

Untuk pertama kalinya Draco memanggil Harry Potter—Harry, bukan Potter lagi.

"Draco, kau memanggil dia—Harry" goda Hermione.

"What? Nama dia memang Harry kan—Harry Potter?" kata Draco cuek meminum Fire Whiskynya.

Hermione tersenyum lebar, semua tersenyum, kecuali Harry yang tampak canggung.

.

.

.

Sepeninggal para tamunya, Draco dan Hermione kini sedang berada di kamar mereka.

"Love...! kenapa kau lama sekali?" seru Draco dari kamar memanggil Hermione, sudah satu jam penuh Hermione tidak kunjung keluar dari kamar mandi mereka.

Draco akhirnya menyusul istrinya. "Love, apa yang sedang kau—?" Draco hanya melihat Hermione bengong sedang duduk di bangku kamar mandi mereka sambil memegang test pack-nya.

Draco menyentuh pundak Hermione. "Ada apa?"

"Cassie bahkan masih berumur 2 tahun, apa yang akan aku lakukan?" gumamnya tak jelas.

Draco mengambil test pack dan melihat hasilnya—positif. "Kau hamil?"

"Kenapa ini bisa terjadi?" tanya Hermione menatap Draco heran.

"Karena kita bercinta tentunya, lantas kenapa kau bingung begitu?"

"Aku yakin kontrasepsiku bertahan selama 3 tahun. Apa terjadi kesalahan?"

"Yah..mungkin saja mantra kontrasepsi itu salah atau bagaimana. Kau terlihat tidak senang, love?"

"Tak seharusnya aku hamil lagi?"

"Kenapa?"

Hermione menghela nafas. "Cassie bahkan baru berumur 2 tahun"

"Lantas kenapa kalau putri kita berumur 2 tahun?"

"Dia masih kecil"

"Lantas kenapa kalau dia masih kecil?"

"Kenapa kau bertanya terus?"

"Karena kau sangat aneh. Kau punya suami dan kita bercinta. Kalaupun kau hamil itukan hal yang lumrah? Lagipula kalau Cassie masih kecil, tak masalah bila dia mempunyai adik"

"Kita sudah punya sepasang anak yang manis—Boy and Girl"

"So?"

"Kukira 2 anak saja sudah cukup"

"Kau berjanji di altar akan memberikanku 3 keturunan. Mungkin ini saatnya kau menepati janji"

"Tapi tidak secepat ini"

"Lantas kalau sudah terbukti hamil bagaimana?"

Hermione menghela nafas.

Hermione yakin bahwa ia sudah memasang kontrasepsi dalam jangka waktu yang panjang, mencegah ia untuk hamil kembali.

Kehadiran Scorpius dan Cassie sudah sangat menyita waktunya, dia berniat untuk saat ini cukup memiliki 2 anak saja, lagipula anak mereka sudah sepasang laki-laki dan perempuan jadi tidak ada alasan khusus untuk menambah keturunan Malfoy lagi.

"Love, listen... jangan bertingkah seperti kau tidak menginginkannya. Apa kau tidak kasian kepada calon anak kita?"

"Tentu saja aku menginginkannya. Aku sudah positif hamil? Hanya saja kenapa mantra kontrasepsiku bocor? Kenapa—"

"Jangan banyak tanya kenapa-kenapa! Ayo temani aku tidur!" seru Draco sambil membopong Hermione menuju ranjang.

"Aaaahh...Draco...apa yang kau lakukan?" teriaknya meronta.

"Aku menyelamatkanmu dari kebinggunganmu"

Draco merebahkan Hermione di ranjang lalu mulai menciuminya tak sabar.

"eehmm..D-Draco.." panggil Hermione kala Draco menghisap leher Hermione dan meremas dadanya dari balik lingerienya.

"Bagaimana kalau setelah anak ini lahir. Kita tidak usah bercinta lagi? Jaga-jaga agar aku tidak hamil lagi"

"Kau sudah gila?" tanya Draco jengkel, ia menurunkan boxernya.

"Karena—karena bila mantra kontrasepsinya bocor lagi bagaimana?" tanya Hermione polos.

"Kau bawel sekali" protes Draco, dia mengambil tongkat sihirnya dan menyihir sebuah kain untuk membungkam mulut Hermione.

Hermione meronta dan melotot marah.

Draco kembali menyihir tali untuk mengikat tangan dan kaki Hermione, hingga Hermione tak berkutik.

"Ahh sayang sekali love, padahal aku suka mendengarmu mendesah. Tapi kali ini aku lebih senang kau diam"

"..mmmhh...mpphh..." Hermione berusaha bicara.

"Aku tak mendengarmu, love. Persetan dengan mantra kontrasepsi itu, aku akan menghamilimu terus menerus" Draco menyeringai jahil dan mulai memainkan jarinya di sekitar kewanitaan Hermione.

Hermione pasrah.

'Besok aku akan mengutukmu, Draco Malfoy. Lihat saja nanti—ahh..tapi kenapa jarinya selalu membuatku nikmat?' batin Hermione sambil melengkungkan tubuhnya.

.

.


Continue Reading

You'll Also Like

317K 30.7K 22
Diseret paksa oleh teman satu asrama membuat Sakura harus menjadi gelandangan di salah satu klub malam. Mabuk, kehabisan uang, dan ditinggal sendiria...
97K 6.6K 12
(Fanfic pertama aku, maaf banget kalau ada penulisan kata yang kurang tepat atau typo, atau malah alur yang gajelas karena emang belum di revisi) ...
79.4K 6.5K 22
⚠️Warning⚠️ : explicit sexual content, violence, dirty talk, bukkake, kidnapping, incarceration, age difference, gangbang, loss of virginity, forced...
40.6K 2K 4
⚠️Warning⚠️ : explicit sexual content, violence, dirty talk, rape, smut. . Hermione Granger diharuskan untuk menikahi Draco Malfoy disaat lelaki it...