PLAYING BY THE FATE | Dramion...

Par Mountaztaz

101K 7.3K 1.2K

Draco berusaha keras untuk mempertahankan Hermione agar tetap disisinya, apakah Lucius dan Narcissa akan ikut... Plus

Bab 1 - Head Boy and Head Girl
Bab 2 - Falling in Love
Bab 3 - Friendship Zone
Bab 4 - When Slytherin makes woo
Bab 5 - Hurtful Truth
Bab 6 - Stay
Bab 7 - Slytherin Princess
Bab 8 - Magic Three Word
Bab 9 - Stealing the Moment
Bab 10 - I Wish....
Bab 12 - Walk Out
Bab 13 - Slytherin Charms
Bab 14 - Together Again
Bab 15 - The Proposal
Bab 16 - Malfoy's Wedding
Bab 17 - Malfoy Heirs
Bab 18 - Death Eaters Curse
Bab 19 - Malfoy Dark Secret
Bab 20 - Newborn Baby
Bab 21 - EPILOG : What Malfoy wants then Malfoy gets

Bab 11 - When The Party is Over

3.9K 313 116
Par Mountaztaz

PLAYING BY THE FATE

.

.

6 bulan kemudian...


Karier Hermione di kementerian bisa dibilang cemerlang. Dia bekerja dengan giat dan dengan kecerdasan otaknya dia mampu menyelesaikan tugas perkerjaan yang menumpuk.

Hermione memilih berkerja di divisi hukum sihir, posisinya sebagai Assistant Senior Wizengamot termuda yang pernah dimiliki kementerian.

Hermione menikmati pekerjaannya. Hubungannya dengan Draco-pun masih bertahan. Hermione menerima hadiah penthouse dari Draco dengan paksaan dan ancaman seperti biasa yang Draco lakukan—Hermione menerimanya bukan tanpa alasan, yang dikatakan Draco benar bahwa lokasi penthousenya sangat dekat—jaraknya hanya 2 blok dari kantor kementerian dan berada di tengah kota London, memudahkan dia untuk pulang pergi tanpa apparate.

Bahkan Hermione tak perlu khawatir pulang tengah malam saat dirinya diharuskan lembur, kota London selalu hidup 24 jam, dan Hermione menikmatinya.

Draco kerap menemuinya di penthouse, sesering mungkin bila Draco tidak ada pekerjaan atau tugas keluar kota.

Dan mereka tetap berkomunikasi, Hermione mengajarkan Draco memakai handphone untuk bisa menelepon dimanapun mereka berada.

Dan Draco sangat menyukai ide itu, bagi sifat Draco yang posesif dengan adanya handphone bisa mengetahui keadaan Hermione setiap harinya.

'jadi aku bisa memantaumu, love. Dengan siapa kau makan siang, dengan siapa kau meeting, dengan siapa kau bekerja, sedang dimana kau berada—aku bisa mengetahuinya secara langsung' katanya dengan seringaian kebanggaannya.

Hermione mencelos, sepertinya ide Hermione mengajarinya menggunakan handphone malah membuatnya tak bisa kemana-mana, sial—runtuknya.

Draco semakin sibuk mengelola perusahaannya, ia benar-benar menepati janjinya menggunakan bantuan dari keluarga Greengrass.

Secara cepat perusahaan Malfoy kembali pulih walaupun harus ada perombakan sana sini.

Draco kerap membawa pekerjaanya ke penthouse dan meminta pendapat Hermione mengenai berbagai hal, mereka saling diskusi tentang pekerjaan lalu diakhiri dengan bercinta secara liar dan panas.

Suasana selama mereka di Hogwarts dulu kembali terulang—bedanya di Hogwarts mereka diskusi tentang pelajaran sedangkan saat ini diskusi tentang pekerjaan.

Draco dan Hermione sama-sama menikmati ini semua—walaupun pikiran Hermione menjerit bahwa ini salah, tapi seolah-olah Hermione helpless menghadapi Draco.

Belum lagi sikap Narcissa yang sesekali berkunjung sekedar makan malam bertiga, mengobrol dan bertukar pikiran membuat Hermione tak habis pikir—yang jadi menantu seorang Malfoy itu siapa?

Hermione atau Astoria.

Hermione sangat prihatin dengan kehadiran Astoria, fungsinya sebagai istri Malfoy resmi hanya sebagai pajangan belaka.

Katakanlah bahwa posisi Hermione sekarang adalah selingkuhannya Draco Malfoy.

Bila mengingat hal itu, hati Hermione berjengit malu dan risih.

.

.

Sementara itu ada suatu kejadian yang tak diduga Hermione sama sekali, sesuatu yang membuatnya gembira...

Hermione tengah memasuki Kantor Auror untuk menemui Ron. Berhubungan dengan sidang yang terkait dengan kasus yang sedang ditangani Ron.

Hermione membuka pintu kantor Ron dan dia melihat, Ron tengah merangkul seorang wanita yang berambut hitam kebiruan, potongan rambut yang selalu mendapatkan perawatan mahal—Tunggu, mereka bukan berangkulan tapi sedang berciuman.

Hermione yakin itu karena bunyi desahan pelan terdengar disana.

"Ehm..." deham Hermione memisahkan tautan mereka.

Wajah Ron memerah malu menyembul di balik pundak wanita yang sedang memakai sackdress merah bata dengan sepatu high heels dengan warna senada—tampaknya penampilan wanita itu sangat fashionable.

"Her—Hermione?" kata Ron tercekat seolah sedang tertangkap basah.

Sang wanita membalikkan badannya dan gantian Hermione yang terkejut saat mengenali wajah wanita itu.

"Pansy?" tanya Hermione meyakinkan.

Mata Hermione bergantian memandang mereka berdua.

"You guys...?" tunjuk Hermione mengoyangkan telunjuknya pada mereka berdua.

Hermione akhirnya paham bahwa Ron dan Pansy sedang memiliki hubungan istimewa.

"Hai Hermione, bagaimana kabarmu?" sapa Pansy seraya merapihkan lipstiknya dengan tissue, tersenyum cerah.

"Kalian tidak memberitahuku" protesnya dengan nada bergurau.

Ron membimbing Pansy untuk duduk di kursi tamu kantornya, Hermione mengambil kursi di seberang Pansy, sementara Ron menyender santai di tepi meja kerjanya.

"Bagaimana cara memberi tahumu, kau nampak sibuk sekali" bela Pansy.

"Dan kau Ronald Weasley, kenapa kau tak memberitahuku?" tuntut Hermione.

"Kami hanya ingin memberikan kau kejutan" tukas Ron kalem.

"Wow..tak disangka Pans, kau dan Ron? How come?"

"Jangan terkejut seperti itu, Mione. Aku dan Pansy tak ada bedanya dengan kau dan Malfoy" bela Ron, kini tangan Ron bertengger di pundak Pansy.

Mereka tampak seperti pasangan yang sedang kasmaran.

"Well..itu karena Ginny sering mengajaknya ke The Burrow dan kami akhirnya kami mengobrol dan selanjutnya seperti yang kau lihat" lanjut Ron.

"Memang sih, pada awalnya Ron sangat tidak ramah—kau tahu? Dia sangat sensitif dan emosian. Dia seolah membenciku tapi entahlah kukira dia terkena pukulan panci di kepalanya sehingga suatu malam dia mengajakku jalan-jalan pada saat aku menginap di The Burrow. Dia meminta maaf padaku atas perlakuan kasarnya dan dia mengajakku berkencan"

"Kebetulan juga Pansy melaporkan bahwa di Manornya ada beberapa benda kutukan sihir hitam dan aku memeriksanya—ada benda sihir hitam yang hampir membunuhnya. Aku sangat panik waktu itu, nyaris seperti horcrux"

"Wah...seperti cerita dongeng saja. Sang Pangeran menyelamatkan Putri Cantiknya" canda Hermione sambil tersenyum bahagia—bahagia untuk mereka.

"Apa dia orangnya romantis, Pans?" Hermione melirik Ron untuk menggodanya.

"Sort off..." jawab Pansy.

"Sort off?" protes Ron.

"Kau romantis dengan cara berbeda, memang kau tidak pernah memberikan kejutan yang membuatku mabuk kepayang seperti memberikanku hadiah mahal atau apa—tapi kau selalu menyempatkan waktu untukku hanya menanyai—aku sudah makan? Mengirimku makanan agar aku makan tepat waktu, mengantar jemput ke butik, memastikan aku baik-baik saja, hal sepele semacam perhatian—aku sangat menyukainya. Dan yang terpenting aku sangat menyukai keluargamu, mereka adalah orang-orang baik dan ramah—sesuatu yang tidak pernah ku alami, aku merasa menjadi—"

"diterima" sela Hermione.

Memang benar The Burrow selalu membuat suasana sangat hangat dan ramah.

Lagipula keluarga Weasley saat ini tidak miskin seperti waktu dulu, mereka banyak menerima hadiah yang banyak atas jasa mereka waktu perang.

Banyak orang yang tiba-tiba memberikan mereka fasilitas nomor satu karena rasa terima kasih atas pengorbanan mereka.

Keluarga Weasley saat ini adalah salah satu keluarga yang cukup kaya di Inggris—walaupun peringkatnya jauh di bawah Malfoy. Tapi setidaknya nama Weasley disegani oleh para Pureblood Society sekalipun.

Keluarga Weasley adalah pahlawan perang.

Dan Pansy selalu menyukai kepopuleran—terkenalnya Ron sebagai War Hero dan mempunyai karier cemerlang sebagai Auror handal membuat Ron jadi rebutan para gadis lajang.

Hermione memandang Pansy yang sekarang sangat pantas bersanding dengan Ron. Pansy selalu menginginkan pria yang mau mengerti dirinya dan membiarkan dia melakukan hal yang disukainya, dia tak ingin memiliki pasangan yang kolot pemikirannya—sesuatu yang jarang didapati di kalangan pureblood society.

Hermione tahu kebencian Pansy terhadap kalangan ini, keluarga Weasley sangat open minded dan rasanya tak salah jika Pansy menyukai keluarga Weasley.

Sekarang sudah ada 2 orang Slytherin yang jatuh ke tangan Gryffindor—sesuatu yang mustahil bila mengingat sengitnya permusuhan mereka pada saat sebelum perang.

"Jadi kau ingin hadiah mahal, Pans?" tanya Ron dengan tulus—agaknya Ron memang sangat ingin membahagiakan pujaan hatinya.

"Tidak, dear. Aku tidak sematrealistis itu. Cukup mengetahui bahwa kau mencintaiku itu sudah cukup"

"You know I love you" Ron mengecup pipi Pansy, dan Pansy merona.

Hermione melihat pemandangan ini dengan geli. Pansy dan Ron?—sesuatu yang tak pernah dipercayainya, tapi faktanya memang inilah yang terjadi.

"So...how is doing with Draco so far?" tanya Pansy tiba-tiba mengangkat topik Draco.

Membuat dirinya kembali diliputi perasaan bersalah.

Melihat Hermione diam, Pansy jadi mengerti bahwa sulit bagi mereka berdua untuk berpisah.

"I dont know, Pans. I just feel it was so wrong and it was so right. What should I do?"

"Leave him" ucap Pansy tegas, membuat Hermione terpaku.

"Jangan salah sangka, Mione. Aku menyayangi Draco seperti aku menyayangimu. Dengan kondisi seperti ini kau seperti terikat dengannya tanpa masa depan. Kau bisa saja menuntut Draco menjadikanmu istri kedua tapi mengingat reputasimu—kurasa sangat disayangkan seorang Hermione Granger bernasib menjadi istri kedua? Itu seperti kau berlevel di bawah Astoria. Dan aku tidak menyukai opini publik seperti itu"

"Kau benar, Pans. Pendapatmu itu—walaupun pahit tapi kau benar" Hermione menunduk.

"Oh..girl" Pansy pindah dan duduk disamping Hermione dan mengelus pundak Hermione. "Kau berhak mendapatkan masa depan yang bagus. Walaupun itu bukan bersama Draco. Percayalah masih banyak pria hebat diluar sana selain Draco"

Hermione memejamkan mata, apa dia harus me-review ulang hubungannya dengan Draco?.

"Aku dan Pansy tidak menentang dan melarangmu dengan Malfoy, Mione. Kau tahu, kami hanya ingin kau bahagia. Bila kau bahagia dengan Draco dengan kondisi seperti ini—kami juga mendukungmu. Tapi ingatlah, kadang logika selalu bertentangan dengan hati, hanya tunggu waktu siapa yang akan menang" ucap Ron.

"Sejak kapan kau pintar berasumsi seperti ini Ron, pasti pengaruh Pansy" canda Hermione berusaha menutupi kegalauan dirinya.

"Heiiii...aku memang pintar, Mione" gusarnya.

"Ya..ya...no offense dear Ronald Weasley, I'm just kidding. You are the sincere man that I ever known. Kau sangat beruntung Pans"

"Definitely. I'll keep my Weasley man" gantian Pansy yang mengecup pipi Ron.

"Omong-omong ada apa kau kemari menemuiku, Mione?"

"Oh, mengenai kasus Carden aku harus menyiapkan berkas untuk wizengamot"

"Baiklah, nanti sore akan kukirim berkasnya. Ada hal yang belum kulaporkan"

"Kau mau makan siang dengan kami, Mione? Sebenarnya aku menjemput Ron untuk makan siang"ajak Pansy.

"Ups, waktunya tak tepat. Aku ada pertemuan makan siang dengan divisi muggle. Maaf tidak bisa ikut bergabung"

"Tak apa, lain kali saja. Kita harus ngobrol lagi nanti, Mione. Datanglah ke butikku, aku punya beberapa koleksi baru untukmu—jangan khawatir ada diskon khusus untukmu"

"Pasti Pans. I'll leave now. Have a great lunch" Hermione pamit sambil memeluk mereka satu persatu.

Hermione menghela nafas saat keluar dari kantor Ron. Andaikan dunia berbaik hati sedikit saja untuknya dan Draco—batin Hermione sambil berjalan kembali ke kantornya.

.

.

Tiba-tiba handphone Hermione berdering dan mendapati Draco meneleponnya.

"Hello" jawab Hermione.

"Kau sedang dimana?"

"Kantor"

"Temui aku di penthouse sekarang. Aku akan tiba 15 menit lagi"

"Aku tidak bisa. Ada meeting dengan divisi muggle"

"Pada jam makan siang? oh..come on"

"Pertemuannya diadakan pada saat makan siang. Lagipula kau datang mendadak, aku sudah ada jadwal"

"Aku baru kembali dari Wales, pertemuannya selesai lebih cepat"

"Aku tidak bisa, Draco"

"Huufftt...baiklah, aku tunggu kau setelah pulang kantor. Jangan bilang kau lembur lagi"

"Sebenernya aku—"

"NO! I miss you, sudah 4 hari kita tidak bertemu, I miss you so much, love"

"Baiklah, jam 7, ok"

"Fine. Are you miss me?"

"I miss you too"

"Bye now"

"Bye"

Beginilah—aku bahkan tidak bisa bilang tidak pada Draco. Draco sangat menempel padaku, dan aku sangat membutuhkannya.

.

.

xxxxxxxxxxxxxx

.

.

Pesta untuk memperingati kemenangan perang kini akan diadakan secara rutin setiap tahunnya, mirip perayaan kemerdekaan negara sihir Inggris.

Dan kementerian tidak main-main dalam penyelenggaraannya—karena akan dihelat pertama kali pada tahun ini.

Berbagai kalangan diundang, para anggota orde diberikan undangan khusus, terutama bagi trio war heroin kita—karena mereka undangan kehormatan yang otomatis akan menjadi sorotan.

Dunia sihir Inggris tampak antusias dengan perhelatan ini, euforia pesta bergaung dimana-mana.

Draco tampak kesal kala Hermione membahas siapa yang akan menjadi pasangannya di pesta nanti—pesta ini akan digelar mirip pesta penerimaan oscar di dunia muggle, dimana ada red carpet, ratusan wartawan dan publik sihir akan hadir disana.

Draco mondar mandir bertelanjang dada hanya memakai boxer di kamar penthouse mereka, wajahnya sangat gusar.

Sementara Hermione tampak santai duduk di ranjang hanya memakai lingerie sambil mengoleskan kutek di kuku kakinya.

"Apa tidak bisa minta tolong salah satu Weasley untuk menemanimu nanti?" tanya Draco

"Semuanya unavailable. Mereka sudah punya pasangan masing-masing. Kecuali Charlie tapi sekarang dia masih di Mesir dan tampaknya dia sangat tidak berminat untuk hadir di pesta. Charlie sangat alergi pesta" jawab Hermione tanpa menoleh pada Draco, kuku kakinya lebih butuh perhatian dibanding melihat raut wajah Draco yang kusut.

Kegusaran Draco memang tidak berlebihan—mengingat Harry, Ron dan Hermione adalah undangan kehormatan tentunya mereka bertiga akan menjadi sorotan dan publik akan bertanya-tanya siapakah pasangan mereka.

Publik sudah mengenal Ginny sebagai Mrs. Potter. Ron akan mengenalkan Pansy ke publik sebagai kekasihnya, dan yang paling ditunggu adalah siapakah yang akan menjadi pasangan Hermione.

Koran dan majalah gosip sangat menguber berita dirinya, bahkan mereka memuat artikel khusus memuat daftar nama-nama pria lajang yang akan dijadikan pasangan Hermione—Viktor Krum, Anthony Goldstein , Oliver Wood, Cormag McLaggen, Blaise Zabini, Theodore Nott bahkan Neville Longbottom masuk dalam daftar itu dan tentu saja nama Draco Malfoy tidak ada dalam daftar mereka.

Draco sangat kesal pada saat itu. Dia membeli semua edisi yang dia temukan di jalanan dan membakarnya.

Kisah asmara Hermione yang tidak diketahui publik membuat mereka penasaran, dengan sangat kurang ajarnya—ada sebuah artikel memuat bahwa Hermione adalah seorang lesbian dan wanita yang tidak laku.

Wartawan yang menulis artikel itu kemudian diancam dan segera dikirim ke penjara hukuman ringan selama seminggu oleh Harry dengan tuduhan pencemaran nama baik.

Seakan tak jera, sebuah artikel lain bermunculan menyebutkan bahwa Hermione hanya tertarik dengan pria muggle—membuat Draco mendengus marah.

Para wartawan yang usil dan Hermione dijadikan sasaran empuk gosip.

Kemudian muncul artikel dengan judul : 25 PERSYARATAN UNTUK MENJADI KEKASIH HERMIONE GRANGER, kebanyakan isi persyaratan tersebut sangat tak masuk akal—mereka harus mempunyai naga, harus berani duel mantra tanpa terluka, harus mampu mengalahkan raksasa, mampu menghapal isi buku sejarah Hogwarts, dan persyaratan aneh lainnya. Yang lucunya ada persyaratan bahwa minimal si pria harus mempunyai penis dengan panjang 7 inci berdiameter 1,5 inci.

Artikel tersebut membuat Hermione dan teman-temannya tertawa terbahak bahak sampai sakit perut.

Draco tak suka membacanya. Ia cemberut sepanjang malam, Hermione bergurau 'paling tidak kau masuk dalam persyaratan mereka, ukuran penismu kurang lebih segitu' wajah ditekuk Draco diakhiri dengan memaksa Hermione harus mengukur penisnya saat ia ereksi maksimal dan tebakan Hermione benar. Draco menyeringai puas kala mendapatkan dirinya termasuk pejantan tangguh.

"Aku bisa pergi dengan Blaise atau Theo, kan?" saran Hermione.

"Dan membuat mereka mendapatkan sorotan, sementara aku tidak?" balas Draco tak rela.

Hermione memutar bola matanya. "Ya.. Mau gimana lagi?"

"Aku saja, please" wajah memelas Draco kini berada tepat di depan Hermione.

"Kau ini gila apa? Jangan tidak waras begitu" Hermione menyimpan botol kuteknya di nakas dan menderaskan mantra pengering ke kuku kakinya.

"Kalau begitu kau tidak usah membawa pasangan"

"Oh...dengan resiko pemberitaan wartawan gosip yang akan mengatakan bahwa aku benar-benar lesbian dan wanita yang tidak laku?" protes Hermione.

Draco menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Setelah perdebatan panjang dan percikan perdebatan kecil. Akhirnya Draco mengizinkan Blaise sebagai pasangan Hermione—dengan asumsi kalau Blaise dengan jiwa merdekanya tidak akan main hati dengan Hermione.

Sementara nama Theo dicoret karena Theo pernah secara terang-terangan ingin mengencani Hermione dan meminta ijin Draco pada saat mereka di Hogwarts dan saat setelah mereka lulus.

Draco sempat tidak bertegur sapa dengan Theo dalam jangka waktu beberapa minggu.

Draco menghubungi Blaise melalui jaringan floo dan meminta Blaise menjadi pasangan Hermione.

Tentu saja Blaise menyambutnya dengan gembira dengan candaan 'it's pleasure mate, jangan salahkan aku jika Hermione-mu tersayang akan jatuh cinta padaku' segera saja Draco membentaknya dan menderaskan mantra aquamenti, membuat perapian banjir seketika.

Seakan tak puas Draco kembali menelepon Blaise dengan mode speakerphone. Dia memberi tahu apa yang tidak boleh dan apa yang boleh dilakukan pada Hermione pada saat mereka menghadiri pesta—lengkap dengan berbagai ancaman sadis Draco pada Blaise.

Blaise kembali mengoda Draco 'aku lebih senang melakukan apa yang tidak boleh versimu, mate. Kau tahu aku tipe orang yang malas berkomitmen' Draco kembali mengucapkan sumpah serapahnya disertai ancaman pembunuhan.

Sementara Hermione tertawa kencang sampai air matanya keluar.

Kasihan sekali si Blaise ini.

Tapi pada intinya Draco lebih percaya pada Blaise dibanding Theo.

Blaise Zabini

.

.

xxxxxxxxxxx

.

Pesta pun akhirnya dihelat...

Seperti yang sudah diduga para wartawan dan paparazzi dibuat menggila kala trio war heroin tiba di tempat pesta memakai kereta kencana.

Harry tiba paling awal beserta Ginny disampingnya.

"Maaf kami harus masuk, istriku sedang hamil jadi dia tidak boleh terlalu lama berdiri" kata Harry sambil menerobos kerumunan wartawan.

"Berapa usia kehamilanmu Mrs Potter?" tanya salah satu wartawan.

.

.

Kemudian disusul Ron yang merangkul erat pinggang Pansy dan berdiri cukup lama sehingga wartawan dan paparazzi puas mengambil foto mereka.

"Kapan kalian akan menikah?"

"Sudah berapa lama hubungan kalian?"

"Secepatnya kami akan menikah" jawab Ron diiringi dengan senyuman lebar Pansy, sesekali mereka mengumbar kemesraan dengan saling mengecup pipi dan mendaratkan seulas ciuman.

.

.

Selanjutnya Hermione datang digandeng Blaise Zabini, wartawan dan paparazzi semakin menggila mengambil foto mereka dari berbagai angle.

"Apa Mr. Zabini kekasihmu, Miss. Granger?"

"Sejak kapan kalian berhubungan?"

"Hanya teman dekat" jawab Hermione dan Blaise bersamaan dengan senyuman lebar.

Blaise benar-benar sangat menikmati berbagai sorotan ini. Hermione tahu, Blaise hanya ingin menggoda Draco.

Hermione yakin betul, Draco akan membakar semua koran dan majalah terbitan besok.

.

Sementara itu Draco Malfoy datang berikutnya.

Wajahnya datar tanpa senyuman—cenderung cemberut sebenarnya, dilengannya mengayut mesra Astoria Greengrass tersenyum lebar berlebihan yang tak henti melambaikan tangannya pada wartawan meminta mereka memotret lebih.

Dibelakangnya berjalan Narcissa Malfoy dengan anggun dan angkuh khas aristokrat hanya senyum tipis seulas menghiasi wajahnya.

Draco berjalan cepat memasuki ruangan, terlihat seperti tengah menyeret Astoria.

.

.

Draco tak henti-hentinya memandang iri kepada meja buffet paling depan yang berisi 3 pasang para pahlawan kita.

Mereka tertawa-tawa riang, saling bercanda dan sesekali dihiasi dengan pukulan ringan di pundak.

Kentara sekali Blaise—sahabatnya, sangat menikmati kebersamaan mereka.

'Seharusnya aku yang duduk disana disamping Hermione dan berbagi tawa bersama' batin Draco.

Rasanya Draco ingin membunuh Blaise saat itu juga, tapi Draco tak bisa berbuat apa-apa dan bukan salah Blaise juga.

Draco hanya iri, sangat iri—darahnya memanas. Semakin hari rasa posesif Draco terhadap Hermione semakin tumbuh, ia takut jika kehilangan gadisnya.

Ia sadar ia tidak mampu memberikan masa depan yang seharusnya didapatkan pasangan yang saling mencintai—menikah, punya anak dan hidup bahagia.

Ia tak tahu sampai kapan Hermione mampu bertahan dengan kondisi seperti ini. Ia takut jika suatu hari nanti Hermione merasa lelah dan mengakhiri hubungan mereka, lalu kekasihnya menemukan pria lain yang mampu memberikan kebahagiaan seutuhnya.

Ia sangat egois dan bersikap tak adil pada Hermione, tapi hanya itu yang dimiliki Draco saat ini.

Salah satu cara mengikat Hermione—ya, dengan cara ini, bersikap posesif berlebihan.

Hermione sesekali menoleh ke belakang ke arah meja Draco, melayangkan senyuman menenangkan.

Dia tahu Draco memandangnya tanpa henti. Dia tahu Draco merasa iri tapi tidak ada yang bisa dilakukan Hermione.

Mereka harus menerima kepura-puraan ini—rasa lelah kembali menyergap hati Hermione.

"Hei. kau ok, my party date?" tanya Blaise ketika mendapati Hermione merubah raut wajahnya gelisah.

"Draco memandangi kita sedari tadi di belakang"

"Oh itu, tenanglah" Blaise terkekeh kemudian sengaja meraih pundak Hermione dan merangkulnya, lalu menoleh ke belakang mengedipkan matanya jahil pada Draco.

"Blaise.." larang Hermione, melepaskan rangkulan Blaise "Kau bisa benar-benar dibunuhnya nanti"

"Hermione sayang, berkali kali Draco selalu mengancam membunuhku, aku sampai bosan mendengarnya. Tapi ternyata aku masih hidup" Blaise terkikik geli dan tertawa lepas. "Sesekali aku ingin mengerjai, mate-ku yang cemburuan itu"

Hermione hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Blaise.

Blaise selalu santai menghadapi apapun seolah tidak pernah mengalami masalah. Pria yang menyenangkan dan sangat terbuka—hanya sayangnya ia tipe pria takut berkomitmen dan memilih hidup bebas.

.

.

Draco menginterupsi acara dansa Hermione dengan Blaise—padahal baru setengah lagu saja mereka berdansa.

"Ehm...Zabini" panggil Draco dengan nada penuh intimidasi.

"Ah..mate. Sejak kapan kau berdiri disitu? Mana teman dansamu?" Blaise berlagak polos, sementara tangannya masih bertenger santai di pinggang Hermione.

"Lepaskan tanganmu dari pinggang kekasihku"

"Ohh..ohh.. sorry" Blaise mengangkat kedua tangannya.

"Berdansalah denganku" pinta Draco.

Hermione menyambutnya

"Kembalikan pasangan pestaku, mate—jika kau telah selesai, ok"

"Kau cari mati?" desis Draco.

"See you again at OUR table, my lovely Hermione" sambung Blaise seolah tak jera.

Sebelum Draco mengucapkan kata-kata sadisnya, Blaise berlalu dengan kekehan jahil di mulutnya.

Hermione tertawa kecil.

"Apa ada yang lucu?" Draco merenggut sambil meraih pinggang Hermione dan mereka berdansa mengikuti lagu.

"Kau"

"Aku?"

"Kau manis sekali"

"Aku sedang kesal. Apanya yang manis?"

"Jangan cemberut begitu sepanjang pesta, Draco. Kau membuatku tak enak hati"

"Baguslah kalau kau tak enak hati"

"Sikap over possesif-mu terkadang membuatku tertawa dan terkadang membuatku ngeri. Bersantailah aku tidak akan kemana-mana"

"Aku tak yakin. Perasaanku mengatakan kau akan meninggalkan aku sewaktu-waktu"

"Mr. Draco Malfoy termakan perasaan—wow, sangat dramatis" kekeh Hermione.

"Jangan menertawakan aku, love. Biasanya perasaanku tak pernah salah"

"Uhm, well. Lantas aku harus bicara apa?"

"Just Dont Ever Leave Me"

Hermione tersenyum tenang matanya menatap Draco dengan mata hazel teduhnya.

"I won't" balasnya.

'or not yet' batin Hermione.

Pembicaraan dengan Pansy waktu itu terngiang di pikirannya 'leave him?'.

.

.

Draco sempat membawa Hermione ke meja mereka untuk menyapa Narcissa saat Draco tak menemukan Astoria duduk disana. Hermione menyapa Narcissa dan mengobrol sedikit dengan mereka, lalu pamit kepada Draco dan Narcissa untuk ke toilet.

.

.

Hermione baru saja akan membuka knop pintu bilik urgensinya namun diurungkannya, ketika mendengar ada dua orang wanita sedang bicara diluar.

"Ohh...Daphnee, aku sangat senang sekali, akhirnya aku hamil"

"Benarkah? aku turut bahagia mendengarnya, Astoria"

"Kukira Draco tak akan menyentuhku, Daph. Ia selalu menghindar dengan berbagai alasan, itu sempat membuatku frustasi. Tapi akhir-akhir ini kala dia datang ke manor, dia sangat bergairah dan kami bercinta seperti orang gila. Ahh...aku bahagia. Sepertinya dia mulai menyukaiku"

"Benarkah? Syukurlah. Setidaknya kau mengandung penerus Malfoy, As"

"Kuharap ia tidak lagi menemui that Granger bitch. Aku sangat benci wanita itu"

"As, jangan sampai kebencian menguasai hatimu. Tak baik untuk janinmu, mungkin kehamilan ini adalah berkah untukmu, Draco pasti akan sangat memperhatikanmu mengingat kau mengandung anaknya—penerus Malfoy"

"Ya, Daph. Thank you"

Kemudian suara langkah hak sepatu mereka menjauh.

Hermione yang masih duduk di alas toilet merasa dunianya runtuh saat mendengar pembicaraan mereka.

Tangan kanannya memegang dada kirinya, rasa sakit seperti menyayat hatinya.

Hancur.

Astoria hamil dan Draco bercinta dengannya gila-gilaan? Apa-apaan ini? Lantas apa artinya kebersamaan mereka di penthouse selama ini?

Draco berbohong—katanya dia tidak akan pernah bercinta dengan Astoria. Kalaupun iya, bukankah memang seharusnya mereka intercourse karena mereka suami istri.

Lantas Astoria hamil anak Draco, penerus klan Malfoy.

Hermione mengutuk kebodohan dirinya sendiri, betapa naifnya dia terjebak dengan cinta semu.

Hermione sendiri sangat menjaga dirinya agar tidak hamil, ia memakai mantra kontrasepsi selama ini.

Intinya Draco berbohong.

Setelah beberapa lama terdiam merenung dan akan menangis. Hermione memutuskan pergi meninggalkan pesta.

.

.

Malam ini dia menyewa kamar hotel muggle dan membenamkan wajahnya di bantal kamar hotel. Menangis sepuasnya sampai kepalanya pening ditambah beberapa gelas wine yang ditegaknya.

Hermione ingin mabuk dan menangis sepuasnya—sendirian.

4 hari Hermione mengurung dirinya di kamar hotel, Hermione menggunakan fasilitas room service untuk mengirim makanan dan mensuplai pakaian gantinya.

Ia mematikan handphonenya tidak mau diganggu siapapun.

Hermione membolos kerja tanpa kabar. Sesuatu yang sangat tidak Hermione—tapi Hermione tak perduli.

.

.

Siang itu Hermione memutuskan untuk pulang ke penthouse, membereskan semua barang-barangnya dan meninggalkan penthouse, dia akan kembali tinggal di flat lamanya.

Hatinya mencelos ketika mendapati Draco berdiri di depannya.

Rasanya ia tidak siap menghadapi Draco. Draco menatapnya dengan raut wajah lega dan segera memeluknya erat.

"Gosh...Hermione. Kau membuatku khawatir sampai gila. Semua orang mengkhawatirkanmu, kau menghilang dari pesta. Dari mana saja selama ini? Apa yang kau lakukan? Kenapa kau tidak memberi kabar? Kenapa kau matikan handphonemu? Kau baik-baik saja kan?" runtutan pertanyaan keluar dari mulut Draco.

Hermione diam tak membalas pelukan Draco.

Draco kembali dejavu. Sikap Hermione seperti ini pasti ada yang membuatnya kesal dan marah ditambah menghilangnya Hermione selama 3 hari membuat Draco berpikir bahwa masalahnya tidaklah kecil.

"Katakan, love. Ada apa?" Draco melepaskan pelukannya dan menarik dagu Hermione agar mau menatapnya, Draco memberikan tatapan selembut mungkin.

Hermione memalingkan muka—ia tak pernah sanggup menatap mata abu-abu safir itu.

Hermione mendorong Draco menjauh darinya.

"Aku ingin kita berpisah" kata Hermione membelakangi Draco.

"Kenapa? Ada apa? Jangan berkata yang tidak-tidak!" Draco mulai meninggikan suaranya.

"Aku tidak ingin berdebat"

"Tapi katakan apa alasannya!"

Hermione membalikkan badannya menghadapi Draco, berusaha untuk menghadirkan ekspresi datar dan dingin.

"Astoria hamil"

"Lalu?"

"Kau tahu—tentu saja. Kau suaminya"

"Lantas kenapa kalau Astoria hamil?"

"Astaga Draco. Berhentilah bersikap bodoh dan tak berdosa. Astoria hamil dan aku lihat tidak ada masa depan lagi akan hubungan kita"

"Kau berjanji tidak akan pernah meninggalkanku"

"Dan sekarang saatnya aku memang harus meninggalkanmu"

"Menikahlah denganku, Hermione"

"Jadi istri kedua maksudmu? Tidak. Kau merendahkan harga diriku!"

"Maaf"

Hermione mengenakan mantelnya dan mengangkat kopernya.

Tangan kuat Draco mengcengkram pengelangan tangannya, lalu dengan sekali sentak Draco segera meraup ganas bibir Hermione, mendaratkan ciuman penuh emosi—marah, tak terima dan penuh kerinduan disana.

Hermione sempat gelagapan menerima hujanan bibir Draco yang menguasai mulut mungil manisnya.

Apakah ini ciuman terakhir dengan Draco?

Mungkin ini adalah ciuman perpisahan dengan Draco—dengan tanpa ragu Hermione membalasnya.

Ada rasa lega di sela ciuman Draco, ciuman itu melembut dan Hermione ingin merasakan bibir setipis apel untuk terakhir kali, ia menguasai, merasai dan meresapi setiap inci bibir, nafas Draco yang menerpa wajahnya—Ya, ini untuk yang terakhir kali.

Dan Draco salah sangka, dikiranya Hermione kembali luluh dalam rangkulannya dalam tautannya.

Dua kontra perasaan bercampur disana.

Hermione memisahkan diri dan segera menjauh dari Draco.

Draco mencelos melihat sikap Hermione yang tetap akan pergi. Ketakutan terbesarnya sekarang terjadi...

"Dont you ever dare leave me, I know you still love me. Jangan menyakiti diri sendiri" desis Draco menatapnya penuh tanda tanya.

"Aku akan pergi meninggalkanmu—sekarang atau nanti. Yes, it hurts but you have life to carry on and I'm not part of it anymore" jawab Hermione lugas.

"You promise, Hermione! Damn, you promise to me!" teriak Draco kala Hermione mencapai pintu keluar penthouse dan menutupnya.

"Aaaaarrggghhhhh...!"

Hermione masih mendengar teriakan kencang frustasi Draco dan bantingan barang, suara barang pecah terdengar dari balik kamar.

Hermione bergegas menuju lift untuk turun.

.

.

xxxxxxxxxxx

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

244K 36.7K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
147K 6.4K 14
You Must Love Me! Rate M Romance, School Life, Drama Disclamair: All Chara belong 'Masashi Kishomoto' and over all this fict is mine Warning: DONT L...
84.4K 8.1K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
14K 2K 22
- Dewasa 21+ - Yang belum cukup umur lain kali saja bacanya - Beberapa part akan diunpublish acak demi mencegah plagiat Lolita series [2] "Kau boleh...