PLAYING BY THE FATE | Dramion...

By Mountaztaz

105K 7.4K 1.2K

Draco berusaha keras untuk mempertahankan Hermione agar tetap disisinya, apakah Lucius dan Narcissa akan ikut... More

Bab 1 - Head Boy and Head Girl
Bab 2 - Falling in Love
Bab 3 - Friendship Zone
Bab 4 - When Slytherin makes woo
Bab 5 - Hurtful Truth
Bab 6 - Stay
Bab 7 - Slytherin Princess
Bab 9 - Stealing the Moment
Bab 10 - I Wish....
Bab 11 - When The Party is Over
Bab 12 - Walk Out
Bab 13 - Slytherin Charms
Bab 14 - Together Again
Bab 15 - The Proposal
Bab 16 - Malfoy's Wedding
Bab 17 - Malfoy Heirs
Bab 18 - Death Eaters Curse
Bab 19 - Malfoy Dark Secret
Bab 20 - Newborn Baby
Bab 21 - EPILOG : What Malfoy wants then Malfoy gets

Bab 8 - Magic Three Word

3.8K 343 62
By Mountaztaz

.
.

2 hari menjelang pesta kelulusan,

Setelah selesai rapat koordinasi dengan para prefek dan guru-guru yang bertugas bertanggung jawab untuk mengadakan pesta kelulusan, mereka dengan tertib membubarkan diri.

Draco dan Hermione masih mempunyai tugas patroli malam, masih ada waktu sekitar 1 jam sebelum patroli dilaksanakan.

Draco mengajak Hermione untuk pergi ke tepian danau hitam, ingin cari angin—alasannya. Alasan tak masuk akal, karena angin selalu dimana-mana berhembus di setiap koridor, tapi Hermione mengikutinya ketika tangan Draco menariknya untuk segera bergegas menuju danau hitam.

Malam ini sangat cerah, bintang-bintang berkerlap kelip memamerkan sinarnya di langit, bulan separuh terhias indah disana. Angin pun semilir berhembus.

Draco dan Hermione terbaring di atas rerumputan kering, memandang langit dan menikmati lukisan alam di gelapnya malam.

"Hermione..." panggil Draco.

"Hmm..."

"Ajarkan aku mantra Patronus"

"Kau tak bisa membuat Patronus?"

"Patronus-ku sangat lemah, hanya letupan kecil di ujung tongkatku"

"Kau bercanda?" sela Hermione tak percaya.

"Makanya ajarkan aku, dasar cerewet"

Hermione menghela nafas.

"Sumber mantra Patronus adalah rasa kebahagian. Kau cukup membayangkan hal yang membahagiakan di hidupmu, semakin tinggi level bahagiamu semakin kuat Patronus-mu" terang Hermione.

"Apa Patronus-mu?"

Hermione mengacungkan tongkatnya ke atas, "EXPERTO PATRONUM" kemudian muncul garis keperakan dan membentuk berang-berang transparan terang keperakan dan melayang di atas mereka.

"Berang-berang? Itu sangat kau?" kikik Draco.

Hermione mendelikkan matanya ke arah Draco. "Jangan bilang Patronus-mu adalah ferret, Draco" ejek Hermione.

"Yang jelas bukan ferret" elak Draco.

"Buktikan!"

Draco menjentikkan tongkat sihirnya, mengucap mantra Patronus, yang muncul hanya letupan kecil berwarna silver.

"Fokus Draco. Bayangkan hal yang sangat membuatmu bahagia"

Draco memejamkan mata, urat pelipisnya berkedut—tanda berpikir. Beberapa saat kemudian, dia kembali menjentikkan tongkatnya, "EXPERTO PATRONUM!"

Lalu muncul seekor elang besar transparan terang keperakan terbang ke atas permukaan danau hitam.

Hermione tertawa kecil, melihat Patronus Draco sangat indah. Hermione kembali mengucapkan mantra Patronus seakan tak mau kalah.

Kini mereka memandangi seekor berang-berang dan elang saling melayang meliuk liuk di atas langit, sinar Patronus mereka memantul di permukaan air danau.

Draco dan Hermione sama-sama tertawa kecil, melambaikan tongkatnya perlahan-lahan mengikuti gerakan bentuk Patronus mereka.

Hermione membalikkan badannya—setengah telungkup menjadikan sikunya untuk menopang beban tubuhnya. Menengadahkan kepalanya menatap Patronus mereka yang perlahan memudar—disisinya ada Draco, merebahkan kepalanya di punggung Hermione, merasakan hangat tubuh gadisnya membelai pipinya. Hermione tersenyum bahagia.

"Apa sumber kebahagianmu?" tanya Draco.

"Sangat banyak. Kalau sekarang ini—aku membayangkan kau yang ada disisiku. Kalau kau?" Draco menelusuri punggung Hermione—membauinya, dan menyibak rambut Hermione yang menghalangi daerah lehernya lalu menciuminya. Membuat Hermione sedikit bergerak—geli.

"hmm.." endus Draco, menarik nafas disana. "Aku membayangkan kau yang sedang tersenyum lebar dengan wajah bahagia, berjalan menuju altar, menghampiriku yang sedang menunggumu, untuk berjanji sehidup semati"

Hermione terpana mendengar jawaban Draco, Draco membayangkan pernikahan mereka?. Hermione membalikkan badannya menatap Draco—tak percaya.

Pria yang esok hari bukan miliknya lagi, pria yang akan menjadi milik Astoria, malah membayangkan pernikahan dirinya dengan Draco? Hermione cukup tersanjung, andaikan semua itu memang terjadi—Hermione membatin berharap dan sedikit terluka.

Mereka berdua terduduk, saling menatap dan Draco menyisipkan kedua tangannya di leher Hermione, mendekatkan bibirnya dan keduanya berciuman, saling merasai bibir masing-masing dan ada rasa getir disana.

"Itulah Patronus-ku, kaulah Patronus-ku. Always"

"...Draco..." gumam Hermione mengigit bibir bawahnya. Draco tak pernah berhenti membuat jantungnya berdegup kencang.

"I love you, Hermione. I'm obviously sure, that I love you"

"I thought you never say that" bibir Hermione bergetar.

Pernyataan cinta Draco melalui mulutnya akhirnya didengar Hermione, walaupun Hermione tahu selama ini Draco mencintainya. Tapi dia tidak pernah mengucapkannya.

Benar apa yang dikatakan Narcissa bahwa seorang Malfoy terlalu gengsi untuk mengakuinya.

Malfoy tetaplah Malfoy, mereka lebih baik menunjukkan perasaannya dengan sikap dan perbuatan yang menandakan bahwa mereka mencintai seseorang ketimbang mengumbar kata-kata.

Tapi bagi seorang wanita, pernyataan dengan lisan adalah hal yang sakral dan sangat penting, sebagai penguat bahwa hubungan itu diakui. Bukankah ini sangat romantis?

"I love you too" Hermione menjawab dengan senyuman sangat-sangat-sangat bahagia.

Malam yang indah—sebuah bintang berkerlip terang dan kemudian jatuh. Ekor bintang jatuh itu menggariskan sinarnya terang di bidang hitamnya langit.

.

.

xxxxxx

.

1 hari menjelang pesta kelulusan...

Hermione tampak puas kali ini, rapat terakhir prefek berjalan lancar. Mereka tenggelam dalam tugas masing-masing. Besok adalah hari final, para murid-murid Hogwarts tingkat tujuh tampak antusias.

Persiapan telah dilakukan sempurna, ini adalah pesta kelulusan pertama pasca perang—siapa yang tidak akan antusias.

Pesta ini disinyalir akan spektakuler acaranya bahkan kementerianpun ikut partisipasi dalam pesta ini. Banyak petinggi kementerian akan hadir di pesta ini—pesta kelulusan tahun ini merupakan pesta yang ditunggu-tunggu.

Hati para undangan yang akan hadir pastinya akan berdebar-debar. Jumlah wartawan yang akan meliput pesta meningkat jumlahnya. Keamanan ditingkatkan.

Demi kelancaran pesta, hanya siswa angkatan enam dan tujuh yang diperbolehkan hadir. Masing-masing sibuk mempersiapkan pakaian dan pasangannya. Termasuk Hermione dan Draco, mereka berdua tidak perlu pusing mencari pasangan karena posisi Ketua Murid wajib hadir sebagai pasangan.

Nasib serasa mendukung mereka, bukan?

"Goldstein dan Robe, jangan lupa. Sebelum patroli pastikan kau mencek menu makanan sekali lagi"

"Blaise...pastikan kau mengunci aula besar setelah jam patroli malam, aku tak mau ada keributan di dalamnya dan menghancurkan dekorasi, kau akan dibantu Abbot"

"Pansy kau temani Hermione, memeriksa kiriman buket bunga untuk para lulusan, siapa tahu ada yang menyelundupkan sesuatu yang aneh di dalamnya"

"Sementara aku akan mengecek titik penjagaan bersama McLaggen"

"Mengerti?" Draco memerintah para prefek dan Hermione menceklis perkamennya. Mereka memandangi para prefek yang hadir di meja rapat.

"Yes, Sir" seru mereka serempak.

"Baik, rapat bubar. Koordinasi terakhir akan dilaksanakan setelah makan siang pukul 13.00. Laporkan kemajuan tugas masing-masing kepadaku atau Draco" Hermione menutup rapat sambil tersenyum puas.

Mereka keluar dari ruangan kecuali Draco, Hermione, Pansy dan Cormag.

"Kalian duluan, aku bersama Pansy akan membereskan berkas-berkas ini dulu" pinta Hermione pada Draco dan Cormag.

Draco mengangguk kemudian berlalu bersama Cormag.

"Jadi besok kau akan berpasangan dengan siapa, Pans?" tanya Hermione sambil menyihir perkamen-perkamen agar menyusun rapi.

"Aku tidak tahu dan aku tidak perduli. Bagiku tak penting datang dengan siapapun, yang penting malam itu kau akan berakhir dengan siapa" ujar Pansy cuek, dia menyihir beberapa piala dan piring kotor bekas konsumsi rapat menjadi menghilang—dikirim ke dapur.

Hermione tertawa lepas, "Ya..ya..kau benar"

"Dulu, aku akan kebakaran jenggot jika sebulan sebelum pesta, aku belum juga memiliki pasangan. Paniknya luar biasa" Pansy tergelak menertawakan kelakuannya dulu.

Sepertinya hubungan Pansy dan Hermione semakin akrab, karena Ginny juga ikut bergabung di dalamnya. Mereka bertiga menjadi sering ngobrol dan tertawa cekikikan, mengosipkan apa saja.

Hermione baru tahu bahwa mempunyai teman ngobrol perempuan selain Ginny sangat menyenangkan.

Dan Pansy orang yang sangat pandai mengomentari orang-orang, tak heran dulu Pansy dijuluki si mulut pedas. Kalau dahulu tujuannya mengejek dan menghina tapi sekarang tujuannya hanya untuk bahan candaan.

"Ginny dan aku sudah merombak pakaian untuk besok. Kau tahu, designer yang namanya Versace itu sangat jenius dan aku menyukai semua—" kata-kata Pansy terpotong kala mendengar suara yang dikenalnya.

"Aku ingin bicara denganmu, Granger" Astoria muncul dihadapannya. Pansy terkejut melihat sosok Astoria yang berdiri dengan wajah tidak ramah.

Hermione mengerling. Berhadapan dengan wanita yang menjadi calon istri kekasihnya, membuat dia sedikit gugup "Ya, mau bicara apa?"

"Hanya kita berdua" tuntut Astoria.

"Bicaralah As, aku tidak akan meninggalkan Hermione karena setelah ini kita ada tugas penting" tukas Pansy.

"Oh, baiklah. Karena kupikir kau juga harus mendengarnya" Astoria mendelik tajam pada Pansy.

Hermione mengambil tempat menyender ke tepi meja rapat, sementara Pansy berdiri di samping—di antara Hermione dan Astoria yang sedang berdiri berhadap-hadapan.

"Jauhi Draco-ku!" pinta Astoria sambil menunjuk hidung Hermione.

"Maksudmu?" Hermione sedikit tersinggung dengan tingkah gadis yang umurnya lebih muda darinya.

"Kau jangan pura-pura, Bitch!"

"As, language!" protes Pansy.

"Potong 20 point untuk Slytherin, karena berbahasa tidak sopan" tegas Hermione.

"Potong saja semaumu! Karena kau bersikap sok kuasa, Granger? Hingga seenaknya saja kau memacari calon suami orang? Kau tak punya harga diri! Kau membuatku muak" jerit Astoria tampaknya tak mampu mengendalikan emosinya.

"As, apa yang kau bicarakan?" Pansy mencoba menenangkan Astoria.

"Kau juga sama saja, dasar penjilat! Kau merendahkan dirimu dengan bergaul dengan pengkhianat darah juga MUDBLOOD—" Astoria mengernyit jijik.

"STOP!" jerit Pansy marah pada Astoria. "Hermione, tolong kau potong 100 point dan detensi untuk gadis kecil yang menyedihkan ini" menatap tajam Astoria, bahu mereka naik turun menahan marah.

Hermione berjengit, selama pasca perang tidak ada yang berani lagi menyebutkan kata-kata itu, tapi Astoria mengatakannya demi Draco—Ya, demi keputusasaannya atas Draco.

"Kau pikir selama ini aku tidak tahu hubunganmu dengan Draco, aku melihatnya, aku merasakannya. Draco tidak pernah menganggapku ada, dan kaulah penyebabnya. Bersembunyi dengan alasan tugas Ketua Murid, itu hanya omong kosong belaka padahal kenyataannya kalian saling membelit bagai ular menjijikan di atas ranjang setiap malam!"

Hermione menelan ludah, yang dikatakan Astoria benar. Hati gadis ini terluka atas perbuatannya dan Draco.

Tapi Hermione terus menyangkalnya, Hermione adalah manusia biasa yang punya rasa egois—egois akan Draco.

Hermione merasa bahwa ia sudah berkorban banyak dengan merelakan Draco menikahi Astoria nantinya, mereka akan tinggal seatap, serumah, sering bertemu dan komunikasi kelak.

Hermione hanya meminta waktu sedikit sebelum mereka menikah untuk menikmati waktunya dengan Draco—kekasihnya.

"Kubilang jaga ucapanmu As, kau sama sekali tidak punya harga diri dengan menuduhnya seperti itu?" bela Pansy.

"Kau pikir aku buta?" Astoria memandang horror Pansy.

"Jadi apa yang kau inginkan, heh? Apakah dengan bersikap seperti ini, Draco akan lari padamu? Berada di pelukanmu? Kau tidak mengenal Draco dengan baik—aku sangat mengenalnya. Sikap memalukanmu ini akan membuat Draco semakin memandangmu seperti sampah. Aku jadi menyesal telah berbaik hati denganmu As—aku kasihan dengan Draco"

Astoria menangis kencang.

Hermione diam, bingung harus melakukan apa? Bicara apa?

"Hanya—hanya saja jauhi Draco, kumohon padamu" pinta Astoria dengan suara tercekat, memohon pada Hermione. Lalu dia membalikkan badannya, berlari sambil menangis.

Astoria Greengrass

Hermione masih termenung, dia menghela nafas berat—lelah.

Lelah menghadapi perasaannya, lelah menghadapi kenyataan bahwa setelah esok hari—mereka tak akan tinggal lagi di Hogwarts.

Hermione akan berpisah dengan Draco.

"Sangat telat bukan?" ucap Pansy mengernyitkan hidung, Hermione menoleh.

Pansy mengangkat bahunya, "Gadis bodoh, meminta kau menjauhi Draco padahal lusa kita sudah meninggalkan Hogwarts. Seharusnya dia mendatangimu dan mengatakannya berbulan-bulan lalu. Yah well...kupikir gadis Greengrass yang itu punya otak sama pendeknya dengan roknya" cela Pansy sambil terkekeh.

Hermione tahu, Pansy mencoba mencairkan suasana tegang. Dan Hermione berterima kasih akan hal itu.

"Rokmu juga sama pendeknya, Pans" Hermione tertawa kecil menunjuk rok Pansy yang berada 15cm di atas lutut. Pansy ikut tertawa menyadarinya.

"Ini membuatku sexy—tahu. Otakku yang keren dan pakaianku yang sexy membuatku jauh di atas rata-rata dibanding dirinya" Pansy mengatakan sambil mengibaskan lebay rambut hitam kebiruannya.

"Yeah, Pans. Kau selalu sexy" Hermione terkikik. "Sudahlah ayo kita pergi. Bunga. Cek" ajak Hermione.

"I'm sexy and I know it" Pansy berjalan sambil menggoyangkan pinggulnya centil.

"Oh..come on. Rasanya aku ingin meremas bokongmu"

"Jangan jadi lesbian. Miss Head Girl, aku masih normal"

"Shut up, Pans!"

Mereka cekikikan di sepanjang koridor.

Masalah Astoria? Lupakan saja...

Continue Reading

You'll Also Like

17.5K 1.4K 13
Terjebak dalam permainan nya sendiri, Hermione seharusnya menyadari sedari awal bahwa tak seharusnya dia bermain main dengan seorang Draco Malfoy.
184K 14.4K 32
perjalan panjang kisah cinta pewaris tahta dari keluarga paling tersohor Draco Malfoy dengan Gadis kelahiran Muggle yang begitu beruntung karna bisa...
66.4K 7.1K 36
Bisakah kita disebut musuh? Sekedar teman? Atau mungkin sepasang kekasih? Entahlah seperti apa hubungan mereka berdua, yang jelas mereka selalu bers...
78.8K 7.3K 19
[Draco Malfoy X Hermione Granger] Rumor yang menyebutkan Hermione Granger sebagai orang ketiga dari hubungan pewaris tunggal klan Malfoy, Draco Malfo...