PLAYING BY THE FATE | Dramion...

By Mountaztaz

101K 7.3K 1.2K

Draco berusaha keras untuk mempertahankan Hermione agar tetap disisinya, apakah Lucius dan Narcissa akan ikut... More

Bab 1 - Head Boy and Head Girl
Bab 2 - Falling in Love
Bab 3 - Friendship Zone
Bab 5 - Hurtful Truth
Bab 6 - Stay
Bab 7 - Slytherin Princess
Bab 8 - Magic Three Word
Bab 9 - Stealing the Moment
Bab 10 - I Wish....
Bab 11 - When The Party is Over
Bab 12 - Walk Out
Bab 13 - Slytherin Charms
Bab 14 - Together Again
Bab 15 - The Proposal
Bab 16 - Malfoy's Wedding
Bab 17 - Malfoy Heirs
Bab 18 - Death Eaters Curse
Bab 19 - Malfoy Dark Secret
Bab 20 - Newborn Baby
Bab 21 - EPILOG : What Malfoy wants then Malfoy gets

Bab 4 - When Slytherin makes woo

5.9K 413 45
By Mountaztaz


Anak-anak tolong GO AWAY !!!


CHAPTER 4

PLAYING BY THE FATE

.

.

Mata Hermione mengerjap kala pagi hari datang, dia merasakan nafas Draco yang hangat menerpa lehernya, lengan Draco melingkari perutnya.

Tidur bersama sudah menjadi kegiatan rutin bagi Hermione dan Draco. Gerakan bangun Hermione menyadarkan Draco—dia mengeratkan rangkulan lengannya di perut Hermione, hidung Draco semakin dalam menyusup di leher dan rambutnya.

Hermione mengusap lengan Draco yang melingkar diperutnya, merasakan lehernya sudah meremang karena hembusan nafas Draco. Beberapa lama mereka diam dalam di posisi itu—hingga akhirnya, Hermione pun bangun, urgensinya membawa dia harus ke kamar mandi.

Setelah Hermione cuci muka dan gosok gigi, Hermione melihat Draco menyusulnya ke kamar mandi.

"Kau mau mandi?"

"Aku mau dimandikan olehmu"

"Dasar manja, biasanya juga dibantu peri rumah"

"Lantas aku tidak boleh bermanja-manja denganmu?"

Hermione memutar bola matanya.

"Oh..baiklah. Mengingat besok kita harus kembali ke Hogwarts, maka aku berbaik hati membantumu"

Draco menyeringai, tatapan nakal memenuhi matanya. Hermione mendengus. Mereka berdua pergi ke kamar mandi.

"Duduklah, biar kulihat bekas lukamu, ini harus diolesin ramuan lagi sebelum mandi"

Draco menurut dan duduk membelakangi Hermione, di bangku berbungkus kulit yang terletak di terletak di sisi bath tub kamar mandi mewah kamar Draco.

Draco membuka kancing atasan piyamanya dan Hermione membantu melepaskannya. Berkali-kali Hermione menatap punggung Draco dengan perasaan terluka seolah ia ikut merasakan sakit yang dideritanya selama ini, lalu Hermione mengoleskan ramuan perlahan-lahan di setiap inci lukanya.

Tak disadarinya, kini ia meneteskan air matanya, entahlah Hermione merasa sedih dan iba. Sedikit terisak membuat Draco menangkap tangannya dan memutarkan badannya menghadap Hermione.

"Kau kasihan padaku?" Draco menatapnya. Ia seolah paham, apa alasan Hermione menangis.

Hermione menggeleng, "Aku kagum padamu"

Draco menaikkan alis—tak mengerti.

"Baru kusadari, Draco—Kau begitu banyak mengalami penderitaan waktu itu. Kau mengalami banyak siksaan, Siapa yang melakukannya?"

Draco kembali membelakangi Hermione.

"Apa Voldemort?"

"Ayahku, bibiku dan makhluk brengsek itu" jawab Draco pelan sambil menunduk.

Hermione terkesiap, ayahnya—Lucius? Bibinya mungkin yang dimaksud Bellatrix—Hermione tak heran bila wanita gila itu yang melakukan, tapi ayahnya? Lucius menyiksa anaknya sendiri?

"Your Father? H-How is he-?" gumam Hermione.

"I'm the boy who have no choice—aku lahir, hidup, dibentuk, dan ditentukan di setiap langkahku. Masa depanku sudah digariskan, tidak ada pilihan, tidak bisa memilih. Kau tahu betapa memuakkan—terdoktrin harus begini, harus begitu. Jika melanggar atau melawan—Yah..kau tahu" Draco mengangkat bahunya lemah.

"Dan tahun ke 6, adalah tahun yang terburuk untukmu" tebak Hermione.

Ia mengingat kala memperhatikan Draco di waktu sebelum Dumbledore terbunuh. Draco tampak stress, depresi dan ketakukan.

Draco mengangguk.

"Bellatrix, mengcrucioku, saat aku menolak mengutukmu dan menolak mengenali Harry. Dari awal aku menyadari bahwa aku telah memilih jalan yang salah. Hanya ibuku yang memahami aku, ayah dikuasai ambisi sekaligus bersikap pengecut karena tidak bisa melindungi keluarganya. Ambisi ayahku menghancurkanku. Aku membencinya sekaligus menghormatinya—as a Father"

Hermione mengusap bahu Draco dan meremasnya perlahan, memberikannya semangat dan kekuatan.

Tak disangka seorang Malfoy yang terkenal arogan, suka seenaknya dan bersikap seolah dunia miliknya mempunyai latar belakang yang kelam.

Semua sikap arogansinya adalah semata-mata untuk menutupi keborokannya dan membully orang lain adalah sebagai pelampiasan marahnya.

Malfoy junior ini tak pernah merasakan hidup normal dan bebas.

"Aku jijik melihat diriku sendiri, Hermione. Kepercayaan diriku hancur ketika melihat puzzle yang menjijikkan di tubuhku. Aku tak pernah menyentuh wanita sejak aku mempunyai jejak memuakkan ini. Mereka pasti akan mencelaku"

Hermione paham itu sebabnya Draco sangat menjaga dirinya untuk tidak menyentuh dirinya lebih jauh. Ia malu.

Draco telah mengungkapkan isi hatinya, aibnya dan keadaan dirinya. Seorang Draco Malfoy telah meruntuhkan semua harga dirinya dengan menceritakan semuanya kepada seorang mudblood—Hermione Granger.

Sesuatu yang tak masuk akal jika Draco masih mengusung supremasi pride and prejudice-nya.

Hermione menyondongkan bibirnya menuju luka Draco—mengecupnya perlahan—mengariskan bibirnya di setiap inci ukuran luka yang tergambar disana. Tubuh Draco menegang penuh antisipasi.

Hermione bisa merasakan kulit Draco meremang, namun dia tak berhenti, dia tetap melakukan kecupan demi kecupan di seluruh permukaan punggung Draco.

Dan perlakuan Hermione membuat kelelakian Draco bangkit.

Hermione berdiri dan menghadap ke Draco, duduk di pangkuannya, mengangkangi perutnya. Dada Hermione menghadap wajah Draco. Hermione menundukkan kepalanya untuk meraup bibir Draco dan menciumnya penuh gairah.

Draco terkesiap—tak pernah disangkanya bahwa Hermione memulai agresifitas ini. Dan Draco tak menolak, dia membalas ciumannya dengan gairah yang sama, nafas mereka mulai memburu. Kelelakian Draco mengeras kala paha Hermione menyentuhnya.

Tangan Draco menyusup ke balik kaos kebesaran Hermione dan membuat garis vertikal disana, mereka saling membalas ciuman penuh dominasi, jemari Hermione menyusup ke rambut-rambut Draco—membuatnya berantakan. Pinggul Hermione mengesek gesek pangkal pahanya, membuat Draco hilang kendali dan dia tidak tahan lagi.

Draco berdiri sambil mengendong Hermione, kaki Hermione melingkari pinggul Draco. Mereka terus berciuman panas, miring ke kanan dan ke kiri, sampai akhirnya mereka melemparkan diri mereka ke atas ranjang, posisi mereka terbalik, Draco kini berada diatas Hermione.

Bunyi decak pelan mengakhiri ciuman mereka. Hermione mengambil kesempatan itu untuk meloloskan kaosnya ke atas, dan menyisakan branya disana. Draco tak mau kalah dia meloloskan celana pendek Hermione beserta celana dalamnya sekaligus sehingga bagian bawah Hermione terekspos bebas.

Draco mengerjapkan mata, melihat pemandangan indah dari tubuh Hermione. Ia tidak pernah salah bila berfantasi akan tubuh Hermione yang sempurna, semuanya terasa pas dengan yang dibayangkannya.

Sadar ditatap sedemikian rupa oleh Draco, Hermione melakukan gerakan menurunkan tali branya lalu membuka kaitnya, dan disanalah kedua bukit kembar mengacung sempurna menunggu untuk dicicipi.

"Hermione, kau menggodaku? Kau tahu akibatnya bila kau begini?" Draco menyeringai lapar.

Alih-alih menjawab, Hermione bangkit setengah duduk lalu meloloskan celana piyama Draco dari kakinya. Lalu menggoda benda yang mengeras milik Draco di balik boxer dengan jarinya. Hermione bermain dengan instingnya.

"Ooohhh...Hermione, what the fuck!" Draco merasakan aliran nikmat kala Hermione meloloskan kembali boxernya dan dengan cepat mengurut batang kelelakiannya membuat dia hilang kendali, sudah lama Draco menahan diri untuk tidak melakukan ini dengan Hermione.

"I know you want me, Draco. So do it" gumam Hermione.

Draco menerjang Hermione—memerangkapnya dan menciumnya kasar, kecupan keras menandai kulit Hermione dimana-mana, di wajahnya, di lehernya, mengigit cuping telinganya.

Nafas mereka memburu—tangan Draco menjelajah nakal mencapai pangkal paha Hermione dan mengusap kewanitaan Hermione, kaki Hermione secara otomatis membuka lebar, memberi akses agar Draco berbuat lebih, jarinya memasuki milik Hermione—Hermione memekik dan membuat tubuh Hermione menegang.

Bibir Draco kemudian bermain turun mencapai buah dadanya dan meraupnya rakus, menghisap panjang, menjilat kasar, memutarkan lidahnya di aerola Hermione. Hermione mengerjang nikmat, dikerjai Draco di kedua bagian sensitif dirinya. Jari Draco keluar masuk lebih cepat di milik Hermione.

"Draco...aahhh..." desahan Hermione semakin kencang terdengar sexy di telinga Draco.

"...you like it" goda Draco.

"hhmm...yesshh..do faster" Hermione mengerang.

Gerakan Draco makin menggila kala merasakan milik Hermione basah sepenuhnya—membanjiri jarinya. Hermione akan mencapai orgasme pertamanya dan Draco membimbingnya. Punggung Hermione melengkung lalu Hermione menggeram rendah dan mendesah hebat, jari Hermione menyelusup liar di rambut Draco. Orgasme pun tercapai—rasanya membuat Hermione melayang dan sesuatu meledak dalam dirinya.

"oohhh...Draco...Draco..."

"yes, my love..."

Kini giliran Draco yang akan memasuki Hermione, diciuminya lagi tubuh Hermione, kejantanannya sedari tadi minta giliran. Draco membuka lebar kaki Hermione dan mulai memasukinya perlahan—ugh..terasa sempit. Draco sadar ini adalah pengalaman pertama Hermione.

"First?" tanya Draco menyipitkan matanya.

Hermione mengangguk lemah

"Are you sure?"

"Please...Draco..."

"Geezz...Hermione, I'm sorry, I'm going to far—" sesal Draco tak menyangka bahwa Hermione masih perawan.

"I'm ready. please...Draco. I want you..be my first" tatap Hermione sambil memohon.

Mata Draco menatap Hermione mencari keyakinan disana atas keputusan Hermione. Hermione mengangguk mengizinkan.

"My honor to me, love" Draco merasa tersanjung, dialah yang pertama kali menyentuh Hermione, sang Putri Gryffindor dan Hermione rela memberikan kehormatannya pada sang Pangeran Slytherin.

Draco tersenyum menenangkan Hermione dan memberikan tatapan bahwa ia akan memperlakukannya se-gentle mungkin. Ciuman terima kasih dari Draco menerjang Hermione.

Draco harus membuat Hermione kembali dikuasai nafsu birahinya. Dia terus menciumi Hermione ke bagian perutnya menyusur ke bawah—tangannya yang lain meremas lembut payudara Hermione dan memainkan jari-jarinya disana.

Mulut Draco mencapai kewanitaan Hermione dan mengekplorasi ciuman disana. Hermione menggelepar hebat, kakinya bergetar menahan sensasi geli nikmat di kewanitaannya dan akhirnya Hermione mencapai orgasme kedua. Tanpa membuang kesempatan, Draco memasuki miliknya ke milik Hermione, perlahan kemudian menyentak.

"Ouuchhh...Draco" jerit Hermione meringis perih.

"Hold on, ok. It hurt litte bit..." desis Draco di tengah desahan beratnya.

Hermione mengigit bibir bawahnya, dan menarik Draco untuk menciumnya. Draco menyambutnya memberikan ciuman panas, lidah mereka dipilin liar bak ular yang kepanasan. Draco berhasil memasuki Hermione, beberapa saat kemudian milik Hermione semakin santai menikmati pergerakan Draco. Nafas makin kencang memburu, desahan dan erangan dari masing-masing mulut memenuhi ranjang yang panas.

"Hermione...aaahhh...Hermione..."

"Yess...Draco..."

Masing-masing saling mendesah memanggil nama dan Draco bekerja semakin cepat disana, kaki Hermione telah melingkari punggung Draco, peluh Draco menetes di dada Hermione. Gerakan Draco semakin teratur dan cepat, Hermione kembali merasai ada yang meledak di bagian bawahnya, lalu menjerit kecil mencengkram lengan Draco dan menanamkan kukunya disana saat orgasme ketiganya datang. Tak lama kemudian pertahanan Draco pun jebol, ejakulasi hebat memenuhi kewanitaan Hermione, Draco melenguh keras dan membenamkan kepalanya di leher Hermione, merangsek ke rambutnya. Menekan Hermione dibawahnya.

Beberapa saat mereka diam-saling menenangkan diri.

Hermione membelai lembut kepala Draco, matanya menerawang.

"That was sex?" gumamnya.

"Yes, that's was sex, fantastic sex—ever" jawab Draco berbisik di telinga Hermione dan mengecupnya. Mengambil tongkat sihir dan merapalkan mantra kontrasepsi.

Pagi itu mereka enggan turun dari ranjang, lebih memilih saling bercumbu sambil diwarnai cekikikan kecil. Narcissa telah menyuruh peri rumah untuk membawa makan siang mereka ke kamar, dan mereka tidak keberatan—entahlah Narcissa seolah mengerti apa yang mereka lakukan seharian di dalam kamar sana.

Narcissa sempat mendengar suara jeritan dan desahan kencang dari balik pintu saat akan memanggil mereka untuk sarapan pagi. Diam diam Narcissa tersenyum tipis.

Mereka baru turun kamar untuk makan malam bersama, makan malam yang singkat, karena mereka tak tahan untuk kembali ke kamar, memulai, melakukan, menyudahi permainan panas tanpa henti sepanjang malam. Dan berakhir dengan nafas kelelahan yang memburu, saling memeluk erat tanpa selembar pakaianpun karena Draco protes, 'nanti juga dilepas kembali, Hermione' katanya menyeringai mesum.

"Kukira besok aku akan susah berjalan" gumam Hermione, memejamkan mata. Disambut oleh kekehan Draco dan mencium pipinya dari belakang.

Tertidur dengan gelungan dua tubuh yang berangkulan berikut seprai yang sudah tak beraturan bentuknya.

.

.

xxxxxx

Continue Reading

You'll Also Like

317K 30.7K 22
Diseret paksa oleh teman satu asrama membuat Sakura harus menjadi gelandangan di salah satu klub malam. Mabuk, kehabisan uang, dan ditinggal sendiria...
59.1K 7.6K 39
[ 𝐒𝐚𝐬𝐮𝐬𝐚𝐤𝐮 ] Sepasang iris gelap yang begitu indah tersebut, tak pernah lelah memperhatikan sosok gadis yang selalu lewat di depan pohon beri...
47.4K 1.9K 77
Seorang perempuan bernama Janelle Risterita Roust yang notabenenya seorang perempuan keturunan vampire bergelar bangsawan tinggal di dunia fana bersa...
90.4K 8.8K 25
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...