I'm Always Be Yours (END)

By windabp

2.9M 116K 3.8K

ADULT STORY 🔞 "Nothing Hurt more than realizing he meant everything to you but you meant nothing to him" Kat... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Another Story
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 29
Chapter 30
New story
Info Penting

Chapter 28

66K 3K 162
By windabp

"Oke good job guys. Kita break setengah jam"

Freya menghembuskan nafas lega saat Darrel fotografer andalan di agensi tempatnya bernaung mengakhiri sesi pemotretan dan menyuruh para kru untuk beristirahat. Hari ini Freya tengah melakukan photoshoot untuk sebuah katalog perhiasan yang dimana dirinya menjadi brand ambassadornya.

Freya menyempatkan diri untuk mengecek hasil fotonya sebelum kemudian berpamitan pada para kru di dalam studio itu. Ia lantas mengganti pakaian yang telah disiapkan Marry sang manager. Setelah mengenakan blouse satin berwarna abu-abu dan short skirt berbahan kulit, penampilan model cantik itu tampak lebih casual.

"Setelah ini jadwalku kosong kan Mar?" tanya Freya yang dijawab dengan anggukan kepala dari sang manager

"Hari ini dijemput oleh chef tampan itu lagi?"

"Iya Austin akan mengajakku makan siang setelah itu melihat penthouse baru miliknya"

Rencananya Austin akan menjemput Freya setelah jadwal pemotretannya usai. Pria itu ingin mengajaknya berkunjung ke penthouse yang baru saja dibeli oleh Austin yang terletak di 432 Park Avenue Penthouse, Manhattan. Sudah hampir dua minggu sejak ia kembali dari Chicago dan hubungan Freya dengan Austin pun semakin dekat dari hari ke hari. Freya bahagia dapat dipertemukan kembali dengan Austin, teman masa kecilnya saat di panti asuhan dulu. Sifat Austin pun masih sama seperti yang Freya ingat, begitu hangat dan juga perhatian. Seandainya bisa Freya ingin mengalihkan perasaan cintanya pada Austin, namun sayang ia begitu bodohnya tergila-gila pada Max si keledai dungu itu.

"Jadi dia serius pindah ke Manhattan? Demi dirimu? Lalu bos besar Max apa kabar? Aku kira kalian sudah resmi berkencan, bukankah waktu itu kalian begitu panas?" cecar Marry menaik turunkan alisnya untuk menggoda Freya

Freya tertawa menanggapi ucapan manajernya, ia sangat tahu yang dimaksud Marry saat memergoki atau lebih tepatnya mengganggu kegiatan Freya dan Max yang tengah bercumbu di ruang ganti.

"Ingin rasanya kubuang ke laut pria itu agar menjadi santapan baby shark atau piranha. Berkencan apanya, Max bahkan tidak memberi kejelasan tentang hubungan kami. Seenaknya mencium dan meraba-raba tubuhku, dipikir aku perempuan jalang" Freya mendengus sebal

Marry terkekeh mendengar ucapan Freya yang sarat akan emosi "Kalian itu sebenarnya sama, memiliki gengsi yang tinggi untuk mengungkapkan perasaan masing-masing. Kenapa tidak kau coba mengatakan perasaanmu pada Max?" timpalnya memberi saran

Freya mendelik menatap horor pada wanita setengah matang di depannya itu "Kau gila, kenapa harus aku yang memulai duluan. Dimana-mana prialah yang seharusnya menyatakan perasaannya pada wanita. Apa susahnya tinggal bilang "Freya aku cinta padamu", menyebalkan sekali pria bodoh itu. Aku benar-benar membencinya"

Marry menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Freya yang tampak kesal jika sudah membicarakan tentang Max. Sedikit banyaknya ia tahu tentang kisah cinta model cantiknya itu. Sebelum menjadi manajer Freya ia telah menjadi asisten pribadi wanita itu selama 6 tahun belakangan ini. Jadi Marry sangat hafal dengan sifat dan watak Freya, ia juga tahu jika Freya mencintai Max sedari dulu.

"Benci? Benar-benar cinta maksudmu? Ayolah cantikku, ini sudah jaman modern dan tidak ada lagi kesenjangan gender. Apa salahnya kau berinisiatif duluan? Anggap saja emansipasi wanita, kau lihat saja aku yang cantik dan lemah gemulai ini juga sering mengatakan cintaku pada Marco walaupun selalu di tolak oleh si tampan itu" ucap Marry centil

"Big No! Aku tidak akan pernah memulai duluan, mau ditaruh dimana harga diriku sebagai seorang wanita cantik nan mempesona apalagi jika ditolak. Kau saja yang tidak tahu malu mengejar-ngejar Marco terus, sudah tahu dia masih menyukai lubang bukan pistol-pistolan" sahut Freya tersenyum geli menanggapi ucapan Marry

Freya tahu benar jika Marry sangat centil dan sering menggoda pengawal pribadinya. Manajernya itu terobsesi pada Marco hanya karena nama mereka mirip. Marry yang memiliki nama asli Marcus menganggap dirinya dan Marco berjodoh walaupun selalu ditolak mentah-mentah oleh pria itu. Tapi jika ada kesempatan Marry bahkan juga merayu Luke padahal wanita jadi-jadian itu telah memiliki kekasih. Freya sering merasa terhibur melihat tingkah Marry dan dua pengawalnya yang selalu setia menemaninya kemana pun.

"Ih sembarangan, aku juga punya lubang. Bahkan lubang bokongku masih sempit" celetuk Marry tak mau kalah membuat Freya terbahak

"Sudah ah, berbicara denganmu malah jadi ngelantur. Aku pergi dulu ya, sudah dijemput Austin" ujar Freya sambil memeriksa ponselnya yang berbunyi menandakan ada pesan masuk dari Austin

"Oh iya, jangan lupa tolong jemput Letta di rumah sakit dan antar ke apartement barunya. Nanti sore aku akan menyusul kesana, bye pretty lady" pamit Freya mengedipkan sebelah matanya kearah Marry

"Siap bos" balas Marry cepat sebelum Freya melesat pergi dari sana

Sesampainya di lobby Freya segera memasuki sebuah mobil Mercedes-Benz Maybach Exelero, ia sudah hafal dengan mobil milik Austin. Pria itu sempat beberapa kali mengajak Freya untuk sekedar makan siang ataupun makan malam, bahkan Austin pernah menjemputnya di mansion keluarga Miller. Anastasya dan Alaric pun sudah mengenal pria itu. Entah kebetulan atau dunia memang sempit karena Anastasya beserta teman-teman arisannya mengikuti kursus memasak di institute culinary milik Austin.

Freya pun dengan senang hati selalu menerima semua ajakan dari Austin walaupun Max kerap kali mengganggu mereka dan melarangnya pergi bersama Austin. Namun Freya tidak peduli, wanita itu malah sengaja mengumbar kemesraannya dengan Austin untuk memancing reaksi Max. Rasanya menyenangkan membuat Max cemburu dan selalu kesal setiap tahu Freya akan menghabiskan waktunya bersama Austin.

Sayang kesenangan Freya untuk membuat Max cemburu terganggu karena sudah seminggu lamanya pria itu melakukan perjalanan bisnis ke Yunani untuk meninjau resort barunya. Apalagi saat itu Max juga pergi kesana bersama Zeline yang memang menjadi arsitek untuk resort itu. Sebenarnya wajar jika Max dan Zeline pergi bersama tapi tetap saja membuat Freya menjadi kesal dan cemburu. Harusnya Max yang marah melihatnya bersama Austin bukan malah sebaliknya.

Tapi selama satu minggu ini juga Freya bertekad untuk memberi pelajaran pada Max agar merasakan apa yang ia rasakan selama ini. Sudah cukup rasanya Freya berharap selama ini. Harga dirinya sedikit tersentil akibat ketidakpastian dari Max. Ia yang merupakan seorang supermodel internasional tidak hanya mempunyai fisik yang membuat kaum hawa iri dan kaum adam memujanya, ia juga dianugerahi otak yang cerdas juga latar belakang keluarga yang hebat.

Tak terhitung jumlah bunga serta hadiah yang diterima Freya setiap harinya dari para penggemar ataupun pemujanya. Banyak pria berlomba-lomba mendekati dan berusaha menarik perhatiannya baik sesama model, selebriti ataupun para pengusaha muda namun tidak ada yang ditanggapi serius oleh Freya. Ia tidak pernah tertarik menjalin hubungan asmara sejak mengakhiri hubungannya dengan Julian. Bukan karena trauma dengan suatu hubungan, lebih tepatnya ia hanya ingin mendapatkan hati Max. Pria bodoh yang berani mengabaikan pesona Freya. Ia bersumpah akan membuat Max bertekuk lutut padanya, bila perlu Freya akan membuat pria itu menyesal dan berakhir menjadi budak cintanya. Tunggu dan lihat saja nanti.

Setelah mereka menikmati makan siang di salah satu restoran milik Austin, satu jam kemudian akhirnya mereka sampai di sebuah gedung pencakar langit yang tercatat sebagai bangunan mukim tertinggi nomor dua di kota New York. Mereka berjalan menuju elevator pribadi yang memang disediakan khusus menuju setiap unit penthouse agar memudahkan setiap penghuninya. Freya terkesima, matanya menjelajahi setiap sudut ruangan dengan pandangan takjub. Ia tidak menyangka Austin akan membeli sebuah penthouse begitu mewah dan berkelas, bahkan ini lebih besar dari penthouse milik kedua sahabatnya. Penthouse itu terdiri dari dua lantai yang didominasi dengan warna putih dan krem.

"Bagaimana menurutmu Cia?" Austin perpaling kearah Freya dengan pandangan bertanya

Austin memang sengaja mengajak Freya melihat-lihat penthouse barunya, ia ingin wanita itu menjadi tamu pertama yang mengunjungi tempat tinggalnya.

"Awesome. Tempat ini sangat luar biasa Oz, wah aku tidak pernah menyangka kau memiliki selera yang tinggi sekarang. Padahal dulu kau hanya seorang bocah ingusan yang senang menggangguku" canda Freya dengan mata berbinar

Austin tertawa mendengar gurauan Freya "Hei selain mempunyai selera yang tinggi, aku juga tampan dan mempesona sekarang. Aku yakin sebentar lagi kau akan jatuh hati padaku" sahut Austin penuh percaya diri

"Itu tidak mungkin terjadi Oz" sergah Freya sambil menghempaskan tubuhnya di atas single sofa berwarna ungu

Ia mengamati Austin yang berjalan menuju ruang makan dan mulai sibuk membuat sesuatu. Beberapa menit kemudian Austin menghampiri Freya dengan segelas jus strawberry dan soft drink di tangannya. Austin menyodorkan minuman berwarna merah itu pada Freya lalu membuka soft drink untuk dirinya sendiri.

Freya tersenyum dan menggumamkan terima kasih sebelum meminum jusnya itu "Wah kau masih ingat minuman favoritku? Hmm ini enak" puji Freya tulus

"Tentu saja, apapun tentangmu aku selalu mengingatnya. Memangnya kau yang begitu mudahnya melupakanku" gerutu Austin dengan wajah sedih yang dibuat-buat

Dalam sekali teguk Freya menghabiskan minumannya lalu tersenyum saat mengingat masa lalunya di panti asuhan. Dulu dirinya dan Austin bagai pinang dibelah dua, tidak terpisahkan. Dimana ada Austin selalu ada dirinya, begitu pun sebaliknya. Austinlah yang selalu menjaganya, mengajaknya bermain, membuatkan makanan dan minuman kesukaannya bahkan mengajarinya berenang di sebuah danau yang terletak di belakang lahan panti asuhan mereka. Ketika Freya berulang tahun yang ke 17 ia meminta Alaric dan Anastasya merayakannya di panti asuhan karena ia ingin bertemu kembali dengan teman-temannya. Tapi sayang ia tidak dapat bertemu Austin karena pria itu sudah pergi meninggalkan panti.

Dengan berbekal beasiswa Austin melanjutkan kuliahnya di salah satu perguruan tinggi culinary di New York dan mulai mencari tahu tentang asal usulnya. Nama belakang Austin pun diambil dari nama keluarga almarhum ibu kandungnya. Pria itu bercerita jika ibunya meninggal saat melahirkan dirinya dan ia terpaksa dibawa ke panti asuhan karena sang ibu tidak memiliki sanak saudara. Ibu kandung Austin dulu berprofesi sebagai pelacur yang akhirnya hamil dan tidak mengetahui siapa ayah dari janinnya tersebut. Austin tidak pernah malu ataupun marah pada sang ibu, malah dia bersyukur karena ibunya mau mempertahankan janinnya dan memutuskan melahirkan Austin hingga Beliau wafat.

"Aku tahu, kau memang yang terbaik Oz" Freya mengacungkan kedua jempolnya sambil tersenyum lebar sebelum melanjutkan ucapannya lagi "Ngomong-ngomong kenapa banyak barang yang berwarna ungu disini? Setahuku ungu bukan warna kesukaanmu"

"Karena wanita yang penting dalam hidupku menyukai warna ungu" jawab Austin lugas

"Siapa dia? Tidak mungkin itu aku karena aku pecinta warna merah muda dan biru" Freya menaikkan sebelah alisnya menatap Austin serius

"Apa? Aku pikir warna kesukaanmu masih warna ungu, sejak kapan berubah?" sahut Austin menampilkan wajah terkejut

Freya mencebik saat melihat wajah terkejut pria di depannya yang jelas dibuat-buat. Ia tidak pernah menyukai warna ungu karena dari dulu dirinya memang menyukai warna merah muda dan biru.

"Kau bukan seorang aktor yang berbakat Oz" cibir Freya "Jadi wanita itu juga yang membuatmu pindah dari Los Angeles ke Manhattan?" lanjutnya lagi

Austin terkekeh mendengar sindiran Freya "Ya bisa dibilang begitu. Sekarang giliranku yang bertanya tentang siapa pria yang kau sukai? Apa masih aku?" tanya Austin mengalihkan pembicaraan

"Kau terlalu percaya diri Mr. Dexter, aku tidak pernah menyukaimu" ujar Freya memanyunkan bibirnya

"Jangan bohong, dulu kau mengatakan ingin menjadi pengantinku" ejek Austin

Wajah Freya bersemu merah menginggat ucapannya saat masih menjadi seorang bocah berumur 6 tahun. Waktu itu Austin sendiri berumur 9 tahun, bocah laki-laki itu hendak mengajarinya berenang di danau belakang panti asuhan mereka. Namun naas kaki Angel kecil keram hingga membuatnya tidak bisa berenang ketepian. Akhirnya Austin menolongnya dan memberikan nafas buatan untuk menyelamatkan nyawanya. Walaupun bermaksud baik tapi Angel kecil saat itu tetap saja marah dan kesal pada bocah laki-laki yang ia panggil dengan Oz itu. Gadis kecil itu pun memaksa Austin untuk menikahinya jika mereka dewasa nanti karena bocah laki-laki itu telah membuatnya kehilangan ciuman pertamanya diusia dini.

"Itu kan dulu Oz, hanya ucapan seorang gadis kecil. Tapi jika kau melamarku dengan romantis mungkin aku bisa memikirkannya" Freya mengedipkan sebelah matanya menggoda

Austin mendengus mendengar kata-kata yang dilontarkan wanita cantik di depannya itu. Ia tahu Freya hanya ingin menggodanya saja. Tidak mungkin Freya mau menikah dengannya jika hati wanita itu tertuju pada pria lain dan Austin sangat tahu siapa pria itu.

"Sudah jangan bercanda denganku. Aku tahu cintamu hanya untuk kakak angkatmu itu Cia" rutuk Austin kesal

Freya sempat terkejut sesaat namun ia mencoba menormalkan kembali ekspresi wajahnya "Bagaimana kau bisa tahu Oz?" tanya Freya penuh selidik

"Aku tidak buta Cia. Aku bisa melihat caramu menatap Max penuh cinta, sama seperti tatapan seseorang yang pernah menatapku dulu" Austin menghela nafasnya pelan "Sayangnya karena kebodohanku, dia pergi meninggalkanku"

"Kau menyesal Oz?" tanya Freya tiba-tiba sambil memperhatikan raut wajah Austin yang terlihat sendu

"Menyesal?" ulang pria itu tak mengerti

"Iya, apa kau menyesal telah membuat wanita yang kau cintai pergi meninggalkanmu?"

"Amat sangat menyesal Cia. Selama 5 bulan aku terus mencarinya hingga detektif yang kusewa menemukan titik terang keberadaan Vio di Manhattan"

"Vio?" potong Freya tanpa sadar

"Wanita yang kucintai itu Vio, kau tidak mengingatnya?"

Freya mengerutkan keningnya berusaha mengingat-ngingat nama yang terasa tidak asing baginya. Mereka terdiam cukup lama hingga akhirnya Austin melanjutkan ucapannya lagi karena gemas melihat wajah Freya yang terlihat begitu serius.

"Jika kau adalah malaikatku, Vio adalah peri kecilku. Masih tidak ingat?"

Freya membulatkan matanya "Vio si peri kecil? Gadis kecil cengeng yang selalu merengek dan mengikuti kita kemana-mana saat di panti? Bagaimana bisa?" tanya Freya di sela-sela keterkejutannya

"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini Cia. Entah sejak kapan perasaan cinta itu tumbuh di hatiku, yang kutahu aku tidak bisa hidup tanpanya" ungkap Austin tersenyum getir

Freya menatap iba pria itu, terlihat jelas guratan yang sarat akan kesedihan terpancar dari kedua mata gelap Austin. Ia lantas beranjak dari tempat duduknya, berdiri di sebelah Austin yang tengah menatap keluar jendela dengan pandangan menerawang. Freya memegang bahu pria itu untuk menyalurkan semangat, ingin menenangkan dan memberi kekuatan melalui usapan tangannya.

"Aku yakin sebentar lagi kau pasti bisa menemukannya Oz. Kalian pasti akan segera bertemu" hibur Freya yang terdengar lebih seperti sebuah janji

"Terima kasih Cia, setidaknya ada kau yang selalu menemani dan menghiburku" ucap Austin tersenyum hangat

Freya memberengut "Jadi aku hanya dijadikan pelarian huh?"

"Tentu saja tidak sweety" elak Austin terkekeh pelan sambil mengacak rambut Freya dengan gemas

"Laki-laki semuanya sama, bermulut manis dan pintar merayu" Freya berdecak sebal

"Jangan cemberut seperti itu nanti kecantikanmu luntur" goda Austin lagi mau tidak mau membuat Freya ikut tertawa

"Sekarang kau harus ikut denganku, aku tidak ingin kau sendirian disini dan memutuskan untuk bunuh diri" ucap Freya tersenyum mengejek

Austin mendelik "Aku tidak sedepresi itu. Aku masih ingin bertemu Vio dan menghabiskan malam-malam panas seperti dulu dengannya" kekehnya

"Otakmu benar-benar kotor Oz, mungkin terlalu lama tidak mendapatkan pelepasan"

"Shit! Sayangnya kau benar. Tapi kita kemana? Mau mengajakku berkencan?" Austin menaik turunkan alis tebalnya

"Aish tidak" Freya memukul lengan pria itu gemas "Temani aku menjenguk temanku, dia juga manajer di butikku dan baru keluar dari rumah sakit"

"Baiklah, jangankan menjenguk temanmu ke bulan pun akan kutemani"

"Ke neraka saja sana" desis Freya kemudian melengos pergi meninggalkan Austin yang terbahak

Ketika hendak menuju mobil Austin, mereka dihadang oleh beberapa wartawan yang terlihat berkerumun di depan lobi. Para paparazi itu telah menanti kemunculan pasangan yang akhir-akhir ini menjadi trending topic karena kerap kali terlihat menghabiskan waktu bersama. Sang wanita seorang supermodel terkenal dan sang pria seorang chef yang tak kalah terkenal dengan ketampanan serta kesuksesannya, tentu membuat mereka menjadi santapan lezat para pemburu berita. Para wartawan pun tidak menyia-nyiakan kesempatan, mereka langsung memberondong Freya dan Austin dengan berbagai pertanyaan. Freya hanya menanggapi dengan senyuman, sedangkan Austin terlihat lebih ramah sesekali membalas pertanyaan itu. Untung para pengawal Freya dan security disana bertindak cepat untuk menghalau para pemburu berita itu agar keadaan kembali kondusif.
















Siapa kangen Freya? Austin? Atau Max???
Aku sih kangen Max, eh sayang Max gak nonggol di chapter ini
Tapi next chapter dia nongol kok
Makanya selalu VOTE tiap chapternya ya
Klik tanda ⭐️
Siapa tau tiba-tiba ada double update atau triple update 😚
Inget makin byk vote makin byk pahala loh😝
Makasi jg buat yg udah vote chapter sebelumnya dan udah sesuai target 😘
See you next chapterrrr yaaaaa ❤️
Thankyouuuuu 🙏🏻💗







28 September 2020
Windabp ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 78K 73
Lana Sharin melelang keperawanannya di sebuah kelab malam mewah. Seorang pria bernama Darren Raveno membelinya dengan harga mahal untuk satu malam pe...
2M 54.3K 34
Dylan Jordan Bouttier. seorang ahli waris dari Bouttier's group yang melarikan diri di saat akan di angkat sebagai Ceo oleh sang ayah. Dylan memilih...
112K 3K 40
Peristiwa dimasa lalu membuat Albert menjadi seorang Trilionear kejam yang dingin, tidak tersentuh dan ditakuti banyak orang. ketampanan yang dimilik...
489K 34.4K 47
Alvin seorang pelajar Ryan seorang pengusaha terkenal yang menjadi guru Umm? Udah Itu aja Mksh. Bingung gua mau kasih deskripsi apa Sorry😔 Baca yok...