GARUDA (END)

By septiaulia283

4.6M 395K 42.1K

[ BELUM REVISI DAN BANYAK TYPO ] MASIH BERLANJUT UPDATE!! TUNGGUIN, YA. Garuda Wisnu Victorian, bukan spesi... More

PROLOG
GARUDA〰01
GARUDA〰02
GARUDA〰03
GARUDA〰05
GARUDA〰06
GARUDA〰07
GARUDA〰08
GARUDA〰09
GARUDA〰10
GARUDA〰11
GARUDA〰12
GARUDA〰13
GARUDA〰14
GARUDA〰15
GARUDA〰16
GARUDA〰17
GARUDA〰18
GARUDA〰19 (Special part Uzi and Uri)
GARUDA〰20
GARUDA〰21
GARUDA〰22
GARUDA〰23
GARUDA〰24
GARUDA〰25
GARUDA〰26
GARUDA〰27
GARUDA 〰28
GARUDA〰29
GARUDA〰30
GARUDA〰31
GARUDA〰32
GARUDA〰33
GARUDA 〰34
GARUDA〰35
GARUDA〰36
GARUDA〰37
GARUDA〰38
GARUDA〰39
GARUDA〰40
GARUDA〰41
GARUDA 〰42
GARUDA〰43
GARUDA〰44
GARUDA〰45
GARUDA〰46
GARUDA〰47
GARUDA〰48 [END]
EPILOG
EXTRA PART 1
EXTRA PART 2 (Last Part)
NEW STORY
Part Spesial 1
Part Spesial Agler
Part spesial 2
Part spesial 3
OPEN MEMBER GC

GARUDA〰04

93K 9.1K 1.9K
By septiaulia283

Selamat membaca
.
〰〰〰

Grizella, gadis itu berlari tak tahu arah. Ditemani hujan rintik-rintik dan senja, satu harapannya saat ini semoga ia cepat sampai di rumah dan melampiaskan rasa yang ia pendam hari ini.

"Bunda... s-sakit. Aku bertahan karena aku cinta sama kamu, Garuda, kenapa kamu perlakukan aku kaya gini? Aku sayang sama kamu, tulus dari yang paling dalam. Tapi, kenapa? Kenapa kamu lakuin ini semua ini, kamu turunin aku di perempatan nggak papa... nggak papa... asal jangan tunjukkin pacar baru kamu ke aku yang udah jelas aku adalah tunangan kamu. Hiks.. hiks... Bunda... tolong," isak Grizella dalam hujan yang mulai deras.

"Ini baru sehari tapi rasanya udah sakit banget. Ini permulaan tapi kenapa seolah-olah permulaan ini adalah akhir dari cerita kita?"

"Garuda kapan kamu buka hati kamu untuk aku? Aku tahu ini terlalu cepat untuk kamu. Bagi aku ini nggak adil, aku udah terlalu lama memendam rasa ini sama kamu tapi kamu? Sehari pun kamu nggak pernah anggap aku dan lihat aku seperti aku yang lihat kamu dari jauh."

"ARGHHH..." teriak Grizella menengadah keatas langit yang sedang turun hujan.

Grizella memutuskan untuk pulang dari pada berlama-lama dibawah hujan bisa membuat ia sakit. Cukup hatinya saja yang sakit, badan jangan!

〰〰〰

"Astagfirullah, kamu kenapa? Hujan-hujan segala? Garuda mana? Dia juga hujan kayak kamu? Kalian habis ngapain?" heboh Zelin-bunda Grizella.

Grizella memaksakan senyum manisnya didepan bundanya. Sedari tadi ia merancang bentuk wajahnya supaya bundanya tidak curiga.

"Griz ke kamar, Bun, aku capek habis hujanan mau istirahat," ujar Grizella mencium pipi Zelin sekilas.

Zelin hanya menggeleng kepala melihat anak tunggalnya itu.

Zelin bersyukur anaknya bahagia dengan Garuda. Zelin berharap semoga Grizella bahagia dengan Garuda untuk hari ini dan selamanya.

Grizella duduk di lantai kamarnya bersandar pada ranjangnya. Gadis itu kembali menangis mengingat kejadian panjang yang ia lalui hari ini.

Berulang kali ia menghapus air mata itu namun, tak henti juga air mata itu mengalir membasahi pipi putih mulusnya.

Gadis itu memutuskan untuk mandi dan membersihkan dirinya lalu melihat bintang sebelum tidur. Walaupun ia tahu malam ini tak akan ada bintang di langit sana karena hujan masih deras diluar sana.

Sehabis mandi dan memakai pakaian serta mengeringkan rambut, Grizella melihat keadaan luar yang ternyata keadaan hujan tak sederas tadi sekarang hujan diluar hanya tinggal gerimis kecil.

Grizella berjalan menuju balkon kamarnya. Di sana sudah terdapat kursi kesayangannya yang menjadi saksi cerita Grizella kepada Bintang.

Gadis itu menatap kursi setianya itu, kini kursi dari bahan rotan itu basah terkena air hujan.

Grizella memegang besi pembatas balkonnya, menatap langit yang gelap gulita ditambah gerimis yang mengenai permukaan kulitnya.

"Bintang kamu dimana?"

"Bintang aku rindu kamu... loh."

"Udah lama juga kita nggak cerita."

"Aku pengen cerita tentang Garuda sama kamu bintang."

"Langit jangan sembunyiin bintang dong, bintang ayo keluar aku mau cerita ini. Udah nggak sabar pengen cerita tentang Garuda loh."

"Oke... aku mulai ya, ceritanya."

"Kamu tau kan aku dijodohin? Pasti tau lah kan aku cerita sama kamu seminggu yang lalu. Jadi, orang yang di jodohin sama aku itu Garuda loh, Bin. Aku seneng bengat pas tau kalau aku sama Garuda akan tunangan."

"Terus tadi malam kamu tau ada acara apa di rumah ini? Ya ampun, aku sampai lupa loh, Bin, malam ini tepat loh satu hari pertunangan aku sama Garuda. Oke, lanjut ke topik tadi malam di rumah ini aku tunangan sama Garuda loh, Bin."

"60℅ Aku nggak percaya loh, Bin, sama Garuda yang tadi malam bentak aku dan bilang kalau kita tunangan cuma keterpaksaan Mama Anne-Mamanya Garuda. Tapi, ini nggak adil, aku ngejalaninnya dan menerimanya dari hati aku yang paling dalam tapi Garuda cuma karena terpaksa"

"Terus mulai pagi tadi sampai seterusnya aku berangkat dan pulang bareng sama Garuda. Kebahagiaan aku rasanya berlimpah banget di bulan ini, tapi apa yang aku dapat? Aku memang berangkat bareng Garuda tapi cuma sampai perempatan lampu merah itu loh. Aku sedih tapi aku bahagia bisa berangkat barengan Garuda, ini pertama kalinya aku dijemput Garuda loh, Bin, senengnya."

"Terus pulangnya aku mati-matian nahan segalanya sama Queen cuma minta nomornya Garuda dan aku dapat itu. Garuda nyuruh aku nunggu sampai dia dateng dong. Aku tunggu dia sampai dateng dan satu jam lebih aku nunggu Garuda senja pun mulai tiba tapi Garuda nggak datang-datang."

"Aku pulang dong sendiri, terus aku liat mobilnya Garuda. Awalnya aku pikir dia mau jemput aku, ternyata dia cuma mau minta maaf bukan minta maaf sih tepatnya tapi aku bilangnya minta maaf aja ya, bin. Dia minta maaf kalau nggak bisa anterin aku pulang, ternyata... hiks... hiks... dia punya pacar bin. Sakit... banget." Grizella sudah tak kuat menahan air matanya, Ia tak sanggup jika mengingat saat Garuda bersama cewek barunya tadi.

Rasa sesak, sedih dan sakit bercampur aduk menjadi rasa yang tak karuan. Grizella lega bisa membagi bebannya hari ini kepada bintang mungkin seterusnya ia akan tetap berbagi kepada bintang karena tak ada teman berbagi cerita paling setia selain bintang dan saksinya, kursi rotan kesayangannya.

Gadis itu menghapus air matanya, lalu kembali masuk kedalam kamar sebelum mengucapkan 'Selamat bersinar terang dan menjadi teman bagi orang lain yang membutuhkan, bintang.'

〰〰〰

Dilain tempat sepasang mata tajam melirik ponselnya. Malas mengangkat cowok itu lebih memilih untuk membiarkan handphone itu berbunyi dan bergetar.

Ia melirik handphone nya sekilas berdecak kesal karena panggilan tersebut tak berhenti-henti dari tadi.

Terhitung sejak pertama panggilan itu masuk sudah sebelas kali orang tersebut memanggil cowok itu.

"Angkat nape, diam-diam waek atuh, Bang," celetuk temannya yang sedang mengunyah goreng pisang hangat.

"Ck, malas," jawabnya kembali seperti semula duduk dan membiarkan handphone itu berbunyi nyaring.

Bunyi lagi... lagi dan lagi, sepertinya handphone ini tak kan membiarkan hidupnya tenang sebelum diangkat.

"Halo, Ma?" sapa cowok itu dengan malas.

"Kamu dimana, Garuda?" tanya orang yang dipanggil mama oleh cowok itu dengan nada marah.

"Aku lagi ngumpul sama teman, Ma," jawabnya melirik teman-temannya.

"Nggak kepengen pulang sehabis hujan-hujanan?"

Cowok itu mengernyitkan dahi bingung, hujan-hujanan apa yang dimaksud mamanya?

"Maksud, Mama?" tanyanya tak mengerti.

"Udah jatuh cinta aja lupa sama rumah parahnya sama Mama juga lupa kali, ya?" godanya diseberang sana.

"Garuda Mama tahu tadi sehabis pulang sekolah kamu sama Grizella hujan-hujanan. Terus romantis-romantisan gitu kan?" lanjutnya lagi.

Garuda, cowok itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bingung ingin menjawab apa. Ternyata Grizella yang membuat alasan, pikir Garuda.

"Iya, Ma. Aku sama Grizella tadi hujan-hujanan sehabis pulang sekolah," ucapnya yang kini jauh dari jangkauan teman-temannya takut jika diantara temannya ada yang mendengar.

"Kamu nggak pulang?" tanya Anne.

"Nanti, Ma. Kalau boleh tau mama dikasih tahu sama siapa aku hujan-hujanan sama Grizella?"

"Sama Bunda Zelin tadi, dia bilang kalau kamu nggak mau masuk rumah karena basah."

"Oh, aku tutup dulu telfonnya, Ma."

Garuda kembali ke tempat nya semula. Memikirkan Grizella yang ternyata pulang dalam keadaan badan yang basah karena hujan-hujananan.

Memang tadi niatnya ingin mengantar Grizella pulang, tapi tak jadi karena ulah pacar barunya yang ia tembak tadi siang disekolah yang berbeda.

Garuda bertemu dengan pacar barunya ketika cowok itu bolos setelah istirahat tanpa aba-aba ia langsung mengajak cewek itu sebagai pacarnya.

Pacar barunya kali ini adalah jenis jalang dengan pakaian ketat yang sengaja dikecilkan dan rok pendek sepaha serta sering keluar masuk club.

Jika dikumpulkan pacar Garuda yang belum diberi kejelasan banyak bahkan ia tak ingat siapa saja mereka.

Ia bukan tipekal cowok yang suka memanfaatkan badannya saja 'habis manis sepah dibuang' Ia bukan tipekal seperti itu.

Ia hanya bermain saja setelah bosan bukan diputuskan tetapi dibiarkan begitu saja seolah ia tak mengenal mereka lagi.

"Tadi Grizella minta nomornya Garu." Lemuel cowok asik chatingan dengan Queen mengadu pada Garuda.

Garuda yang merasa namanya terpanggil terkhusus ini perihal pribadi melihat kearah Lemuel yang sedang senyam-senyum sendiri melihat layar handphone nya.

"Terus?" Garuda menaikan sebelah alisnya menanti jawaban Lemuel.

"Gue kasih lah," jawab Lemuel masih tetap pada posisi yang sama menatap layar handphone nya.

'Jadi dia dapat dari, Muel.'

"Wah buat apa yah, Eneng Griz minta nomornya Akang Garu?" tanya Daffin mematut matut.

"Mana gue tau tanya aja sama Bebek," balas Zayyan yang masih asik dengan goreng pisangnya. Mungkin ia sudah menghabiskan sepuluh goreng pisang.

"Busyet dah... lo banyak makan gorengan kayak gini tapi, muka lo tetap kinclong ya, Yan?" Gardha bertanya sambil geleng-geleng melihat Zayyan yang masih asik dengan gorengan nya.

"Yaiyalah, muka gue kayak gini terus. Keluar modal ini teh... perawatan," jelas Zayyan bangga.

"Muka plastik aja bangga," ejek Gardika.

"Dari pada lo muka item." Uzi cowok dengan seribu kediamannya ikut menimpali percakapannya.

"Lah... dari pada elo muka tembok hahaha." Gardika tertawa keras.

Seakan sadar apa yang ia lakukan, cowok itu kembali diam lalu menatap Uzi yang menatapnya dengan tajam lalu meminta maaf pada Uzi.

"Mon maap atuh Bang, jangan kaya gitu natapnya!" mohon Gardika.

"Jangan dimaafin, Zi," kompor Garuda.

"Betul Kang, jangan di maapin biarin aja dia mati dalam tatapan tajam Akang Uzi," tambah Daffin yang diangguki Zayyan.

"Gardha tolongin gue," ucap Gardika

"Berani tangan kosong dong, jangan pakai bantuan kembaran segala," ucap Lemuel tertawa melihat ekspresi Gardika yang takut pada tatapan tajam Uzi.

"Coba aja lo sendiri, jangan omongin orang aje lo," ucap Gardika.

"Gue maafin," singkat Uzi lalu kembali seperti biasa, datar.

Gardika yang mendengar itu langsung berbinar lantas memeluk Uzi dengan erat sambil mencubit pipi Uzi dengan keras.

"Gemay deh... ululuh gantengnya anak Tante Sopi." Gardika berhenti lantaran kembali mendapat tatapan tajam dari Uzi.

"Marahin Kang, jangan kasih kendor," kompor Daffin.

"Apaan dah lo, Uzi udah baik ama gue lah elo nya tukang kompor," ucap Gardika.

"Garuda, bayarin dong. Pisang nya aku!" ucap Zayyan meminta.

"Pisang lo ada njirt, ngapain minta bayarin ke Garuda?" tanya Lemuel terbahak-bahak.

"Yaelah, Akang. Maksudnya si oppa bayarin pisang gorengnya," jelas Daffin.

"Nih." Garuda memberikan selembar uang berwarna hijau kepada Zayyan yang langsung diambil cepat oleh cowok itu sebelum ada tangan lain yang bertindak.

〰〰〰

Jangan lupa follow IG:
@Garuda.story_
@grizellallisya
@garuda_WV
@ZayyanOerlando
@ale_taqueenby
@Yuzifernandiez
@auristelakeii


Continue Reading

You'll Also Like

ALBERIC By nnaiev

Teen Fiction

8.4M 387K 60
[SELESAI]✔ 🔥BOOK_1 [ALBERIC]🔥 🔥BOOK_2 [LENRIC]🔥 Lena senantiasa mengikuti alur kisa cintanya bersama seorang remaja lelaki yang bernama Alberic K...
878K 65.7K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
1.8M 119K 62
[SEGERA TERBIT] "Valcano, aku kehujanan boleh minta tolong jemput aku?" "Jangan ganggu gue." ••• "Valcano, boleh minta tolong jemput aku?" "Gue lagi...
121K 12.9K 200
Ini hanya terjemahan saja penulis asli adalah Ba Yue Fei Ying. Dia melakukan perjalanan waktu dan mendapatkan sistem tetapi tekanan Lin Feng sebesar...