BULAN

By InkaRiski

1.4K 971 1.2K

Awalnya tidak tau kisah runyam kembarannya, Bintang. Kelabu. Apa yang terjadi? Kapan terjadi? Bagaimana bisa... More

BULAN - 01 | Awal Mula
BULAN - 02 | Eh Diingatkan Lagi
BULAN - 03 | Sepuluh Mipa 2
BULAN - 04 | Permulaan Fakta
BULAN - 06 | Modus
BULAN - 07 | Balik Arah
BULAN - 08 | Misi Bulan

BULAN - 05 | Rusuh

208 146 147
By InkaRiski

Now Playing | The Macarons Project - Fly Me To The Moon

Selamat Membaca Cerita Bulan

Jangan lupa vote dan comment

***

“Woi, ada hot news nih,” seru Leon.

“Apa sih, ganggu orang nge game aja, awas aja info lo nggak guna, gue tabok lo,” ujar Hamis.

“Wettt, kemarin ada yang baru nganter cuewe hiyahiya,” ucap Leon melirik Jonathan.

Hamis yang memainkan game pun langsung tertarik dengan arah pembicaraan Leon, karena kepo Hamis langsung mengakhiri game nya.

“Jonathan apa Sean nih? Kalo Sean mah kayaknya mustahil dah nganter cewek,” ledek Hamis.

Sean menoleh, mengendikkan bahu acuh.

“Ya abang Jonath lahhh, sape lagi,” ucap Leon sambil memainkan alisnya naik turun.

“Widihhh, ada perkembangan coi, siapa ceweknya Jonath?” tanya Hamis.

“Itu lohhh itu neng geulis pokoknya. Adek kelas brey.”

“Najis omongan lo.”

“Hilih, lo juga kepo kan,” kata Leon sambil menjulurkan lidah.

“Selalu salah kalo ngomong sama lo.”

“Siapa sih ya namanya, lupa gue, yang dipanggil di RO kemarin pokoknya, siapa sih lupa gue.”

“Ohhhhh, Bulan Bulan gitu nggak sih namanya,” tebak Hamis.

“Nah ituuu, co cwittt banget dianter balik.”

Yang merasa dibicarakan—Jonathan—hanya acuh, tidak peduli dengan kedua teman absurd nya itu.

“Bener Jo?” Sean angkat bicara.

“Heem,” angguk Jonathan.

“Cocok tuhhh.”

“Beb...” sapa Valen kepada pacarnya—Hamis—dengan datang membawa bakso dan minuman botol sambil duduk di sebelah Hamis. Ini Hamis Aulianso ya, bukan Hamis Daud suaminya Raisa, wkwk.

Ya, sekarang mereka jam istirahat. Makan di kantin.

“Haduhh nyonya bucin datang,” kata Leon.

“Diem lo lele goreng,” jawab Valen.

“Dih kayaknya minggu kemarin ada yang putus, balikan apa gimana nih,” timpal Leon.

“Putus nyambung terus lo berdua,” ucap Jonathan.

“Iri bilang bosss.”

“Yang kemarin curhat-curhat katanya nggak mau balikan lagi, eh ternyata... Dusta ya kamu, Hamis,” canda Leon.

“Bacot banget lo.”

“Yon, pesenin bakso sana, daripada ribut mulu,” titah Sean.

“Lo bayar ya Seannn. Bye lo couple over bucin!”

“Kebiasaan,” ucap Sean sambil menyodorkan uang berwarna biru.

Setelah Leon pergi memesan makanan, Jonathan dan Sean menyibukkan dengan game, tetapi Hamis dan Valen dengan kebucinan mereka.

“Eh jangan banyak-banyak sambalnya sayanggg.”

“Kok gitu sih.”

“Ntar kamu sakit perut, aku kasihan sama kamu.”

Muak dengan kebucinan Hamis dan Valen, Jonathan pun berkata kepada Sean, “Najis, pindah tempat duduk aja yuk Se.”

“Pw gue, bodoamat sama mereka.”

Beda halnya dengan Bulan dan Airin, bukannya istrirahat malah sedang berjalan menuju perpustakaan, mengembalikan buku.

“Rin, gue laper padahal, mau nolak tapi sungkan sama Bu Retno tadi,” cicit Bulan.

“Dih, ini malah berat lagi buku LKS fisikanya.”

Sesudah mengembalikan buku di perpustakaan, Bulan dan Airin pun pergi ke kelas. Kenapa tidak dikantin? Karena jam pertama sudah hampir habis.

“Lo sih ngajak tubir mulu daritadi, gue yang disalahin juga kan,” cecar Dhigar.

“Ya maaf sih, lo nya juga ngeyel,” urai Arip.

“Gegara kalian bedak gue pecah, ganti rugi lo,” tuntut Cila.

“Apa nih, kenapa ribut di kelas?” tanya Bulan. Pasalnya Bulan dan Airin yang sampai kelas disuguhi oleh pertengkaran 3 manusia.

“Itu si Dhigar sama Arip gelut ampe njatuhin bedaknya si mbak Cili,” ucap Yukki.

“Cila woi namanya njib, plesetin nama seenak jidat aja lo,” celetuk Mawar.

“Terus marahan deh, suruh gantiin, disuruh patungan aja buat ganti eh malah ribut lagi,” tambah Maura.

“Aneh-aneh aja mereka berdua eh bertiga,” timpal Airin.

“Eh, Lan. Kemarin dicegat nggak lo sama SMK Starlight? Lo pulang naik apa?” cecar Maura.

“Nebeng sama orang,” jawab santai Bulan.

“Emang ada yang mau ditebengin sama lo, haha,” canda Maura.

“Wehh, ada dong, buktinya gue bisa pulang kemarin,” jelas Bulan percaya diri sambil mengibaskan rambutnya.

“Gileee lo!!!” tutur Airin.

“Lo nggak ngantin nih?” tanya Yukki.

“Mana sempat keburu masuk,” papar Bulan.

“Nah loh, bener kan,” kata Airin.

Setelah itu, bel masuk jam istirahat pun berbunyi. Para murid SMA Golden melanjutkan pembelajaran sampai jam pulang tiba.

“Ihhh, kenapa pak kok berhenti?” tanya Bulan.

Saat perjalanan pulang, bulan memutuskan untuk naik taxi untuk pulang ke rumah karena lagi-lagi tidak ada yang menjemputnya.

“Aduh ini dek, mobilnya mogok,” jawab pak sopir taxi.

“Yaudah pak sampai sini aja, udah dekat juga. Ini pak uangnya,” ucap Bulan sambil menyodorkan uang ke pak taxi tersebut.

“Maaf dek turunnya cuma sampai di sini.”

“Iya pak. Gpp.”

Bulan pun memutuskan untuk berjalan menuju ke rumah, tetapi karena malas untuk pulang, Bulan pun mampir di taman kecil dekat dengan pertigaan perumahannya.

“Eh iya, masa iya si Jonathan cucunya Kakeh Brata, masih nginep di situ nggak ya, dih ngapain mikirin dia sih Lan...” pikir Bulan saat melihat gang kompleks kakeknya Jonathan.

“Pusing pusinggg, nggak tau lagi.”

Karena sudah mulai sore, akhirnya Bulan pun pulang.

“Eh non darimana? Kok baru pulang?” tanya Bi Ami yang sedang menyiram bunga di depan rumah.

“Itu Nyonya sudah pulang non. Masakin makanan kesukaan non katanya,” tambah Bi Ami.

“Itu dari taman, main doang Bi. Aku masuk dulu ya Bi.”

Mangga non.”

Dan yang dikatakan Bi Ami benar. Mamanya sudah pulang dan sekarang sedang memasak di dapur.

“Ihh ma, nggak biasanya pulang jam segini,” kata Bulan.

“Itu nanti malam ada pesta pernikahan teman kantornya mama. Jadi mama pulang jam segini. Yaudah karena masih entar malam juga, mama masak buat kamu.”

“Awww, makasiii mamaa. Ayah nanti ikut?”

“Ya ikut dong sayang.”

“Dih, aku sendirian di rumah dong,” rengek Bulan.

Bi Ami dan Pak Raden hanya bekerja di rumah Bulan sampai sore walaupun kadang juga sampai malam, tetapi tidak sampai menginap di rumah majikannya.

“Suruh abangmu buat nemenin,” titah Mama Bulan, Arunika.

“Beda ma udahan jamnya,” kata Bulan. Maklum waktu Indonesia-Amerika Serikat jauh sekali.

“Udah-udah, biasanya juga sendiri. Nih makan, jarang-jarang mama buatin makanan kesukaan kamu,” lontar Arunika.

“Hehe iya ma,” jawab Bulan sambil tersenyum tipis, tepatnya senyum miris karena mamanya mengatakan bahwa dia terbiasa sendiri, mamanya seolah-olah sudah benar-benar lupa dengan anak keduanya, tepatnya kembaran Bulan.

Semenjak Bintang meninggal, Arunika lebih exit dan suka menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan. Erik pun juga. Tak heran jika Bulan menjadi lebih merasa sendiri, ditambah pula abangnya yang kuliah di luar negeri.

Fly me to the moon
Let me play among the stars
Let me see what spring is like on
A-Jupiter and Mars
In other words, hold my hand
In other words, baby, kiss me
Fill my heart with song and let me sing forevermore
You are all I long for
All I worship and adore
In other words, please be true
In other words, I love you
Fill my heart with song
Let me sing forevermore
You are all I long for, all I worship and adore
In other words, please be true
In other words
In other words
I love you

“Bagus, Lan suara lo,” ucap seseorang yang mengagetkan Bulan.

“Ehh...” kaget Bulan.

“Sorry, dari lapangan gue liat lo sendiri malem-malem di sini, kirain siapa, jadi gue ke sini,” tutur Jonathan.

“Ohh.”

“Gabung di ekstrakurikuler band aja Lan, ketua band nya temen gue, si Sean.”

“Ya emang gue mau ikut kak. Loh, katanya si kakak irit bicara itu nggak sih?”

“Emang gitu sih orangnya, jangan disepelekan sih.”

“Sean itu lebih main ke alat band sih, apalagi piano sama gitar. Diem-diem tapi pinter,” tambah Jonathan.

“Iya juga sih, gue belum pernah denger dia nyanyi juga,” ucap Bulan.

Btw, ngapain jam segini di taman gini?” tanya Jonathan.

“Males di rumah gue kak.”

“Kemana emang bokap nyokap lo?”

“Biasa, kondangan.”

“Lah situ ngapain? Masih nginep di rumah kakek lo kak?” tanya balik Bulan.

“Main basket, suka gue kalo main basket di sini, luas lapangannya btw. Iya masih nginep.”

“Dih sempet-sempetnya main jam segini sih, sendiri pula.”

“Yuk ikut gue daripada gabut sendiri disini,” ajak Jonathan.

“Kemana?”

“Tuh, seberang jalan.” Jonathan menunjuk minimarket seberang jalan pos keamanan kompleks perumahan.

“Ngapain ke sana sih...”

“Mau beli minum gue.”

“Langsung ke rumah kan ada kak, masa di rumah Kek Brata nggak ada minum,” heran Bulan.

“Mau nggak nih, daripada sendirian lo, sekalian jalan-jalan juga.”

“Yaudah ih iya ikut,” putus Bulan.

“Kirain cuek, eh humoris dong,” batin Bulan dengan perasaan yang sulit diartikan saat berjalan dengan Jonathan.

“Nyaman kalo deket dia, biasanya nggak sedeket ini gue sama cewek selain bunda,” batin Jonathan pula.

Akankan mereka dipertemukan di taman untuk kedua, ketiga kalinya, atau seterusnya dan ditambah dengan rasa nyaman satu sama lain? Apabila memang iya dipertemukan lagi, berarti mereka ditakdirkan untuk memang bersama.

***

Hallo guis.

Gimana dengan chapter ini?

Tanya kuy, Siapa yang pengen kalian kepoin?
Jonathan?
Bulan?
Bintang?
Leon? Hamis? Sean? Valen?
Airin?
Atau juga teman sekelas Bulan yang lain?

Stay Safe!

Terima Kasih Sudah Membaca Cerita Bulan

Jangan lupa vote dan comment ya teman-teman dunia orange 🍊

Spam next kuy untuk chapter selanjutnya!

See You Next Chapter
Luv u all, ii

Jum’at, 18 September 2020

Continue Reading

You'll Also Like

1M 31.7K 43
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
2.1M 97.8K 70
Herida dalam bahasa Spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
4.3M 97.5K 48
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
784K 57.7K 62
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...