SINGASARI, I'm Coming! (END)

By an11ra

2M 315K 47.9K

Kapan nikah??? Mungkin bagi Linda itu adalah pertanyaan tersulit di abad ini untuk dijawab selain pertanyaan... More

1 - PRESENT
2 - PRESENT
3 - PAST
4 - PAST
5 - PAST
6 - PAST
7 - PAST
8 - PAST
9 - PAST
10 - PAST
11 - PAST
12 - PAST
13 - PRESENT
14 - PAST
15 - PAST
17 - PAST
18 - PAST
19 - PAST
20 - PAST
21 - PAST
22 - PAST
23 - PAST
24 - PAST
25 - PAST
26 - PAST
27 - PAST
28 - PAST
29 - PAST
30 - PAST
31 - PAST
32 - PAST
33 - PAST
34 - PAST
35 - PAST
36 - PAST
37 - PAST
38 - PAST
39 - PAST
40 - PAST
41 - PAST
42 - PAST
43 - PAST
44 - PAST
45 - PAST
46 - PAST
47 - PAST
48 - PAST
49 - PAST
50 - PAST
51 - PAST
52 - PAST
53 - PAST
54 - PAST
55 - PAST
56 - PAST
57 - PAST
58 - PAST
59 - PAST
60 - PAST
61. PRESENT
62. PRESENT
63. PRESENT
64. PRESENT
65. PRESENT AND PAST
66. BONUS PART
DIBUANG SAYANG
JANGAN KEPO!!!
HADEEEH

16 - PAST

30.1K 4.5K 76
By an11ra

Aku kagum pada mereka berdua, aku kira segala aktivitasku akan dimulai agak siang mengingat tuan - tuanku itu sedang mabuk berat tadi malam. Tapi lihat, mereka tampak baik - baik saja dan dengan santainya makan pagi seperti biasa. Mungkin tubuh mereka memiliki toleransi cukup tinggi terhadap alkohol atau kadar alkohol pada tuak tidak sebesar miras zaman modern. Entahlah, aku tidak begitu paham karena selama ini aku lebih peduli pada kadar emas daripada kadar alkohol.

"Kenapa tanganmu membiru Rengganis ?" Tanya Raden Sadawira disela kunyahannya. Perkataan yang juga membuat Sawitri bahkan Nyi Ratri yang berada di seberang menatap sekilas tanganku

Berusaha menutupi pergelangan tangan kiriku yang mulai telihat memar. Kulitku memang sensitif, walau kulitku tidak seputih Mama tetapi entah berkah atau kutukan, kulitku akan mudah memerah atau memar walau hanya tertekan sedikit. Paling tidak berkahnya adalah aku akan mudah jika ingin melakukan visum saat mengalami KDRT. Tapi ... amit - amitlah... jangan sampai itu terjadi padaku ... Amin

"Tidak apa - apa Raden, hamba hanya terbentur sesutu yang keras kemarin. Terima kasih mengkhawatirkan hamba Raden" Jawabku berbohong, yaa kali harus menjelaskan peristiwa konyol semalam

"Tidak baik wanita mempunyai bekas luka. Jaga dirimu baik - baik"

"Baik Raden, ha__" Ucapanku sambil menunduk memberi hormat, namun terhenti saat Pangeran Anusapati menghentakkan gelasnya agak keras ke meja.

Melirik sekilas sebelum menyantap makanannya lagi, Raden Sadawira berkata "Apa perasaan Pangeran belum membaik juga ? Berusahalah menerima takdir dari para Dewa. Air di langit saja pada waktunya akan jatuh juga ke bumi." Meneguk air dalam gelas lalu melanjutkan "Kendalikan dirimu, Pangeran dan jangan melampiaskan kemarahanmu pada orang yang tidak bersalah."

"Maksudmu ?"

"Pangeran jelas tahu maksudku" Jawab Raden Sadawira kalem

Mendengus sesaat mendengar jawaban Raden Sadawira, namun sepertinya dia tidak mau memperpanjang pembicaraan. Pangeran kemudian menghentikan makannya saat derap langkah terdengar memasuki pendopo, matanya terus menatap pintu penghubung ruang tengah pendopo.

"Maaf Pangeran, hamba datang terlambat" Suara seorang pria gagah berdiri lalu membungkuk memberi hormat. Aku sepertinya pernah melihat dia tapi entah di mana

"Tidak apa - apa Mahisa Randi" Kata Pangeran Anusapati memberi pemahaman bagiku. Benar ternyata, dia orang yang aku lihat di pertandingan panahan tempo hari. Pria yang dielu - elukan oleh beberapa orang termasuk ...

Tersenyum sesaat memandang Sawitri yang mendadak tidak setenang biasanya. Melihat kepalanya yang semakin lama semakin menunduk dalam. Kegelisahaan tampak dari kedua tangannya yang saling meremas. Menggemaskan sekali melihat kelakuannya itu.

"Eheem ... kenapa kau senyum - senyum sendiri begitu, Rengganis ?" Pertanyaan Raden Sadawira membuat senyumku surut seketika. Menyeringai menatapku "Oh aku ingat. Mahisa Randi, kau punya penggemar baru di sini."

Mulutku sampai menganga mendengar ucapan frontal Raden Sadawira, apalagi Sawitri yang seketika menengok ke arahku sambil menyipitkan matanya. Belum lagi tatapan Mahisa Randi yang juga mengarah kepadaku. Astaga apa - apaan ini ? Ingin rasanya aku memukul kepala Raden Sadawira dengan gada yang menjadi hiasan diding di sebelahku, mungkin dengan begitu kegilaannya bisa berkurang. "Raden ternyata bisa bergurau juga, namun sepertinya Raden salah paham. Mana berani hamba menyukai pengawal istana. Hamba masih sayang nyawa hamba, Raden "

"Benar sekali, aku kira kau sebagai pelayan baru tidak tahu bahwa semua pelayan wanita di istana adalah milik Raja. Jadi siapapun pelayannya, dia tidak akan bisa menikah sekehendak hatinya kecuali dengan Raja atau kebijakan lain atas perintah Raja. Maka lebih aman jika pelayan wanita itu jangan pernah jatuh cinta pada siapapun. "

Sepertinya kepalaku yang kini terasa terbentur gada secara virtual, aku tadi hanya bercanda tapi kenyataan di sini bahkan lebih mengerikan dari bayanganku. "Jadi harus menjadi Raja sehingga memiliki kewenangan itu, Raden ?" Tanyaku pelan

"Rengganis, jaga ucapanmu. Maafkan dia Raden, seperti yang Raden tadi bilang, dia itu pelayan baru yang belum tahu banyak peraturan istana. Maaf atas kelalaian yang hamba lakukan" Ucapan Nyi Ratri membuat aku mendesah pasrah dan menundukan kepala

"Dia memang pelayan aneh Nyi Ratri, kau sepertinya butuh kesabaran lebih untuk mengajarinya. " Terkekeh sebentar lalu Raden Sadawira melanjutkan "Tapi benar juga ucapanmu Rengganis, aku berkali - kali menyampaikannya secara tersirat, tentu" Berdeham sebelum menambahkan "Tetapi sepertinya dia belum sadar juga."

"Kira - kira harus menunggu berapa lama lagi hingga kau menyelesaikan percakapanmu, Sadawira" Tanya Pangeran Anusapati yang terlihat mulai bosan "Atau lebih baik kita berdua saja, Mahisa Randi" Ucapnya sambil bangkit dari kursinya

Raden Sadawira segera ikut berdiri "Apa - apaan ini, tangan Pangeran masih terluka. Pangeran tidak berniat untuk berlatih bukan ? Tangan itu mungkin lebih lama sembuh. Kenapa pula Pangeran menolak saat akan diperiksa tabib waktu itu ? Lagipula yang akan memeriksa Pangeran itu tabib agung bukan Pa____"

Memotong Ucapan Raden Sadawira "Diam kau, bicara sekali lagi maka akan aku jadikan kau sasaran panahku hari ini. Aku tidak bisa menjamin akan menancap dimana anak panahku, bisa saja kau akan kehilangan jaminan bagi masa depanmu itu!" Ucap Pangeran Anusapati mengancam dengan gigi bergemeletuk

"Bisa tidak Pangeran berhenti keras kepala, ini semua demi kebaikan Pangeran sendiri" Ucap Raden Sadawira dengan nada putus asa

"Lama - lama kau lebih mirip isteri dari pada pengawal. Tapi maaf, aku masih menyukai perempuan" Melangkah pelan lalu menengok ke belakang "Aku memang tidak hanya berniat berlatih kanuragan Sadawira, tetapi akan aku lakukan sekarang juga bersama Mahisa Randi. Jika kau tidak ingin bergabung yaa sudah." Melepaskan belitan kain di tangannya, lalu melirik kearahku sekilas "Tenang saja, tanganku BAIK - BAIK saja. Benarkan Rengganis ?"

"Haaah" Jawabku kaget

***

Berjalan sendiri di kala malam mulai menjelang dengan membawa keranjang berisi buah - buahan dari dapur istana, entah kenapa Pangeran Anusapati sangat suka makan buah - buahan. Bagian itu bagus namun yang tidak bagus adalah dia hanya mau makan buah yang segar. Nah, buah segar dalam artian tidak ada tanda - tanda kebusukan SEDIKITPUN.

Siap - siap mendapat jatah omelanya jika dia melihat tanda kehitaman walau kecil, bahkan pisang saja dia amat pemilih. Pisang yang dia makan harus berwarna kuning cerah ... yang benar saja, padahal beberapa pisang lokal Indonesia memang memiliki bintik kehitaman dan dengan tegas dia menolak memakannya. Alhasil hanya beberapa jenis pisang yang tersaji di pendopo pangeran. Anak Rajamah bebas.

Pisang impor tentu tidak ada, karena di waktu ini yang datang dari luar negeri paling banter adalah angin Muson Barat dan Muson Timur. Bangsa Barat sendiri mungkin masih sibuk membuat kapal untuk penjelajahan samudera. Sedang bangsa Cina mungkin sedang mencari rute jalan sutera.

Berhubung Sawitri sedang membantu Nyi Ratri di pendopo, jadi aku pergi sendirian. Setelah tinggal selama dua bulan lebih membuatku jauh lebih hapal keadaan istana apalagi aku kerap keluyuran malam - malam, walau memang hanya di sekitaran wilayah kediaman Pangeran Anusapati. Seperti aku bilang sebelumnya, entah mengapa tidak banyak pegawal berkeliling di sana. Para pengawal akan berkeliling di waktu - waktu tertentu saja. Sebaliknya di luar wilayah pendopo Pangeran, aku bahkan berpapasan beberapa kali dengan pengawal yang berjalan berkelompok.

"Darimana Rengganis ?" Ucapan seseorang pria membuat aku berhenti melangkah dengan napas tercekat tapi hanya untuk sesaat

Menengok ke belakang dan melihat orang itu membuat napasku kembali lancar sempurna "Hamba dari dapur istana Raden Mahesa Randi, hamba permisi Raden" Kemudian melangkah kembali meninggalkannya

Dia ternyata mensejajari langkahku "Kau akan kembali ke pendopo bukan ? Biar aku antar"

"Tidak perlu repot - repot Raden, hamba sudah terbiasa sendirian" Tolakku sopan, masalahku cukup banyak tanpa harus bermasalah dengan orang baru lagi. Belum lagi ditambah pandangan beberapa pelayan yang kebetulan berpapasan denganku membuatku tidak nyaman

"Ini sudah gelap apalagi istana kediaman Pangeran ada di bagian selatan. Mungkin memang tidak ada orang jahat tetapi mungkin ada ular atau kadal besar yang kebetulan kau injak saat dia sedang mencari makan." Katanya yang berhasil membuat langkah kakiku terhenti

Melihat seringai di wajahnya saat memandangku "Raden sedang menakut - nakuti, hamba ?"

"Jika kau tidak takut itu bagus, lagipula itu bukan menakut - nakuti tetapi aku sedang menyampaikan kenyataan, Rengganis" Melanjutkan langkahnya "Aku memang kebetulan akan pergi menemui Pangeran Anusapati. Ada hal penting yang harus aku sampaikan padanya"

Menghembuskan napas pelan, aku mengikutinya perlahan dan tentu dengan menjaga jarak aman yaitu empat langkah di belakangnya. Lumayan sebenarnya,  karena jika benar ada ular, kadal atau bahkah biawak yang sedang memutuskan untuk berjalan - jalan malam maka dia duluan yang akan berpapasan dengan binatang - binatang itu. Walaupun akibatnya aku harus sering - sering menundukkan wajah saat berpapasan dengan entah pelayan istana ataupun prajurit di sepanjang perjalanan pulang. Sepertinya ucapan Raden Sadawira bahwa Raden Mahisa Randi adalah prajurit yang memiliki banyak pengemar di istana, itu benar adanya.

Untungnya Raden Mahisa Randi juga tidak berkata apa - apa lagi. Kebisuan mendominasi perjalanan kami dan hanya diiringi soundtrack alam berupa suara jangrik dan burung malam dari kejauhan. Memulai pembicaraan dengannya juga rasanya tidak sopan, jadi aku diam saja. Bernapas lega kala pendopo kediaman Panggeran Anusapati mulai jelas terlihat.

Berhenti sejenak di beranda depan pendopo karena Pangeran Anusapati tengah berada di luar bersama Raden Sadawira tentu dengan ayam hutan barunya. Jujur waktu tadi pagi saat pengawal mengantarkan ayam itu, aku kira itu adalah merak betina. Siapa sangka hewan itu adalah ayam atau memang aku yang kurang bergaul. Tidak seperti ayam warna - warni yang dijual abang - abang di depan SD.

Ayam ini secara alami dilahirkan dengan warna yang tidak biasa dan terkesan mewah serta elegan. Warna bulu kombinasi kuning, hijau, biru, hitam, unggu hingga kemerahan yang cantik sekali. Belum lagi jengger ayam yang tidak berwarna merah seperti ayam biasa tetapi yang ini gradasi biru, ungu, kuning dan kemerahan. Melihatnya aku malah teringat kipas bulu milik Mama dulu.

Mereka menatapku sejenak sebelum mengalihkan pandangannya pada Raden Mahisa Randi yang mendekati Pangeran Anusapati. Sebaliknya aku mengangguk tanda hormat lalu berjalan terus menuju pendopo pelayan untuk menaruh buah - buahan. Berharap saja berita apapun yang dibawa Raden Mahisa Randi tidak memperburuk perasaan Pangeran Anusapati yang memang sudah ambyar dari kemarin, jika sebaliknya mungkin aku yang akan ambyar karena menjadi pelampiasan emosinya. Nasib pelayan gini - gini amat ...

-------------------Bersambung-------------------------

18 September 2020

Continue Reading

You'll Also Like

515K 54.2K 31
Dewi Kirana Candramaya, namanya. Gadis pindahan dari Jakarta yang sama sekali tidak menyukai pelajaran Sejarah, tiba-tiba muncul di masa kerajaan agr...
882 214 25
Ketika usia Odira sudah menginjak tujuhbelas tahun, berbagai mimpi datang ketika dia tidur. Rangkaian mimpi menyeramkan tetapi tidak bisa dia ingat k...
815K 17.6K 11
PART TIDAK LENGKAP, DIHAPUS SEBAGIAN UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN Untuk pembelian bisa ke shopee Lunar Books ya :) === Tak tega melihat seorang lelak...
1.3K 108 35
Bagimana jika kamu yang awal nya takut dengan pria yang hanya bisa kamu lihat tetapi semakin berjalan nya waktu kamu malah mecintainya. Pria itu t...