Salahku Menempatkan Cinta [TA...

By Relianda

557 53 18

Seakan terjebak atas nama cinta, sepasang manusia ini berangan bahwa bahagia yang mereka rasakan akan mewujud... More

Pengantar
[Sembuh dari Patah Hati & Takut Berbuat Dosa]
Bab 1: Pesan WhatsApp di Malam Takbiran ✔
Bab 2: Pindah ke Kota ✔
[Saat Diremehkan & Berjuang dengan Tekad]
Bab 3: Kegiatan MOS di SMA ✔
Bab 4: Geladi Acara Halalbihalal ✔
Bab 5: Obrolan Kaku Pertama Kalinya ✔
Bab 6: Hati yang Mudah Terbolak-balik ✔
Bab 7: Merasa Cemburu ✔
Bab 8: Aktif di Sanggar Seni ✔
Bab 9: Momen Festival Budaya ✔
Bab 10: Dianggap Cinta Sejati ✔
Bab 11: Masa Bersama ✔
Bab 12: Boneka Kelinci ✔
Bab 13: Salah Paham ✔
Bab 14: Festival Bulan November ✔
Bab 15: Tidak Jadi Putus ✔
Bab 16: Hadirnya Orang Lain ✔
Bab 17: Berakhir ✔
Bab 19: Saat Merelakan ✔
Bab 20: Masing-masing Jalan ✔
Bab 21: Suara Randi ✔
Bab 22: Suara Rire ✔
Bab 23: Bertemu Kembali ✔
Bab 24: Bukan Pesan Terakhir ✔
Terima Kasih dan Mari Diskusi
Tidak Lagi Kusebutkan Nama

Bab 18: Rasa Sakit ✔

11 1 0
By Relianda

Setelah putus dari Rire, Randi merasa begitu hampa. Kehilangan, satu kata yang pasti. Namun, Randi bersyukur Rire masih membalas pesannya walau terkesan cuek.

Randi benar-benar menyesal telah membuat Rire kecewa. Perihal hubungan yang sudah berakhir ini pun ia belum siap menyampaikannya pada keluarga. Untuk itu Randi masih diam, seakan semua baik-baik saja.

"Rire kapan pulang lagi, Ran?" tanya Azran pada Randi.

"Nanti kalau ada libur, Pak," jawabnya kaku. Randi tidak berani mengakui bahwa mereka sudah putus.

[]

Saat yang Rire tunggu pun tiba. Ia ingin jujur pada orangtua Randi perihal hubungannya dan Randi, karena Rire yakin Randi tidak punya keberanian untuk mengaku. Tepat malam itu, Randi memberitahunya bahwa ia pergi latihan di sanggar. Dengan kesempatan itu, Rire pun menelepon Runia. Mulanya Azran yang menjawab telepon, "Halo, assalamu'alaikum, Re?"

"Wa'alaikumussalam, Pak. Ibu ada? Rire mau ngomong sama Ibu."

"Oh, iya, ini ada di sebelah Bapak," suaranya kemudian beralih pada suara Runia, "Halo, Re. Gimana kabarmu? Moga sehat, ya."

"Alhamdulillah sehat, Bu. Rire ada yang mau disampaikan sama Ibu."

Kemudian Rire berkata bahwa hubungannya dan Randi sudah berakhir. Runia terdengar syok dengan pengakuan itu. Ia juga mengatakan bahwa Randi sudah memiliki pacar yang lain di sana.

Mereka bicara panjang malam itu. Runia berharap Rire tetap menjalin hubungan baik dengan mereka.

Malam itu Rire lega telah menyatakan semuanya.

[]

Randi pulang dari sanggar lebih awal. Setibanya di rumah, ia dimarahi oleh keluarganya. Mereka memarahinya setelah tahu cerita Rire. Randi merasa semakin kacau.

Inilah yang harus ia terima atas perbuatannya sendiri. Tidak lama setelah itu, Randi sakit. Saat di sekolah, ia seringkali merasa dadanya sesak. Berapa kali Azran menjemputnya ke sekolah agar bisa pulang lebih awal dan beristirahat.

Meski lemah, Randi tetap memaksakan untuk pergi sekolah. Sampai benar-benar ia sakit. Untuk itu ia tidak sekolah beberapa hari. Tubuhnya kurus, batuk-batuk dan demam membuat tubuhnya tidak berdaya.

Sedangkan Rire, ia selalu ada di pikiran Randi. Berat bagi Randi melalui semua sendiri tanpa Rire lagi.

[]

Rire dan teman-temannya berjanji malam itu akan pergi menyaksikan acara festival budaya, apalagi Rire berusaha menghibur diri agar tidak lagi merasa sakit hati. Namun, satu per satu temannya justru batal pergi sebab masing-masing alasan. Tersisa hanya Yuza, mereka pun pergi berdua.

Setibanya di tempat festival, mereka mengunjungi setiap stan yang menjual pernak-pernik. Rire mengingat memorinya bersama Randi sewaktu berada di tempat itu. Mengunjungi stan, membeli syal dan gelang. Tentu tidak mudah baginya melupakan itu. Rire melihat pergelangan tangan kanannya, gelang rotan yang Randi belikan untuknya bahkan masih ia pakai.

"Mau beli apa, Re?" tanya Yuza membuat lamunannya sirna.

"Hm, aku mau beli cincin rotan. Mau cari warnanya yang persis kayak gini," ucap Rire menunjuk gelangnya. Sebuah cincin rotan pun terbeli dan langsung ia pakai di jarinya.

Sudah pukul sembilan malam, Rire masih belum ingin pulang. Bila sudah pulang, pasti ia teringat Randi. Untuk itu ia masih ingin berlama di sana. Lalu sebuah pesan muncul dari Randi, menanyakan apa yang sedang Rire lakukan saat itu.

[]

Randi sadar ia seakan tidak lagi diharapkan. Meski masih terjalin komunikasi lewat pesan, tetap saja semua telah berubah. Lalu betapa emosinya membuncah saat membaca balasan pesan Rire. "Aku masih jalan sama Yuza."

Randi merasa marah, dengan cepat ia mengetik balasan, "Kamu mau balas dendam?"

Maka keduanya bertengkar malam itu. Rire meneleponnya, gadis itu benar-benar marah. "Apa hak kamu cemburu? Yuza temanku. Terserah aku mau jalan sama siapa. Kamu bukan siapa-siapa aku lagi!"

Randi tidak lagi menjawab. Ia yang saat itu masih dalam kondisi sakit lalu memanggil Runia. Dadanya sesak, ia merasa tidak mampu bernapas. Sakitnya kambuh malam itu.

[]

Kampus Rire saat itu sedang diliburkan, digunakan sebagai tempat pelaksanaan tes SBMPTN, maka ada waktu selama satu minggu untuk libur.

Rire tahu kabar Randi sedang sakit karena ia sendiri masih berbalas pesan dengan Runia. Runia mengatakan bahwa Randi enggan dibawa ke rumah sakit, untuk itu mereka hanya memanggil dokter untuk memeriksanya di rumah. Rire merasa iba. Keputusannya sudah pasti, hari itu ia memilih pulang.

[]

Sore itu Rire menuju rumah Randi. Ia disambut oleh orangtua Randi. "Randi lagi sakit, Re. Dia di kamarnya. Masih tidur," ucap Azran.

Setelah itu mereka berbicara banyak padanya. "Randi itu pengen bisa kuliah, beda sama kakaknya yang nggak mau lanjut kuliah. Moga-mogalah Bapak ada rezeki untuk biayai kuliahnya nanti," ucap Azran.

Lain lagi cerita Runia. "Randi itu sebenarnya empat bersaudara. Tisa anak yang pertama, yang kedua sama yang ketiga meninggal waktu masih bayi, terus Randi yang terakhir, jadi si Bungsu."

Banyak hal yang Rire ketahui dari dua orang yang ia sayangi itu. Mereka terus bercerita tentang Randi.

Saat Rire berpamit pulang, barulah Randi keluar menemuinya. Tampak sekali Randi begitu kurus, kantung matanya juga tampak jelas. Ia duduk di samping Azran. Rire hanya meliriknya sekilas, tidak ingin menatap lama, bahkan tidak pula berbalik arah untuk melihatnya.

Meski hubungan mereka sudah berakhir, tetapi tidak dengan komunikasi mereka. Rire merasa serba salah pada dirinya sendiri. Di sisi lain Rire sangat membenci Randi, di sisi lain ia selalu saja berbalas pesan dengan Randi, walau sikap cuek tentu ia utamakan. Rire tidak ingin begitu baik pada Randi. Tiba hari itu mereka justru berjalan berdua. Randi membawa Rire pada sebuah tempat aliran sungai, tempat yang begitu tenang dan sejuk. Ada sebuah jembatan kayu di sana, mereka duduk di atasnya.

Rire dengan segala emosinya mulai bertanya tentang Yura. Ia ingin mendengar cerita Randi sendiri. Randi mulai bercerita dari awal, tetapi ia bahkan tidak berani menatap Rire. Melihat itu, usai sudah rasa percaya Rire padanya. Entah apa yang Randi ceritakan itu berupa kebenaran atau kebohongan, Rire sudah tidak percaya lagi.

[]

Juni 2016

Setelah Randi benar-benar sembuh, ia kembali pada aktivitas sanggarnya, bersiap untuk tampil di acara perayaan ulang tahun kota. Randi bertugas memainkan biola. Tiba malam itu acara dimulai. Rire juga hadir di sana, ikut menonton dengan seorang teman kelasnya.

Usai tampil, Randi buru-buru mengirim pesan pada Rire, hendak mengantarnya pulang. Keduanya pun pulang bersama. Rire terlihat menjaga jarak duduknya di motor. Mereka lebih banyak diam.

[]

Randi merasa kaku saat itu. Setiap kali menemui Rire, selalu saja rasa penyesalannya semakin bertambah, bahkan ketika Rire diam tidak bersuara di atas motor, Randi tidak tahu harus memulai obrolan apa padanya. Sampai tiba di rumah Rire, ia hanya mengucapkan terima kasih lalu bergegas masuk. Randi menahannya.

"Sebentar, Re," panggil Randi. Saat itu ia masih duduk di motor. Randi lega ketika Rire berbalik arah. Randi lalu membuka tasnya dan menyerahkan diari. Randi berharap Rire mau menerima itu sebab ada tulisan Randi di dalamnya. Semua jujurnya ada di sana, terlalu takut mengungkapkan langsung.

Randi hanya bisa pasrah saat Rire justru menggeleng dan menjawab, "Nggak usah. Kamu simpan aja," begitu penolakannya. Randi benar-benar kehabisan cara memperbaiki semuanya yang telah rusak itu.

Randi lalu meminta untuk memegang tangan Rire. Rire mulanya menolak. Namun, akhirnya ia mau menyerahkan tangan kanannya pada Randi. Randi pun menempelkan tangan Rire ke dada Randi, lalu Randi arahkan pada Rire kembali. "Jaga hatinya, ya," ucapnya. Itulah permintaan Randi terakhir kali. Rire hanya mengangguk pelan, nyaris tidak terlihat.

Setelah itu, Randi pun pergi, memacu motornya dengan kecepatan penuh. Air matanya jatuh.

[]

Bismillah. Halo, teman-teman. Terima kasih sudah membaca SMC sampai sejauh ini.

Berkaitan dengan bagian ini, penyesalan selalu datang di akhir, betul? Namun, percayalah itulah cara Allah hendak menyelamatkanmu dari arah yang salah.

Continue Reading

You'll Also Like

261K 15.1K 37
Spin off: Imam untuk Ara cover by pinterest follow dulu sebelum membaca.... ** Hari pernikahan adalah hari yang membahagiakan bagi orang banyak,namun...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...
2.9M 256K 73
[ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴜʟᴜ sᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ!] ʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ - sᴘɪʀɪᴛᴜᴀʟ "Pak Haidar?" panggil salah satu siswi. Tanpa menoleh Haidar menjawab, "Kenapa?" "Saya pernah menden...