PRIMPARIS (Sekuel Travelprim)

By Relianda

133 17 14

Kali ini bukan diawali mimpi, melainkan petuah Kakek yang berpura-pura buta. Prima Rafideswira sudah telanjur... More

2/9/2020: Kata Pengantar
1 ✈ Kakek yang Berpura-pura Buta
2 ✈ Jebakan Janji
3 ✈ Geng P.A.D
4 ✈ Ragu-ragu

5 ✈ Panggilan Video Bagas

17 1 0
By Relianda

Prima tersenyum, menatap layar ponselnya. Bagas meneleponnya melalui sebuah panggilan video. Prima pun menjawabnya.

"Halo, assalamu'alaikum, Prim? Lo apa kabar?" sapa Bagas di sana. Ia tampak tersenyum lebar.

"Wa'alaikumussalam. Alhamdulillah, gue baik, Gas. Lo gimana?"

"Alhamdulillah, very good."

"Lagi di mana, tuh?" tanya Prima, sebab Bagas tampak sedang duduk di teras rumah.

"Di rumah aunty-nya Vidi. Kami lagi di Mumbai. Sekalian jalan-jalan, lah."

"Honeymoon maksudnya?"

"Gue nggak mau memperjelas, Prim. Kasian elonya."

"Bully aja terus!"

Bagas lalu tertawa, Prima pun sama. Sesaat Prima pun ingin bercerita pada Bagas.

"Gas, gue dapat kejadian aneh lagi."

"Apaan? Dikejar-kejar janda?"

"Heh, mulut lo mau gue cabein nggak?"

Bagas tampak tertawa puas. "Hahaha. Bercanda, Prim. Kejadian aneh apa lagi? Jangan bilang kalau lo dapat mimpi disuruh traveling lagi?"

Prima tersenyum, dugaan Bagas nyaris benar. Prima pun bercerita semuanya.

Usai mendengar cerita tentang si Kakek dan paspor usang, Bagas pun menyampaikan pendapatnya. "Kali ini benar-benar nggak masuk akal, Prim. Sori gue ngomong gini."

"Nggak apa-apa. Gue cerita juga karena gue mau minta pendapat lo."

"Jangan bilang kalau lo mau ngajak gue ikut ke sana?"

"Hahaha."

"Masa gue harus ninggalin bini gue sendirian? Nggak, lah."

"Pengantin baru, sombong luar biasa," canda Prima. Lagi-lagi ia membuat Bagas tertawa.

Bagas lalu berkata lagi, "Tapi ini Paris, Bro. Gue juga udah lama pengen banget ke sana. Lo tahu nggak? Di sana ada Masjid Raya Paris. Kalau bahasa Perancisnya itu Grande Mosquée de Paris. Lo harus bisa datang ke masjid itu."

Prima tersenyum. "Gue bahkan belum bilang kalau gue mau pergi, Gas."

"Coba liburan aja deh, pas tuh, akhir Desember. Tapi jangan terlalu ngarep, ya. Lagian permintaan si Kakek bener-bener nggak logis, ya? Mana sih, paspornya? Lihatin ke gue," pinta Bagas. Prima pun menampakkan paspor itu di kameranya.

"Kira-kira Kakek itu dapat paspor ini dari mana, ya?" tanya Bagas.

"Nggak tau gue. Tapi ini paspor asli, Gas. Ada hologram, tanda tangan, cuma masa berlakunya aja yang udah habis."

"Eh, bentar," ucap Bagas, "lihat biodatanya, dong."

Setelahnya, Bagas kembali tertawa. "Lahirnya tahun 1969? Prim, yang bener aja, nih? Hahaha."

"Berisik, ah," Prima berpura merajuk, ia kembali mengarahkan kamera ponsel menghadap wajahnya.

"Hehehe. Lo nggak usah terlalu percaya sama si Kakek itu, ya. Semua udah Allah atur. Percaya itu harusnya sama Allah."

Prima mengangkat jempolnya, tanda setuju. Apa yang Bagas katakan benar. Lalu tampak sekilas ada seorang perempuan muncul di belakang Bagas. Hijab berwarna hijau terbalut di badannya. "Nelepon siapa?" tanyanya pada Bagas. Itu adalah suara Vidi.

"Ini, Prima. Mau ngobrol sebentar, Yang?" tanya Bagas. Terlihat kedipan mata usilnya di sana, sengaja mengusili Prima. Prima hanya menggelengkan kepala. Bagas lalu berucap, "Prim, gue ajarin nih, ya. Ntar kalau lo punya istri, harus panggil dengan panggilan yang romantis."

"Iya, iya. Itu sih gue juga paham."

Bagas tampak terkekeh. Vidi lalu duduk di samping Bagas, mulai menyapa Prima. Ketiganya lalu saling bercerita panjang.

"Kami masih jalan-jalan di Mumbai, Prim. Mungkin besok baru balik ke New Delhi," jelas Vidi.

"Kirim salam buat Bu Ayu, ya. Oh iya, Kalau ketemu Pak Adhikara, kirim salam juga," ucap Prima.

Setelah itu, Vidi kembali masuk ke rumah. Tinggallah Bagas lagi yang bicara, "Udah dulu ya, Prim. Keluarga Vidi ngajak makan malam, nih."

"Oke, Gas. Makasih, ya."

"Iya, kabari gue kalau lo jadi berangkat. Siapa tau gue bisa bantu cariin promo tiket murah ke Paris."

"Wah, kalau gini bisa beneran berangkat gue," balas Prima. Bagas di sana tampak tersenyum lebar.

Malam sebelum pukul 10, Prima bersiap tidur. Memasang alarm lebih dulu, mengatur waktu salat Tahajud.

Usai membaca doa tidur, ia juga meyakinkan satu pilihannya.

"Aku bakalan pergi ke sana. Bukan buat cari jodoh, tapi buat liburan."

Ia menarik selimutnya, menutupi hingga telinga.

"Tapi paspornya bawa aja sekalian, deh," tambahnya lagi, diakhiri senyuman tipis.

Continue Reading

You'll Also Like

386K 21.9K 86
"Manusia saling bertemu bukan karena kebetulan, melainkan karena Allah lah yang mempertemukan." -Rashdan Zayyan Al-Fatih- "Hati yang memang ditakdirk...
2.9M 257K 73
[ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴜʟᴜ sᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ!] ʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ - sᴘɪʀɪᴛᴜᴀʟ "Pak Haidar?" panggil salah satu siswi. Tanpa menoleh Haidar menjawab, "Kenapa?" "Saya pernah menden...
228K 16.1K 47
ini cerita pertama maaf kalo jelek atau ngga nyambung SELAMAT MEMBACA SAYANG(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
1.3M 78K 52
[Terbit dan lengkap. Tersedia di TBO] Tersedia di shopee : tokobook.com03 atau bisa klik link di bio 💖 Asyakina, seorang jurnalis junior di salah sa...