[✔️] Bully || Lee Haechan

By matchashaw

80.6K 9.2K 409

"Aku ingin menjadi orang terakhir yang mengucapkan ini. Selamat ulang tahun." [Bully] Di saat mencintai seseo... More

00; Lee Haechan
01; Teman Pertama
02; Konsekuensi
03; Khawatir
04; Nyanyian Malam
06; Hak Mencintai
07; Rumah Kedua
08; Tenggelam
09; Pelampiasan
10; Bitter Birthday
11; Opsi Kedua
12; Guardian
13; Semesta dan Kenyataannya
14; Almost
15; Alive
16; Hyunjin
17; Syal
18; Hurt
19; Luka Baru
20; Tali Sepatu
21; Langkah
22; Lusa
23; 00.00
24; Bahagiamu
25; Akhir Kisah
Penutup
Comment 주세요
Christmas Eve Gift
Titip Nyawa

05; Tugasku

2.5K 344 40
By matchashaw

Jari jemari Haechan bergerak, membuat Hyunae terbangun dari tidurnya karena ia meletakan tangannya di atas tangan Haechan.

"Udah sadar?" tanya Xiaojun, iya, dia masih menunggu di sini. Kalau Ryujin, dia sudah kembali ke kelas, sekalian meminta izin untuk Hyunae agar bisa tinggal di sini lebih lama.

"Aku antar pulang ya Chan?" tawar Hyunae, "Gue aja yang anter, lo keliatannya capek, lagipula kan gue ketua kelasnya," sahut Xiaojun.

"Gak pa-pa, gue aja, nanti bisa telfon kakak gue buat jemput," bukannya apa-apa. Xiaojun memang terlihat seperti orang baik, tapi Hyunae merasa dia tidak bisa mempercayai siapa-siapa kecuali Ryujin dan Lucas jika itu menyangkut Haechan.

Xiaojun terdiam sejenak, berusaha berkontak mata dengan Hyunae, tapi Hyunae sudah memutusnya sejak ia selesai bicara tadi.

"Ya udah, sana telfon kakak lo," ujar Xiaojun. "Iya nanti gue telfon, lo ngapain masih di sini?" Xiaojun mengangkat sebelah alisnya, "Emang kenapa? Nungguin lo dijemput lah."

"Kenapa ditungguin? Kan gue sama Haechan, sana balik ke kelas lo," Xiaojun menghela nafas kasar, "Hm, gue balik ke kelas."

Sepeninggal Xiaojun, Hyunae mengambil handphone-nya. "Dijemput bang Lucas ya?" katanya.

"Aku bisa lanjut belajar kok... gak pa-pa." —Haechan

"Apanya yang gak pa-pa sih? Ini pertama kalinya aku liat kamu dihajar sampe pingsan!" —Hyunae

"Aku udah biasa Hyun.." —Haechan

"Biasa pingsan maksud kamu!? Udah ah! Ini bang Lucas fast respon, katanya mau langsung ke sini," Hyunae berdiri dari duduknya, berjalan ke lorong UKS entah untuk mengambil apa.

Haechan mengubah posisinya menjadi duduk, memainkan jarinya sendiri, entah harus berbuat apa sekarang.

Ini pertama kalinya Haechan bertemu dengan orang semacam Hyunae, yang tulus membantunya, membelanya, bahkan merasa khawatir saat ia tidak dapat ditemukan.

Karena ini pertama kalinya sejak sekian lama, awalnya Haechan tidak percaya bahwa Hyunae memang berniat baik. Bukan! Ini bukan termasuk berperasanhka buruk atau semacamnya.

Bayangkan jika kalian juga ada di posisi Haechan, yang menerima bully'an setiap hari, tidak ada yang mau berteman dengannya.

Jadi di pikiran Haechan saat Hyunae membantunya hanya satu. Apa dia beneran mau temenan sama aku? Atau karena ada hal lain?

Tak lama Hyunae kembali, ia menguncir rambutnya sekarang. Wajahnya juga terlihat agak basah, begitupun anak rambutnya, sepertinya Hyunae habis mencuci mukanya.

Ia mengecek handphone-nya, belum ada pesan dari Lucas, akhirnya ia kembali duduk di sebelah brankar Haechan.

"Besok gak usah sekolah, aku temenin," mata Haechan melebar seketika, "Gak boleh gitu.." gumamnya.

"Terus gimana?" balas Hyunae, "Aku masih bisa sekolah Hyun... kalau pun aku gak masuk, kamu harus masuk," ujarnya.

"Aku mau nemenin kamu." —Hyunae

"Gak perlu Hyun, aku gak pa-pa." —Haechan

"Sampe kapan sih kamu bilang 'gak pa-pa gak pa-pa' terus? Aku tau kamu kenapa-napa, Chan!" Haechan menundukan kepalanya.

"Jangan nunduk, aku lagi ngomong," kepala Haechan kembali terangkat, menatap manik mata Hyunae yang sedikit bergetar sekarang.

"Aku mau temenin kamu, besok jangan masuk sekolah." —Hyunae

"Aku gak bisa ketergantungan sama kamu terus, Hyun." —Haechan

"Apanya yang ketergantungan? Ini baru berapa hari kita kenal, belom bisa dibilang ketergantungan!" —Hyunae

"Justru karena itu Hyun, kita baru kenal, dan kamu udah sebaik ini sama aku, aneh Hyun." —Haechan

Hyunae mengernyit, "Aneh?" Haechan mengangguk pelan, "Apa yang aneh?" Haechan hanya diam di tempatnya, perlahan memutus kontak dengan Hyunae.

Keadaan berlanjut hening, tentu ini pertama kalinya mereka berdua berdebat, seperti yang Hyunae bilang, mereka baru kenal.

Tak lama pintu UKS terbuka, Lucas datang. "Gimana?" tanyanya, Hyunae berdiri dari duduknya, meraih tas yang tadi dibawakan Ryujin untuknya.

"Tanya dia, adek duluan," Hyunae berlalu dengan cepat, menyisakan Lucas dan Haechan.
~~~
Entah sudah keberapa kalinya Hyunae merubah posisi tidurnya, dia terus berguling-guling di ranjang sambil memegang handphone-nya.

Ia ingin menghubungi Haechan, karena sejak keluar dari UKS mereka sama sekali tidak berinteraksi, bahkan di dalam mobil sekalipun.

Ia merasa bersalah karena tadi membuat perdebatan, padahal Hyunae yakin Haechan sedang kesakitan karena luka-lukanya.

Ibu jadi Hyunae hampir saja menekan pad di handphone-nya, sampai tiba-tiba pintu kamarnya dibuka.

"HUWWAAA!!" pekiknya kaget, Lucas menyelipkan kepalanya di antara pintu sambil tersenyum. "Ada tamu di bawah."

Hyunae mengernyit, "Minta maaf dulu kek, kaget tau!" Lucas akhirnya membuka penuh pintu kamar Hyunae, bertengger di sana.

"Nanti aja maap-maapannya, ada Haechan di bawah," kedua mata Hyunae terbuka sempurna tak lupa dengan mulutnya juga.

"Tiati lalet masuk, buru turun," Hyunae lompat dari tempat tidurnya, menyempatkan diri mengecek penampilan di kaca, sampai Lucas menariknya agar segera keluar.

Saat menuruni anak tangga, Hyunae langsung berubah kalem, menyelipkan rambut di daun telinganya. Lucas merotasikan bola matanya ketika melihat tingkah Hyunae.

Ketika Haechan sudah tertangkap oleh pandangan mata Hyunae, ia berjalan mendekat, lalu berdeham di samping Haechan.

Haechan mendanga, tadinya ia mau berdiri, tapi tangan Hyunae terlanjur mendarat di puncak kepala Haechan, ia mengacak pelan rambut Haechan lalu duduk di sebelahnya.

"Kenapa?" tanya Hyunae ragu, "Maaf.." balas Haechan. "Maaf karena udah bikin kamu marah, khawatir, aku gak bermaksud..."

Hyunae tersenyum, lalu tak lama ia tertawa karena tak tahan melihat wajah panik Haechan. "K-kenapa? Kamu gak mau maafin aku?"

"Bukan bukan! Muka kamu biasa aja kenapa sih!? Panik banget! Aku gak marah, Chan," Haechan mengernyit halus. "Tadi siang, kamu marah kan?"

"Pokoknya aku gak marah, asal kamu gak ngulangin yang tadi lagi," Hyunae menyenderkan tubuhnya pada sofa, tak lama ia memejamkan matanya.

"Yang tadi?" Hyunae mengangguk kecil, lalu ia kembali membuka matanya. "Kalo sakit, bilang sakit, kamu gak selamanya bisa nanggung itu sendiri, kamu manusia biasa, Chan, wajar kalo sakit, wajar kalo capek, kamu gak harus selalu kuat."

"Tapi tadi aku lagi sama kamu," balas Haechan. "Emang kenapa kalo lagi sama aku?" Haechan menoleh pada Hyunae yang sedang menatapnya dari belakang.

"Aku laki-laki, harus jagain kamu, gak boleh sakit, gak boleh capek," tuturnya. "Sejak kapan ada peraturan kayak gitu?"

"Emang harusnya begitu, aku mau, aku harus jagain kamu," Hyunae membenarkan posisi duduknya, tak lagi bersender.

"Kalo kamu maunya gitu, boleh gak aku minta sesuatu?" —Hyunae

"Boleh, apa?" —Haechan

"Kamu boleh jagain aku, tapi sebelum kamu jagain aku, bisa gak kamu jaga diri kamu sendiri dulu? Akunya belakangan?" —Hyunae

Haechan menurunkan pandangannya, memutuskan kontak mata dari Hyunae. Suasana hening, Haechan sama sekali tak bergeming.

Hyunae menghembuskan nafas pelan dan melempar tubuhnya lagi ke sofa. Setelah beberapa detik, suara Haechan baru terdengar, "Kamu lebih penting."

"Love yourself first, sir," balas Hyunae. "Justru itu.."

"Justru itu apa?" tanya Hyunae. "Karena aku tidak bisa mencintai diriku sendiri, maka biarkan aku mencintaimu."

Jangan tanya keadaan Hyunae sekarang gimana, luarnya memang kelihatan normal, dalamnya udah kayak mau tenggelam.
————
Hyunae melempar tempat pensilnya dan tepat mengenai kepala Chenle yang sedang tertawa keras di ujung kelas.

"Berisik!" di sana Chenle mengaduh kesakitan, mengambil tempat pensil Hyunae dan hampir melemparnya kembali kalau saja Jisung tidak mengingatkan kalau Lucas adalah kakaknya Hyunae.

Chenle merotasikan bola matanya, terpaksa harus berjalan ke meja Hyunae untuk mengembalikannya.

"Nih! Lain kali kalo mo ngelempar pake barang yang gak perlu gue balikin kenapa sih!? Udah tau hoverboard gw lagi disita!"

"Salah sendiri bawa hoverboard ke sekolah, lo kira lo member NCT Dream hah!? Jangan sok iye!"

"Yeuh! Gue gibeung juga lu!" Chenle memasang muka julidnya, lalu pergi saat mendengar seruan dari temannya yang mengajaknya pergi ke kantin.

Chenle bisa pergi ke kantin karena kelas Hyunae sedang tidak ada guru dan hanya diberi tugas yang seharusnya dikerjakan.

Ryujin juga gak tau lagi kemana, dia bilang mau ke toilet tapi lama banget baliknya. Alhasil Hyunae sendirian di mejanya.

KRINGGG

Bel istirahat berbunyi, anak-anak dari kelas lain mulai berhamburan keluar, kalau kelas Hyunae memang udah keluar dari tadi, bandel emang.

Hyunae menutup buku tugasnya, rencanga ingin langsung ke kantin karena Hyunae tidak baqa bekal dan hanya bawa uang saku.

Ia berjalan santai keluar kelas dan langsung berpapasan dengan Xiaojun di depan pintu kelas.

"Eh? Ngapain?" tanya Hyunae. "Itu.." Xiaojun menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ada titipan dari guru? Eh tapi titipan apa—"

"Mau ngantin bareng gak?" potong Xiaojun, Hyunae terdiam sejenak. Tak lama ia tersenyum, "Aaa.. mau ngantin, y-ya udah, tapi, sama Haechan ya?"

"Haechan? Haechan tadi dipanggil guru, kayaknya belom balik, kita duluan aja," Hyuane mengernyit. "Dipanggil kenapa?" Xiaojun mengedikan bahunya, karena dia memang tidak tau.

"Yuk?" ajak Xiaojun, Hyunae mengangguk ragu, mengikuti Xiaojun dari belakang. Jangan pikir Hyunae tak khawatir tentang Haechan, karena sekarang Hyunae sedang memikirkannya.
~~~
Hyunae sudah sampai suapan terakhir nasi gorengnya dan Haechan tak kunjung datang. Ia melirik Xiaojun sekilas.

"Haechan dipanggil guru apa tadi?" Xiaojun menaikan satu alisnya baru mengangkat pandangannya, "Emm.. guru.. BK?"

Mata Hyunae membulat seketika, "Kenapa lo gak bilang sama gue kalo yang manggil guru BK?"

"Kan lo gak nanya, baru tadi nanyanya," jawab Xiaojun santai. "Ih! Harusnya dari tadi ka— Haechan!"

Pekikan Hyunae membuat Xiaojun menoleh ke arah pandang Hyunae. Ada Haechan di pintu masuk kantin dengan tempat bekal di tangannya. Haechan perlahan mendekat.

"Katanya kamu dipanggil guru BK?" Haechan mengangguk pelan, kedua matanya tak bisa hanya terfokus pada Hyunae, ia beberapa kali melirik Xiaojun yang masih asik dengan makanannya.

"A-aku gak pa-pa, kamu lanjut aja makannya, aku harus pergi dulu," ujarnya sambil tersenyum. "Loh? Chan? Haechan!"

Hyunae menghembuskan nafas kasar saat Haechan sudah keluar dari area kantin, lalu kembali menatap Xiaojun.

"Lagi gak mood mungkin Haechan nya," kata Xiaojun santai. Hyunae tak menggubris ucapan Xiaojun, ia berdiri membawa piring kotor, dan menaruhnya di tempat yang seharusnya.

Hyunae berbalik, hendak kembali ke mejanya. Namun yang pertama kali ada di pandangannya adalah Haechan yang tersungkur di lantai dengan makanan yang berhamburan kemana-mana bahkan ke seragamnya.

Hyunae langsung berlari mendekati Haechan, berusaha menangkis pukulan yang dilayangkan Felix.

Hyunae perlahan membuka matanya karena ia tidak merasakan apapun yang menghantam tubuhnya.

Matanya terbuka sempurna, ia langsung menoleh dan mendapati Haechan berada tepat di sebelahnya, merangkulnya, dan memposisikan tangannya untuk menutupi Hyunae.

"Heh anak miskin! Sekarang gue bodo amat ya mau Hyunae adeknya Lucas lah Lucis lah Lupis lah! Gue gak peduli! Gue muak sama lo! Sekarang lo berani nangkis pukulan gue!? Siapa lo? Petinju!?"

Hyunae kembali menutup matanya saat ia mendengar banyak tendangan kaki tepat di sebelahnya, ia yakin tubuh Haechan sedang ditendangi.

Perlahan tubuh Hyunae semakin terbungkus oleh Haechan, ia benar-benar berusaha menutupi Hyunae agar tidak terkena pukulan atau tendangan sedikit pun.

"M—maaf, sa-kit?" tanya Haechan, namun Hyunae tidak bisa menjawab, walau ia mendengar suara parau Haechan.

Tubuh Haechan berulang kali ditarik, guna melepas pelukannya dari Hyunae, namun barulang kali juga mereka gagal.

Dan kali ini, tarikan itu berhasil membanting Haechan hingga tubuhnya membentu meja kantin dengan keras.

Hyunae membuka matanya panik, ia melihat ke sekeliling. Ia menangkap sosok Xiaojun yang sedang mengangkat tubuh Haechan dan membaringkannya di atas meja. Haechan tak sadarkan diri. Lagi.

Air mata Hyunae mulai menggenang, ini bukan air mata kesedihan atau semacamnya, bisa dibilang ini adalah air mata.. kemarahan?

Ia mendekati Felix yang memasang senyum bangganya.

PLAK!

"Br*ngsek!" pekiknya. Ia menabrak bahu Felix begitu saja, menghampiri Haechan dan Xiaojun. "Maaf, tadi gue bingung harus ngapain," Hyunae menggeleng, "Gak pa-pa, gue ngerti, bantu gue bawa ke UKS."

Xiaojun mengangguk, ia memapah tubuh Haechan bersama dengan Hyunae dan membawanya ke ruang UKS.

Continue Reading

You'll Also Like

15.8K 1.4K 28
"Ra... Please sadar ga ada gunanya kamu bertahan sama Mark, yang kamu dapetin selama ini cuman sakit hati" "Ta-tapi aku sayang sama Mark" . . . Tenta...
803K 58.9K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
5.2K 294 19
"Mark-hyung?" ~𝘯𝘰𝘵𝘦~ •𝘊𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘮𝘶𝘳𝘯𝘪 𝘥𝘪𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘪𝘬𝘪𝘳𝘢𝘯𝘬𝘶 •𝘐𝘯𝘪 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘧𝘪𝘬...
97.6K 12.1K 37
Jake, dia adalah seorang profesional player mendadak melemah ketika mengetahui jika dirinya adalah seorang omega. Demi membuatnya bangkit, Jake harus...