EPITOME: LUNISOLAR [TAEKOOK/V...

Par heyhduami

1.4K 185 6

He is the strongest, and the weakest person. Ketika pria paling kuat hancur, ia tidak sanggup menangis . - EP... Plus

P R O L O G U E
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10"
12"
13"
14"
15"
16"

11"

52 8 0
Par heyhduami

"Ku tanya sekali lagi, dimana Jeon Jungkook?"

Hawa panas menyeruak ke udara, seolah pemanas di basement menyala. Yoongi mengelap senjata api di pangkuannya dengan tenang. Wajah pucat itu tampak datar, tak minat dengan pembicaraan Taehyung yang berdiri dengan susah payah di pintu masuk ruang kerja milik Jimin.

Jika kalian bingung, sebenarnya seluruh anggota family menjadi lebih sering untuk menetap di bangunan utama organisasi mereka di Seoul. Tinggal berpisah tampaknya lebih beresiko setelah peristiwa diculiknya Park Jimin. Hanya pekerjaan saja yang mereka lakukan secara individu atau berpasangan.

"Dia tidak ada dimana pun. Bahkan kamarnya sangat rapi seolah tak tersentuh." lanjut Taehyung. Raut wajahnya semakin mengeras ketika tidak mendapatkan respon berarti dari yang lebih tua.

Merasa percuma, Taehyung memutar tubuhnya dengan bantuan kruk, hendak mencari siapapun yang mungkin mengetahui keberadaan kelinci berotot kesayangannya.

"Ku lihat dia pergi tadi pagi."

Saraf Taehyung menegang. Kesal sekali rasanya. Kenapa Yoongi harus mengatakan sesuatu setelah ia berusaha keras memutar tubuh? Sial, rasa keingintahuannya jauh lebih besar saat ini. "Kemana dia pergi? Kau tidak menghentikannya?"

Yoongi mengangkat bahu, "Tidak tahu dan tidak peduli."

"Kau serius?!" Kali ini Taehyung kembali memutar tubuhnya menghadap Yoongi yang masih duduk santai di depan jendela kaca anti peluru. "Ada apa denganmu sebenarnya? Selama ini kau tidak menyukaiku karena Jimin, tapi Jungkook tidak tertarik pada Jimin, oke?"

Erangan putus asa mengisi ruangan. Yoongi mengerlingkan mata kecilnya ke arah Taehyung. Memandang pemuda itu malas. Mulutnya lelah jika harus menjelaskan banyak hal. "Ini berbeda, Tae. Kali ini, kau akan berterima kasih padaku suatu hari nanti."

Taehyung mengernyit. Ia hendak bertanya kembali sebelum Yoongi yang kembali fokus membersihkan senapannya.

'Berbeda?'

.

Kolam ikan yang sering disangka Jungkook sebagai danau, tampak mulai membeku. Jimin dan Hoseok berdiri di sisi kolam, terdiam seribu bahasa.

"Bisakah aku mempercayaimu, Hoseok-ie?"

Yang ditanya tersenyum kecil, "Yang kuinginkan saat ini adalah kau mengetahui kebenarannya dan tidak menyakiti Taehyung atau melakukan sesuatu secara gegabah pada Jungkook."

Jimin terkekeh kecil. Sesekali mengusap hidungnya yang memerah kedinginan. "Kenapa aku harus menyakiti Taehyung? Dia adalah saudaraku. Lalu ada apa di antara dirimu dengan Jungkook? Kau menyukainya atau berhutang budi pada bocah serampangan itu?"

Ahh- soal itu, Hoseok juga tidak begitu paham. "Taehyung bukan umpan, aku ingin kau mengingatnya. Well- ku pikir kau mengatahuinya lebih baik dariku." jawabnya lugas. Pemuda di akhir 20 tahunan itu menyugar rambutnya yang berantakan karena tiupan angin dingin, "Dan Park Jimin, Jeon Jungkook adalah saudara ku juga."

"Ada yang melihat Jeon Jungkook?"

Panjang umur sekali.

Seketika Jimin terkekeh sembari memutar tubuhnya menghadap Taehyung yang baru datang. Menahan senyumnya yang semakin lebar sebelum menepuk bahu Hoseok dan berlalu pergi.

Hoseok mengernyit bingung. Sebenarnya, apa yang tengah dipikirkan si pendek itu?

"Hyung."

Panggilan Taehyung membuat Hoseok menoleh ke arah yang lebih muda dengan cepat. Otak cerdiknya berusaha berputar lebih keras kali ini. "Kenapa kau mencarinya? Kau tertarik?"

Alis tebal si pemuda Kim menukik. Bibirnya terbuka hingga membuat ekspresi menyebalkan. "Serius? Kenapa semua orang di rumah ini mengira aku tertarik padanya?"

Well- Hoseok tidak terkejut. Dipikirnya, itu sudah rahasia umum dilingkungan keluarga mereka.

"Ini baru sehari dia pergi dan kau sudah kelimpungan. Bagaimana denganku yang selalu bertemu denganmu tiap bulan?" gurau Hoseok. Ia senang sekali melihat wajah datar Taehyung di bawah sinar matahari yang menyengat.

Seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja.

Bola mata Taehyung berputar malas. Ia menggeleng gemas sebelum mengibaskan tangannya ke arah Hosoek. "Lupakan."

Tawa yang lebih tua seketika meledak. Wuah- bukankah menyenangkan menggoda salah satu maknae mereka? "Oy oy. Tenanglah. Jeon Jungkook ada di rumah Seokjin, oke?"

Langkah berat Taehyung berhenti. Ia mengernyit, kembali melihat Hoseok yang masih berdiri dengan senyum menyebalkannya. "Kapan dia kembali?"

"Sulit ya jika rindu."

"HYUNG!"

"Oke! Oke!"

Oh astaga, Hoseok merasa akan mati muda karena kotak tertawanya yang seolah tidak dapat dikontrol saat ini. Bagaimana bisa Taehyung memiliki sisi seperti itu?

Hosoek berdehem, masih tetap menahan senyumnya. "Tidak tahu."

"Aku benar-benar akan membunuhmu."


Oh ayolah- Hosoek merasa sudah mendekati ajal karena ledakan tawanya sendiri sekarang.

.

Saat ini Seokjin ingin sekali menyalakan pemanas ruangan. Dirinya buta, tapi kenapa suasana tegang di antara dua orang ini terlihat sekali?

Jungkook baru meletakkan 2 cangkir jus jeruk dan secangkir susu di atas meja tamu. Namun, tidak ada sepatah kata pun yang terdengar setelah Seokjin saling memperkenalkan keduanya.

"Bagaimana jika makan cookie? Ingin mencobanya"

"Aku bukan makanan, hyung."

"Ku pikir makan rumput terasa lebih baik."

Seokjin merengut. Apa-apaan?! Kenapa dirinya merasa dibodohi?

"Cookie cokelat, oke? Bibi tetangga yang memberikannya padaku. Siapa pula yang ingin memakan adikku sendiri? Sorry to say, aku bukan incest."

Blind hoe. Umpat Jungkook dalam hatinya. "Ingin tahu fakta terbaru? Kita tidak sedarah, Seokjin-hyung."

Namjoon terhenyak dalam diamnya. Dua orang di hadapannya terlihat jauh lebih dekat dari pada bayangannya. Keduanya saling melempar umpatan dan cacian, namun sedetik kemudian tertawa kencang seolah kemampuan pita suara mereka tak terbatas.

Ia tahu betul, bagaimana tengilnya Jungkook tiap berhadapan dengan family. Sekarang rasa penasarannya terbayar setelah mengenal Seokjin. Tidak mengherankan jika pria berbibir plum itu yang merawat Jungkook. Sama-sama bermuka bayi, lengkap dengan mulut kotor mereka.

"Taehyung tahu kau kemari?"

Tawa diruangan itu seketika berhenti. Berganti kesunyian yang terasa mencubit Seokjin. Ia tidak begitu terbiasa dengan tensi yang sangat menegangkan setelah kecelakaannya.

Jungkook mengulum pipi dalamnya. Pandangannya menatap datar makanan yang dibawa oleh Namjoon. "Dia seperti orang mati, mana dengar bahkan jika aku berteriak di depan telinganya. Apalagi mengetahui aku pergi."

Helaan nafas Namjoon terasa menghakimi. Mulai terbiasa dengan sikap acuh tak acuh si pemuda kelinci. Bahkan Seokjin mengembangkan senyumnya. Tangan lentik yang tertua menyikut udara, "Jadi bertengkar dengan kekasihmu, eoh?"

Namjoon berhasil dibuat bingung. Sejak kapan Taehyung pacaran dengan Jungkook? Bukannya si Kim muda itu cinta mati dengan Jimin? Netranya fokus pada telinga Jungkook yang memerah.

Wuah.

Jadi benar?

"Dia bukan pacarku, oke?"

Oh? Jadi tidak?

Seokjin terkekeh, kemudian menepukkan kedua tangannya sekali dengan semangat. "Ku pikir sekarang waktunya untuk makan! Sayang sekali jika makanannya akan dingin, Namjoon membawanya jauh-jauh kesini."

Jauh?

Kali ini Jungkook yang kebingungan. Gedung markas Jimin hanya berjarak 10-15 menit berkendara ke rumah Seokjin di dekat pantai Busan. Ia memperhatikan gerak-gerik Namjoon yang tersenyum manis ke arah Seokjin sembari menyiapkan makanan dan peralatan makan yang dibawanya sendiri.

Seokjin banyak bercerita, dan Namjoon menanggapinya dengan apik. Mereka berdua saling terhubung, meskipun terkadang Seokjin mengernyit karena tidak paham vocabulary Namjoon.

Well- se-manusia-nya Namjoon, pria itu tetap seorang family. Penjahat kotor yang ahli menggunakan Glock dan memanipulasi cara berpikir seseorang. Jungkook tidak ingin analisisnya melewatkan sedikitpun mengenai perlakuan tak biasa Namjoon pada kakak kesayangannya, Seokjin.

"Kim."

"Hm." / "Eoh?"

"Ahh- maksudku, Kim Namjoon."

Pria berlesung pipit itu menghentikan kegiatannya meletakkan irisan bebek panggang di piring Seokjin. "Kau bisa memanggilku hyung jika ingin."

Sontak Jungkook menganga. Apalagi melihat sikap Namjoon yang kembali melanjutkan aktifitasnya melayani Seokjin dengan penuh senyuman selebar wajah.

"Euhh- Namjoon-hyung."

"Hm."

"Kau menyukai Seokjin-hyung, ya?"

•••*•••

Thank You!!

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

48K 3.5K 50
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
48K 9.8K 12
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
473K 47.2K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
195K 9.5K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...