π‘¬π’Œπ’”π’•π’“π’π’—π’†π’“π’•

By cigarettesaftermess

67K 4.6K 117

Muhammad Rian Ardianto, pria yang harusnya bisa menikmati hidup tenangnya lebih lama kini harus dihadapkan ke... More

Chapter 1 - Arshinta Kirania Pratista.
Chapter 2 - Temu paling menarik.
Chapter 3 - Seribu jalan menuju Ciumbrella.
Chapter 4 - MasterChef.
Chapter 5 - Kan! Jodoh emang nggak kemana.
Chapter 6 - Rania si cantik.
Chapter 7 - I want you to the bone.
Chapter 8 - Mas Rian dan mbak-mbak cantik pilihannya.
Chapter 9 - Family time.
Chapter 10 - Babu cantik.
Chapter 11 - Rian yang terhibur.
Chapter 12 - Keluarga baru?
Chapter 13 - Keluarga lawak.
Chapter 14 - Australia
Chapter 15 - Back to Reality.
Chapter 16 - Rania yang salah paham.
Chapter 17 - Fenhan bersekongkol.
Chapter 18 - Nemenin latihan dan Mantan
Chapter 19 - Mas Rian marah.
Chapter 20 - Abah Musa dan Ibu Juah.
Chapter 21 - Keluarga baru Rania.
Chapter 22 - Nyawa Rania.
Chapter 23 - Masalah selesai
Chapter 24 - Ditinggal dan Memanfaatkan
Chapter 25 - Malu!
Chapter 26 - Izin dan Main
Chapter 28 - Rian like the view.
Notes from me.
Chapter 29 - Komunikasi
Chapter 30 - Rania masuk RS.
Chapter 31 - Impor
Chapter 32 - Duluan
Chapter 33 - Ijab kabul dan Resepsi
Chapter 34 - Isi dan Keluar
Selesai

Chapter 27 - Ibu Rian

1.6K 131 2
By cigarettesaftermess

Setelah pamit, Rania dan Rian memasuki mobil yang akan mengantarkan mereka berdua ke stasiun.

"Mas, kamu bawa makanan?" tanya Rania pada Rian yang berada di samping supir.

"Belum, nanti aja beli di stasiun," jawab Rian.

Rian dan pak supir terlibat pembicaraan yang seru, sesekali Rania juga diajak bicara olehnya.

"Pak makasih ya," Rania menyerahkan uang untuk tipnya.

Rania menggandeng lengan Rian karena takut hilang, suasana di stasiun yang ramai dan berdesakan membuatnya ketakutan.

"Eh itu ada minimarket, ke minimarket dulu," Rian menggeretnya sembari melindungi Rania dari orang-orang yang menabraknya.

"Mas Rian kalo mau beli sesuatu, snack aja, Rania bawa rendang tadi buat makan siang, sama Rania nitip susu strawberry sama fanta ya mas," ucap Rania yang diangguki oleh Rian.

Rian yang sedang membantu Rania membawa kopernya dikejutkan dengan Rania yang menenteng kopernya dengan mudah memakai satu tangan memasuki kereta dengan tangan kirinya yang berisi plastik Snack yang Rian beli di minimarket.

"Mantan kuli ya kamu?" tanya Rian begitu melihat Rania dengan mudahnya mengangkat koper besarnya dan menaruhnya di bagasi atas kereta.

"Rania ngangkat galon juga bisa kali!" sewot Rania.

"Kamu nggak minat ngelamar kerja jadi porter Ran?" ledek Rian.

"Mas Rian sekarang suka ngeledek!"

"Heh, belum berangkat udah diminum aja susunya," protes Rian.

"Rania belum sarapan tau!" jawab Rania.

"Loh, kamu bikin rendang kenapa nggak dimakan?" tanya Rian.

"Mana sempat mas Rian, bikin rendang tuh nggak setengah jam tau,"

"Mas, sumpah backup aku dong, lagi ngeheal nih!" Rania dan Rian yang sedang bermain game zombie di ponselnya mengisi lorong kereta dengan suaranya.

"Pelan-pelan Ran ngomongnya," entah sudah berapa kali Rian mengingatkan Rania untuk memperkecil suaranya agar tidak menganggu orang-orang yang ada di gerbong kereta tersebut.

"Udah ah, mas Rian nggak mau kerja sama!" Rania kemudian keluar dari game tersebut dan memilih untuk memutar lagu-lagu kesukaannya.

Jam setengah satu siang, Rania membuka bekal yang sudah ia kemas rapi untuk mereka berdua, tak lupa menuangkan air putih di botol minum yang Rania bawa.

"Mas, bangun dulu, makan siang," Rania menyenggol lengan Rian yang sedang tertidur pelan.

"Nghh," gumam Rian setengah sadar.

"Mas, cepetan ayo makan,"

Rian makan rendang daging buatan Rania dengan lahap, sesekali menengguk minuman yang sudah Rania siapkan.

"Beneran bisa gemuk saya kalo sama kamu," ucap Rian yang Rania balas dengan tertawaan.

"Iyalah, sampe nambah dua kali gitu!"

Rania mengeluarkan tisu basah dari tasnya kemudian mengelap bibir Rian yang terkena bumbu rendang di sana-sini.

"Kaya anak kecil aja!"

Rania dan Rian telah sampai di stasiun Tugu Yogyakarta, suami dari kakak perempuan Rian sudah menunggunya di tempat tunggu.

"Mas!" panggil Rian pada kakak iparnya.

Perjalanan dari Tugu ke Bantul memakan waktu hampir 45 menit, Rania yang kelelahan tidak sengaja tertidur di mobil tersebut.

"Ran, ayo bangun,"

Rania yang sadar mobil mereka sudah sampai di rumah Rian langsung otomatis bangun, sebelum keluar Rania merapihkan rambutnya yang berantakan, dan sedikit menambahkan bedak pada wajahnya.

"Eh malah dandan, ayok!"

Rania dengan gugup setengah mati berjalan dibelakang sambil mengikuti Rian.

"Assalamualaikum," Rania dan Rian menyuarakan salamnya bersamaan yang langsung di sambut oleh dua orang wanita yang Rania yakini sebagai ibu dan kakak perempuan Rian.

"Waalaikumsalam, eh ini Rania ya?" tanya ibu Rian antusias yang dijawab anggukan malu-malu dari Rania.

"Ah akhirnya ibu ketemu," Rania ditarik kedalam pelukan oleh ibu Rian.

"Cantik! Ibu suka," Rania yang melongo akhirnya diseret masuk ke dalam rumah, meninggalkan Rian yang tersenyum penuh arti melihatnya.

Ibu Rian merangkul Rania yang sedang duduk di sofa, sambil sesekali merapikan rambutnya.

"Apa kabar cantik?" Rania tersenyum manis begitu mendengar ibu Rian menyapanya.

"Alhamdulillah baik Bu,"

"Ya Allah cantik banget kamu!" kali ini kakak perempuan Rian yang memujinya.

"Mbak, siniin Hanannya" Rian mengambil alih Hanan yang berada di pangkuan ibunya untuk ia bawa duduk di karpet meninggalkan Rania.

Rian dan suami kakaknya asik berbicara tentang badminton meninggalkan gerombolan wanita yang sudah mulai akrab tersebut.

"Eh kamu belum makan kan sama Rian? Mbak masak ayam goreng sama kangkung tuh, dimakan dulu ya Rania, maaf kalo gak seenak buatanmu, aku gak pandai masak" ucap kakak perempuan Rian.

"Rian! Temenin Rania makan dulu nih," teriak kakak Rian.

Rania meminum air putih dingin miliknya ketika telah selesai makan, kemudian Rania membawa piring Rian ke wastafel yang jaraknya tidak begitu jauh dari meja makan lalu mencucinya.

"Eh, Rania ngapain kamu suruh nyuci piring Rian?!" protes ibunya.

"Bukan mas Rian Bu, nggak papa Rania bantu aja," bela Rania.

"Eh nggak boleh! Tamu itu raja," balas ibunya.

"Tanggung bu, kata bunda Rania kalo kerja nggak boleh setengah-setengah, pamali katanya,"

"Bu, aku pamit dulu deh, Hanannya udah ngantuk,"

Pukul sembilan lewat dua puluh, Kakak perempuan Rian beserta suami dan anaknya akhirnya meninggalkan rumah Rian dengan mobilnya yang terparkir.

"Istirahat, besok anterin ibu ke pasar loh yan!" pesan ibunya.

"Rania mau ikut ke pasar?" tanya ibu Rian.

"Boleh Bu, Rania udah lama nggak ke pasar tradisional,"

Rania merebahkan badannya di kasur empuk milik kakak perempuan Rian sebelum dirinya menikah, beberapa foto Rian dengan kakaknya terlihat terpajang di dinding, membuat Rania tersenyum.

Rania, Rian dan ibu Rian telah turun dari mobil, ibu dan Rian berhenti sesaat saat Rania pamit sebentar untuk membantu kakek penjual tisu.

"Bu, Rania mohon izin sebentar, Rania mau ke bapak bapak yang jual tissu," ucap Rania yang dibalas anggukan oleh ibu Rian.

"Hati-hati ya nak jalannya, licin" ucap ibu Rian memperingati.

"Kapan mau dilamarin sama ibu Yan?" tanya ibu Rian ke anaknya yang sedang serius memperhatikan Rania.

"Ibu emang udah bolehin?" tanya Rian.

"Udahlah, apalagi yang kaya Rania gitu, coba kamu nemuinnya lebih cepet, ibu udah punya cucu kali yan," ledek ibu yang ditertawakan oleh Rian.

Rania menyetarakan tingginya dengan kakek yang duduk dengan cara berjongkok.

"Assalamualaikum," ucap Rania.

"Waalaikumsalam," jawabnya.

"Neng dibeli neng, tisu yang gede ini harganya 10 ribu, nah serbet yang ini 25 3 biji neng," ucap kakek tersebut semangat.

"Saya beli semua dagangannya, tapi abis ini kakek istirahat di rumah,"

"Iya neng, kalo abis mah pasti pulang," ucapnya.

Rania mengeluarkan delapan ratus ribu dari dompetnya, kemudian langsung memasukannya ke saku kakek dengan terburu-buru.

"Buat makan ya kek," ucap Rania.

"Diambil dulu tisunya!" pinta kakek.

"Saya ambil tiga ya kek," Rania akhirnya mengambil tiga tisu berukuran besar.

"Makasih nak,"

Rania dan Ibu Rian menggandeng lengan satu sama lain menuju toko yang menjual sayuran.

"Rania suka acar kuning nak?" tanya Ibu yang Rania angguki antusias.

"Suka Bu," jawab Rania.

"Bu, tapi yang pulang Rian loh," protes Rian yang dihiraukan oleh sang ibu.

"Anak ibu kan sekarang udah bukan kamu doang yan, Rania sekarang udah jadi calon anak ibu yang lain!"

Continue Reading

You'll Also Like

111K 9.6K 41
Tentang aku yang mendapat kesempatan untuk bersama dengannya lagi.
1K 115 20
Lanjutan dari cerita "Anakku Bukan Anakmu"
9K 502 20
Note !!! ( Cerita "ALETTA" akan update disini, dan disini sebagian di upload sebagian harus di follow dulu baru bisa terbuka )
4.7K 540 39
Menceritakan tentang kehidupan 2 pasangan suami istri yang tinggal bersebelahan. Masing-masing dari 2 pasangan itu memiliki sikap yang saling bertola...