About Naura

By Plutozhcy

17.8K 2.2K 479

Ini tentang Naura, si gadis bulan yang hidupnya dipenuhi oleh sayat dan goresan. Tentang gadis yang menelusur... More

Prolog
02• Bulan ☪︎
03• Hati Yang Memilih ☪︎
04• Jadian!? ☪︎
CAST
05• Im (not) Fine ☪︎
06• Hukuman ☪︎
07• Marah ☪︎
08• Kecewa ☪︎
09• Iya Gak Papa ☪︎
10• Tak Dianggap ☪︎
11• Telah Hancur ☪︎
12• Percekcokan ☪︎
13• Makam Bunda ☪︎
14• Senja Dan Harapan ☪︎
15• Detak Jantung ☪︎
16• Pemandangan Menyakitkan ☪︎
17• Hanya Mimpi ☪︎
18• LO!? ☪︎
19• Masa Lalu ☪︎
20• Gausah Alay! ☪︎
21• Kembali ☪︎
22• Ibarat Kaca ☪︎
23• Dua Hati ☪︎
24• Sesak ☪︎
25• Di dekatmu ☪︎

01• Dear Ayah ☪︎

2.2K 178 99
By Plutozhcy

Byurr

Naura yang merasakan tubuhnya seperti disiram oleh air dingin langsung bangun dari tidur nya. Tidak lihatlah ini masih jam 4, ada saja yang membuat Naura naik darah.

"A-ayah" Naura tersenyum senang melihat kedatangan ayah nya. Walau dirinya disiram oleh air dingin, namun ia tetap berusaha sabar.

"Saya minta yang lima ratus ribu!" Suruh Lutfi mutlak. Ia tak perduli anak nya yang kini basah kuyup oleh nya.

"Ta-tapi Yah--"

Lutfi langsung berjalan ke arah lemari anak nya yang telah usang. Ia mengobrak abrik mencari uang limaratus ribu entah untuk apa.

"Ini apa hm? Mau bilang tidak punya? ANDA SUDAH BERANI BERBOHONG DENGAN SAYA HA!?" bentak Lutfi lalu berjalan meninggalkan Naura yang basah kuyup tersiram air dingin.

"Naura kuat kok. Naura gak boleh cengeng! Lo kuat Naura!" Naura tersenyim tipis seolah menyemangati dirinya sendiri. Segera Naura berjalan ke arah kamar mandi membersihkan diri dan bergegas sholat subuh.

Selang 20 menit, Naura sudah siap dengan seragam nya. Ia mengambil mukena berwarna hijau daun kesukaannya dan sajadah.

Naura sholat dengan khusyuk menghadap sang illahi. " Ya tuhan... berikan hamba kesabaran menghadapi ujian mu yang berat ini. Berikan hamba ketegaran untuk melewati cobaan dari mu. Amin" Naura pun langsung mencopot mukena nya dan melihatnya rapi.

Jam masih menunjukkan pukul 05.35. Itu berarti gerbang sekolah masih ditutup rapat.

Kaki kecil nya melangkah ke meja belajar dan mengambil buku diary berwarna hijau muda pemberian ibundanya.

aku hanya ingin merasakan dekapan hangat dari seorang ayah
Aku hanya ingin merasakan kasih sayang dari seorang orang tua
Aku ingin berbagi cerita dengan ayah
Aku ingin berkeluh kesah dan senang gembiranya hari hari ku dengan ayah

Aku hanya meminta itu tuhan, tidak lebih
Aku ingin merasa disayang oleh seorang ayah
Tapi aku bisa apa selain berdoa dan berdoa
Menyelipkan kata ayah dalam setiap sujut ku

Untuk ayah...
Meskipun ayah tidak lagi menganggapku ada
Meskipun ayah hanya datang disaat ayah butuh
Meskipun ayah sering mencaci maki dan menghinaku
Aku tetap sayang ayah

ーgadis bulan

Naura kembali membaca tulisan demi tulisan yang ia rangkai dalam buku diary yang telah usang namun masih bagus.

Air matanya menetes melihat kelakuan ayah nya yang semakin hari semakin menjadi.

Tangannya terulur mengambil pigora yang berisi gambar ayah, bunda dan dirinya yang tengah tersenyum bahagia ke arah kamera seakan tidak ada beban yang menimpa mereka.

"Naura sayang kalian" ia mengecup pigora itu penuh sayang. Meski ia dan bunda nya sudah tak lagi bisa bertemu. Selamanya.

Melihat jam yang menunjukkan pukul 06.00, Naura menutup buku tersebut lalu menyimpannya di tas sekolah nya.

"Selamat pagi selamat beraktifitas dunia" gumam Naura lalu menghirup udara segar di pagi hari.

"Selamat pagi matahari" ucap Naura menatap sang mentari yang masih malu malu menampakkan dirinya.

Kaki mungil nya berjalan menelusuri tiap rumah untuk pergi ke sekolah. Meski jaraknya terbilang cukup jauh, Naura tetap memutuskan untuk pergi ke sekolah dengan berjalan kaki setiap hari. Itung itung olahraga.

Byurr

Lagi lagi ada mobil yang melintas di sampingnya dan air yang tergenang di aspal langsung terciprat di baju Naura.

"WOY! GAK SOPAN BANGET LO!" Teriak Naura tak terima.

Mobil berwarna hitam tersebut berhenti dan membuat jantung Naura berdegup kencang.

'Mati aja lo Na!' Umpat nya meruntuki mulutnya yang asal ceplos.

Pintu sebelah kanan depan mobil itu terbuka dan menampakkan sosok laki laki memakai jas OSIS nya berjalan menatap datar Naura yang pakaiannya kotor karenanya.

"Sorry" ucap laki laki itu singkat.

'AAA GIBRAN!!'

Naura memandang laki laki itu kagum. Bagaimana tidak, bibir tipis berwarna pink, mata nya yang melirik sangat tajam dan berbadan tegap.

Gibrani Angkasa Galaputra. Laki laki dengan seribu Satu pesona yang dapat membuat siapa saja labgsng jatuh cinta pada pandang pertama.

Sifat cool dan Indifferent nya membuat Gibran menjadi lebih tampan.

"Lo gak papa?" Gibran tetap memandang Naura datar.

"Eh engg-enggak papa'" jawab Naura gugup. Bagaimana tidak gugup coba melihat sang pujaan hati nya kini tengah berdiri menatap Naura datar.

"Sebagai permintaan maaf, sekarang lo masuk ke mobil gue" titah Gibran lalu berjalan mendahului Naura yang tercengo mendengar ucapan sang kulkas berjalan.

Setelah lamunan Naura tersadar, Naura langsung berlari mengejar Gibran dan duduk di kursi sebelah pengemudi.

"Be-beneran nggak papa?" Tanya Naura memastikan dan Gibran hanya mengangguk singkat dengan pandangan menatap lurus kedepan.

"Duduk di belakang!" Ucap Gibran yang masih memandang jalanan di depan.

Naura yang hendak duduk di sebelah Gibran pun menghentikan aksi nya, Ia menatap Gibran tak percaya, tapi ya sudah lah yang penting bisa berangkat bersama Gibran.

"I-iya" Naura pun akhirnya duduk di belakang. Matanya tak henti henti nya menatap tatapan elang dari pantulan kaca.

"Gibran ganteng deh hehe" celetuk Naura tiba tiba membuat Gibran terkejut, baru sekarang ada perempuan yang mengatai nya tampan dengan terang terangan.

"Udah tau" jawab Gibran singkat.

Ucapan singkat namun ketus itu berhasil membuat Naura tersenyum lebar. Dirinya tidak menyangka bahwa ia akan berangkat bersama sang pujaan hati.

"Gibran, itu apa?" Tanya Naura menunjuk radio di samping kemudi.

"Radio" jawab Gibran singkat tanpa melirik Naura.

"Oohh. Berarti ada musik nya dong?, aku mau dengerin boleh nggak?" Cerocos Naura menampilkan wajah berbinar.

Dengan helaan nafas kasar, Gibran memutarkan lagu agar gadis itu tidak lagi cerewet.

Kuterpaku, memandangmu

Meskipun kau tak di depanku

Lagu mata mata hari mu yang dinyanyikan oleh Ziva Magnolya mengalun indah memecah keheningan diantara mereka.

Ku menunggu, adakah dirimu

Hadir lagi di hariku?

Naura memejamkan matanya mengikuti alunan musik yang indah nan merdu.

"Lagu nya enak" seru Naura sambil tersenyum lebar.

Melihat senyum yang bukan untukku

Cukup buatku merasa di dekatmu

Pada bait tersebut mengingatkan usaha Naura yang berusaha mencoba mendekati Gibran berkali kali, namun sifat Gibran yang sangat cuek membuat Naura harus ekstra sabar.

Aku rindu (aku rindu)

Meskipun kamu belum tahu namaku (namaku)

Kau buatku habiskan detik hariku

'Tuk menjadi mata-mata di hari-harimu

(Mata-mata harimu)

Mengapa pada bait ini hati Naura seakan teriris. Dirinya seperti mata mata yang selalu mengikuti Gibran tiap hari nya. Ah, rasanya ia ingin mengganti lagu tersebut dengan lagu Jaran goyang mungkin.

Haha, dirinya bahkan tidak suka dangdut. Tetapi menurutnya, Ia akan mendengar musik dangdut dari pada lagu galau yang membuat mood nya buruk.

Namun, melihat mata Gibran yang melirik nya sekilas membuat Naura hendak melayang ke langit ke 100. emang ada ya?.

"Udah sampe" ucap Gibran dengan suara berat nya membuyarkan lamunan Naura.

"Eh i-iya. Makasih ya Gibran" Naura pun turun dari mobil Gibran lalu menuju loker untuk mengganti seragam nya yang kotor.

Ia berjalan sedikit menunduk karena malu baju nya yang kotor terkena cipratan air kotor akibat ulah Gibran yang tidak disengaja.

Naura masuk kedalam bilik kamar mandi dan mulai mengganti pakaiannya.

Selang beberapa menit mengganti baju, Naura pun ke kelas untuk menaruh seragam kotor nya di tas, untuk dicuci nya ketika pulang sekolah.

Setelah menaruh seragam nya di tas, Naura memutuskan untuk ke perpustakaan mencari buku untuk ia pelajari.

Setelah meminjam buku yang ia incar, Naura keluar dari perpustaan dan melihat Gibran yang sedang lewat di depannya tanpa melirik atau menoleh kepadanya.

"Gib--"

Ucapannya terpotong saat Luna menarik tangannya.

"Ck! Masih aja ngejar papan seluncur itu" cibir Luna memutar bola nya malas.

"Aelah si Lucinta Luna dateng bae, serah gue dong mau ngejar Gibran atau nggak. Dia cintah pertama gue hehe" jelas Naura sembari terkekeh.

"Nama gue Luna! Bukan Lucinta Luna atau Lucinta gue!" Ketus Luna.

"Dih! Ya kali gue cinta sama lo. Gue masih waras" balas Naura.

"Tau ah bad mood kan" Luna pun berjalan mendahului Naura yang tertawa terbahak bahak.

"WOE ADA APA NIH!" Teriak Dea menepuk bahu Luna dengan keras.

"Bangsul! Sakit bego!"

Naura pun menyusul sahabat nya yang masih berdebat. "Masih pagi jangan debat mulu" tegur Naura.

"Aduh aduh Si Naura kalem banget. Jadi tambah sayang dehh" ujar Dea mencubit kedua pipi Naura.

"Ck! Masih pagi De jangan nyari gara gara dong" ketus Luna sambil melepas rangkulan tangan Dea yang berada ditengah tengah mereka.

"Bacot banget si Lucinta Luna" jawab Dea tak kalah ketus.

"Serah serah. Yuk Ra, kita ke kantin aja gue belum makan tadi" Luna pun menggandeng tangan Naura meninggalkan Dea yang berkali kali meneriaki namanya.

"WOY! TUNGGU!" Teriak Dea sambil mengejar Luna dan Naura.

Sampai di kantin yang sepi karena masih pagi, Naura, Dea dan Luna duduk di bangku yang ada di kantin.

"Lo pesen apa Ra?" Tanya Luna kepada Naura.

"Eh? Gak usah. Gue udah makan kok dari rumah" jawab Naura berbohong. Tentu nya dirinya belum sempat memasak karena gas di rumah nya habis dan uang nya yang diambil oleh ayah nya.

Dea memicingkan matanya curiga. "Lo boong Kan? Udah lah Na, jangan sungkan sungkan. Kita kan pren" ucap Dea merangkul pundak Naura.

"Be-beneran gue udah makan kok. Gue ke kelas dulu ya byee" Naura pun segera berlari menuju ke kelas nya dari pada diinterogasi oleh kedua sahabat nya.

Melihat dirinya dengan jarak kantin yang sudah lumayan jauh, Naura memutuskan untuk berjalan kaki karena kaki nya sangat pegal.

Ia langsung ke kelas meminum air sebanyak banyak nya tak lupa meminum obat yang selalu ia bawa.

Naura beristirahat sejenak dengan buku tulis yang ia kibas kibas kan di wajahnya untuk mengngeringkan keringat nya.

Suasana di kelas sangat terlihat sepi, hanya ada dirinya dan suara kipas angin yang menoleh ke kanan kiri.

"Ke lapangan"

Naura langsung menoleh cepat ke ambang pintu dan dapat dilihat sang ketua OSIS yang berbicara dengannya.

Memastikan Gibran berbicara dengannya, Naura menoleh ke seluruh penjuru kelas. "Gibran ngomong sama aku?" Tanya Naura polos.

Gibran mengangguk singkat. Badannya ia senderkan di pintu yang terbuat dari kayu menunggu Naura bangkit dari kursi nya.

"Kurang 7 menit upacara" ucap Gibran datar.

"Eh i-iya bentar" Naura pun mengambil topi nya yang ada di loker.

Setelah itu Naura pun keluar dari kelas dan menuju ke lapangan yang sudah dipadato oleh ratusan siswa siswi yang terpaksa mengikuti Upacara.

Walau hanya 25 menit melakukan kegiatan wajib di hati Senin, namun dinar matahari yang menyengat membuat keringat mereka bercucuran.

"Aduh lama amat sih Gibran kalo ngomong. Ceramah mulu" gerutu Dea menatap Gibran dengan tatapan kesal.

"Hust, dia satu tahun lebih tua dari kita" tegur Naura kepada Dea.

"Tau tuh De--"

"YANG BELAKANG HARAP TENANG!"

Seketika mereka bertiga langsung diam tak berkutik mendengar suara berat nan tegas menegur mereka.

"Lo sih De" ucap Naura kesal kepada Dea.

"Kok gue?" Tanya Dea tak terima jika dirinya disalahkan.

"Diem ah!"

***

Pelajaran demi pelajaran sudah Naura lewati meski rasa kantuk menyerang dan hidung nya tersumbat.

Pasti gara gara ayah nya yang tadi pagi menyiram Naura yang masih tertidur lelap dengan air dingin. Sungguh kurang ajar.

Namun, rasa sayang Naura ke ayah nya sangat besar hingga dirinya tidak akan membenci ayah nya.

Hingga bel pulang pun tiba, segera Naura membereskan alat alat tulis nya dan meletakkan rapi di tas.

"Na! Bareng gue yuk. Gue anter pulang" tawar Luna kepada Naura.

"Nggak usah lo duluan aja" tolak Naura.

"Ck! Kenapa sih lo selalu nolak tawaran Luna mulu. Dari pada lo jalan kaki, mending dianter sama Luna. Gue sih gak bisa barengin lo karena pulang sekolah langsung ke rumah saudara" ucap Dea panjang lebar.

"Yaelah sans wan kawan, udah sono balik gue mau kerja dulu" ucap Naura lalu meletakkan tas nya di punggung nya.

"Jangan kecapekan lo Na. Lo sahabat gue paling paling paling keras kepala" ucap Luna membuat Naura mendengus kesal.

"Sialan lo. Gue gak akan lupa minum obat, dah sana pulang"

"Ye si dugong main ngusir bae. Eh kalo si iblis it--"

"Dia ayah gue, Dea. Ayah bukan iblis" ucap Naura sembari tersenyum.

"Terserah! Kalo ayah lo apa apain Lo, siap siap aja dia pulang tinggal nama" ancam Dea dan diangguki oleh Luna.

"Nah bener tuh"

"Emang kalian berani?" Tanya Naura berusaha membuat sahbaat nya ragu.

"Berani lah!" Jawab Luna dan Dea secara bersamaan.

Naura terkekeh sejenak lalu menatap sahabat nya lekat. "Se kejam kejam nya ayah sama gue, gue gak bakal benci sama ayah. Gue tetep sayang ayah sampai kapan pun. Okeh gue pamit ya byee mai luv" ucap Naura membuat kedua sahabat nya membelalakan matanya.

"Segitu tegar nya kah Naura?" Gumam Dea menatap punggung Naura yang semakin mengecil.

"Bangga gue punya temen kuat kayak Naura" timpal Luna.

***

Naura berjalan ke arah yang sempit yang sangat sepi dan gelap. Karena arah rumah nya yang harus melewati yang yang sepi dan berlumut.

Namun, langkahnya terhenti saat melihat laki laki yang sangat familiar di mata Naura yang mengunci pergerakan tubuh perempuan.

Laki laki itu tampak mendekatkan wajahnya ke arah wajah Perempuan yang tidak ia kenal.

Perlahan, Naura mendekat ke arah kedua sejoli yang asik bercumbu di gang sepi dan gelap.

"A-ayah?" Mata Naura langsung terbelalak ketika melihat laki laki itu adalah ayah nya sendiri.

"Aarrghhh Shit! DASAR PENGGANGGU!" Lutfi menatap anak nya dengan api berkobar di matanya.

Terlihat jelas wajah lutfi yang memerah berusaha mengontrol emosi dan tangannya yang terkenal kuat ingin menampar wajah anak nya.

Naura semakin mundur lalu berbalik arah. Naura berlari sekencang kencang nya menghindari Lutfi yang seakan ingin memakan nya hidup hidup.

"Hiks...hiks...tolong" Naura terus berlari menjauhi Lutfi yang berusaha mengejar nya.

"Naura takut hiks...bundaa tolong hiks...Naura" sesekali Naura menoleh ke belakang melihat apakah Lutfi masih mengejar nya.

Astaga! Lutfi semakin dekat dengannya. Dengan sisa tenaganya, Naura terus berlari tak perduli umpatan ayah nya yang dilontarkan kepadanya.

"Anak Sialan! Sini Kamu!!"

Naura terus berlari sekencang nya. Ia sangat takut jika Lutfi sudah marah kepadanya.

Jarak beberapa meter lagi Naura sampai di kost kostan kecil nya.

Naura langsung mencari kunci nya dengan tergesa gesa. Dan ya! Naura berhasil mendapatkan kunci nya dan langsung membuka pintu lalu menutup nya dan mengunci nya.

Brak!

Brak!

Brak!

"ANAK TIDAK TAHU DIRI! DASAR PENGECUT! KELUAR KAMU!"

Di dalam kamar, Naura mengurung dirinya dan duduk di pojok sembari memeluk lututnya.

Ia menangis sejadi jadi nya meratapi nasib nya yang kini hancur berkeping keping.

"I see you" suara seperti bisikan itu membuat Naura semakin takut. Badannya bergetar hebat dan segan jantung nya berdetak tiga kali lipat.

"I hear your heartbeat Naura Zeline Nerissa Lovanna" ucap Lutfi di balik pintu kamar Naura.

"Jangan hiks..."

BRAK!

Dengan sekali dobrakan, Lutfi dapat membuat pintu kost kostan tersebut ambruk.

Lutfi menunjukkan smirk jahat nya ketika melihat surai rambut panjang yang sedang bersembunyi di pojokan dinding.

"I see you bad girl" perlahan Lutfi mendekat ke arah Naura yang menangis ketakutan.

"A-ayah. Ja-jangan sakitin Naura hiks..." isak Naura berharap Lutfi tidak lagi menampar kedua pipi nya.

"not that easy dear" ucap nya lirih namun seperti bisikan sang iblis.

"Berdiri!"

Naura menggeleng lemah.

"BERDIRI!" Bentak Lutfi kepada Naura yang tidak patut dengan ucapannya.

Dengan terpaksa, Naura berdiri bersiap siap mendapat tamparan keras dari Lutfi.

Plak!

Plak!

Dengan tangan besar nya yang dua kali lipat lebih besar dari gadis yang kini terduduk mengenaskan di lantai, Lutfi dengan tega menampar anaknya tanpa merasa berdosa.

Ia mendekati Naura yang berusaha mati matian menahan rasa sakit yang menjalar di pipi nya. "DASAR ANAK KURANG AJAR! LEBIH BAIK ANDA MATI DARI PADA HIDUP TIDAK BERGUNA!!"Bentak nya.

Tidak tahu kau, bahwa di hati Naura seperti ada ribuan duri yang menusuk dan jutaan pisau yang menyayat hati nya.

"DASAR BIT*H!" Umpat nya dan tak lupa memandang keras tubuh Naura lalu melenggang pergi tanpa merasa bersalah.

"Sakit hiks...Naura salah apa hiks..."

"Naura kuat! Lo kuat Naura! Lo strong" ucap Naura lalu bangkit dan menghela nafas panjang.

Ia mengusap air mata nya dan berjalan tertatih tatih ke meja belakang nya dan membuka tas nya untuk mengambil buku diary berwarna hijau itu.

Tangan mungil nya menuliskan huruf demi huruf lalu digabungkan menjadi sebuah kata.

Ya! Naura Zeline Nerissa Lovanna. Gadis yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ayah dan selalu mendapat caci maki dari ayah nya.

Dan entah kenapa, dirinya tidak bisa membenci ayah nya yang berbuat sudah diluar batas.

Naura adalah sosok perempuan yang berpura pura bahagia di depan banyak umum termasuk sahabat nya. Padahal, jika diteliti lebih dalam lagi, Hati Naura tak lagu berbentuk. Sudah hancur karena satu atau dua tamparan yang ayah nya berikan untuk nya.

Ayah
Tidakkah kau sedikit melihat keadaan anakmu yang parah?
Dengan mata sembab dan memerah
Mata yang perih seperti terkena bawang merah

Lihat lah aku
Disini sendiri menanti sang rembulan ayu
Sembari bercerita tentang kisah ku
Yang penuh dengan tangisan pilu

Entah kenapa hati ini tak bisa membenci
Hati ini hanya bisa menyayangi
Menyayangi ayah sampai akhir hayat nanti
Meskipun ku tau ayah tak kan lagi perduli

Semoga Aku bisa memeluk ayah sang laki laki hebat
Aku hanya ingin merasa hangat dalam dekapan ayah yang kuat
Seolah pelukan itu adalah obat
Obat untuk hati yang tersayat

ーgadis bulan

Naura menutup buku diary nya lalu membersihkan diri dan bersiap siap untuk bekerja menghasilkan uang untuk dirinya dan,,,ayah nya.


Follow yuk! Biar g ketinggalan info dan potongan tentang About Naura


Next!?

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 43.3K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.2M 221K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Ada satu rumor yang tersebar, kalau siapapu...
1.7M 77.8K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
1.6M 117K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...