17 | kv

By ggukiology

21.3K 3K 204

๐Ž๐ ๐†๐Ž๐ˆ๐๐†. "Kalau sampai umur tujuh belas kita belum punya pacar, kita pacaran aja." Jeongguk dan Taehy... More

1 - Iron Man
2 - Lawan Bareng
4 - Playboys
5 - Nebeng
6 - Gelut
7 - Pertolongan Pertama
8 - Baper
9 - Fuckboys
10 - Comfort
11 - Nyusahin
12 - Ribut
13 - Stuck With Me

3 - Janji

1.8K 288 13
By ggukiology

Bisa dipastikan, menginjak bangku SMP, tentu saja Jeongguk dan Taehyung satu sekolah lagi. Dan nggak tahu memang takdir atau gimana, mereka selalu sekelas.

Lain dengan tahun-tahun sebelumnya, memasuki masa SMP, ada yang beda. Jeongguk yang beda.

"Jeongguk! Belakang lo!"

Gercep, begitu dengar seruan Taehyung, Jeongguk langsung balik badan dan habisi lawan di belakangnya sampai tumbang. Kembali waspada, hajar lawan yang hampir pukul Taehyung-hingga jatuh.

"Taehyung, ayo!" genggam kuat tangan si Kim, Jeongguk lari dari sana sebelum gerombolan anak-anak itu nyamperin tambah banyak. Mereka berdua udah cukup bonyok pagi-pagi begini. Keringat menetes dan luka yang masih basah jadi pembuka. Taehyung udah ngos-ngosan, tapi dia tetap lari dengan bantuan Jeongguk.

Alhasil keduanya telat sampai sekolah. Gerbang udah ditutup. Terpaksa manjat tembok belakang. Tenang, udah pro, kok.

Step awal, manjat pohon dulu. Iya, udah kayak monyet kembar. Terus baru, deh, loncat ke temboknya. Karena berdua, jadi lebih gampang. Jeongguk sampai duluan ke balik tembok dan bantu Taehyung buat turun.

"Mau ke UKS dulu?" tanya Jeongguk kala mendapati Taehyung yang bertumpu pada lutut, napas ngos-ngosan dan memar di mana-mana. Bahkan seragam mereka udah nggak terpasang benar, padahal masih pagi. Kalau ketahuan guru, yakin mereka bakal berakhir di ruang BK lagi.

Taehyung geleng. "Lo... punya minum?"

Ngangguk, Jeongguk rogoh isi tasnya dan serahkan sebotol minum pada Taehyung—yang langsung ditegak hampir setengah. Nggak masalah, Jeongguk bisa beli lagi. Yang penting Taehyung nggak pingsan gara-gara dehidrasi aja. Masa dia mau nyeret Taehyung sendirian ke UKS?

"Hahh..." Taehyung hela napas, kembalikan botol minum Jeongguk yang langsung diterima. "Ngapain, sih, anak buahnya Daniel tiba-tiba nyerang nggak lihat waktu?! Gabut bener," berdecak, Taehyung menegakkan badannya, berjalan menuju kelas beriringan dengan Jeongguk, muka ditekuk bersungut-sungut.

"Aturan kalau ngajak tawuran, mah, pulang sekolah, kek. Pada gila masih jam tujuh udah dihadang aja kita."

Jeongguk mendengus, terkekeh oleh gerutuan sahabatnya. "Ya lo kemaren pakai matahin kakinya Daniel, sih. Gimana anak buahnya nggak pada ngamuk?" ia berucap santai sambil naikin tasnya.

Taehyung melotot. "Nggak gue patahin! Orang cuma keseleo doang lebay amat. Lagian salah sendiri ambil langkah nggak lihat-lihat. Kesandung, kan. Lo juga ikut-ikutan, ya, bukan gue doang!"

Ngangguk-ngangguk, Jeongguk rangkul Taehyung mendekat dan bawa tubuh mereka melipir, takut-takut ada guru pas udah dekat lorong kelas. "Sshht, jangan keras-keras, bego."

Taehyung berdecih, memutar bola matanya jengah. "Ini masih jamnya Pak Memet, Guk. Serem. Bisa ditebas kita kalau masuk sekarang."

Mengerjap, Jeongguk menatap Taehyung dengan tatapan oh iya juga ya.

"Yeu tolol," Taehyung hampir menggeplak kepala Jeongguk kala tiba-tiba suara keroncong dari perut si Jeon menggema dahsyat. Sempat diam sejenak, hingga akhirnya Taehyung semburkan tawa, buat Jeongguk kesal setengah mampus.

"Euluh euluh, ada yang laper," Taehyung menepuk-nepuk perut Jeongguk main-main, gantian merangkul si Jeon dan mengusak rambutnya gemas dengan tawa yang masih mengembang, bawa Jeongguk buat putar balik menuju kantin alih-alih ke kelas. "Belum sarapan lo, ya?"

Jeongguk berdecak, mukanya memerah sementara dia hampir mendorong Taehyung menjauh—tapi nggak jadi. Tinggi mereka sudah hampir sama sekarang, jadi Jeongguk nggak perlu kecekik banget sama rangkulan si Kim.

"Belum, kesiangan tadi," sahutnya.

"PS-an mulu, sih, sampai pagi."

"Nggak ada, ya!"

"Dih? Lo pikir gue nggak tahu apa? Lampu kamar lo aja masih nyala sampai malem banget, gue lihat pas kebangun mau pipis."

Menghela napas, Jeongguk pun pasrah. "Ya lagian belum ngantuk."

Taehyung nyentil dahi si Jeon hingga si empunya meringis, usap-usap bekas sentilan Taehyung yang memerah. "Tidur yang bener, Gguk. Jangan sering begadang, nggak baik. Nggak sehat juga. Yang ada lo sampai sekolah ngantuk-ngantuk, nggak seru."

"Duh, iya—"

"Jangan iya-iya doang! Serius gue! Kurang-kurangin, tuh, PS. Sampai nggak sarapan, kan, lo. Ntar gue samperin tengah malem buat ngecek. Awas kalau masih belum tidur." Taehyung tuding Jeongguk dengan telunjuk, tatapan mewanti-wanti.

Memang. Selain teman popok merangkap tetangga kurang ajar, Taehyung udah kayak kakak buat Jeongguk. Selalu nasehatin—kadang marahin—kalau dia salah, kadang juga ngomel nggak habis-habis kayak Mama. Bedanya Taehyung lebih barbar. Pokoknya Jeongguk cuma bisa nurut aja.

"Iyaaa, Taehyung. Hadeh, bapak gue apa lo."

Sentilan lagi.

"Adaw!"

"Diem. Orang dikasih tau juga. Gue kepret lo lama-lama."

Dan mereka berakhir makan nasi goreng di kantin. Ninggalin kelas. Bolos bentar nggak apa-apa, lah, ya. Namanya orang laper.

Jeongguk itu anak tunggal, sementara Taehyung anak bungsu dari dua bersaudara. Jadi tentu saja Taehyung suka perlakuin Jeongguk kayak adek berhubung dia nggak punya adek. Dan Jeongguk juga oke-oke aja karena dia nggak punya kakak. Dari kecil mereka bareng terus, jadi nggak masalah. Jeongguk nggak begitu gampang bergaul sama orang baru sampai saat itu, dan satu-satunya orang yang bisa dia percaya cuma Taehyung, sekalipun si Kim kadang ngeselinnya nggak main-main.

Sementara Taehyung, dia lebih gampang buat berbaur. Tapi meski begitu, Taehyung lebih suka buat nempel sama Jeongguk ke mana-mana. Udah kayak Upin-Ipin mereka.

Sepulang sekolah, Jeongguk mampir ke rumah Taehyung. Udah kebiasaan. Kadang Jeongguk yang mampir, kadang sebaliknya. Lagian rumah mereka nggak ada sepuluh langkah juga, bosen kalau di rumah sendirian nggak ngapa-ngapain. Ya walaupun kadang mereka juga mampir ke rumah satu sama lain dan nggak ngapa-ngapain—seenggaknya mereka berdua. Gabutnya berdua juga.

Tapi sore ini mereka justru berakhir nonton sinetron di ruang tengah rumah Taehyung. Nggak tahu ide dari mana. Biasanya, mah, ogah nonton begituan. Terus ini lagi penasaran aja—dan keduanya malah hanyut pada jalan ceritanya. Mantengin alur cinta-cintaan anak SMA dan tiba-tiba aja jadi pengen punya pacar.

"Gguk, lo belum pernah punya pacar, kan?"

Jeongguk geleng, ngunyahin keripik di toples. "Lo juga, kan?"

Taehyung ngangguk, nyengir mencurigakan dan beringsut mendekat. Bikin Jeongguk heran. Dahinya mengernyit dengan mulut penuh keripik.

"Gue ada ide," celetuk si Kim, naik-turunin alis.

"Ha?"

"Ayo bikin perjanjian."

"Pakai tanda tangan materai nggak?"

"Nggak usah, ribet. Inget-inget aja pokoknya."

Bergumam, Jeongguk pun ngangguk sambil balik nyemil. "Apa?"

"Kalau sampai umur tujuh belas kita belum punya pacar, kita pacaran aja," Taehyung kembali nyengir, senyum kotak yang selalu jadi andalan. Sementara Jeongguk kedip-kedip lola, nge-pause kegiatan ngunyah sambil tatap Taehyung heran tepat di sepasang mata indahnya yang berbinar.

Ah, indah, ya, Gguk?

"Hmm, ntar gue repot terus kalau pacaran sama lo. Udah sering bonyok-bonyok, kelakuan kayak setan, makan lo banyak lagi, anjir. Bikin bangkrut," Jeongguk merespon sambil kembali sibuk makan keripik buatan Bunda Kim. Enak. Kayaknya bakal habis sendiri sama dia lama-lama.

Taehyung berdecak, cemberut. "Nggak usah pacaran juga lo udah repot duluan sama gue. Bangkrut juga."

"Oh iya. Bener juga."

"Nggak bakal ada bedanya kali, Gguk. Ya, ya, ya? Mau, ya? Nggak seru lo ah!"

"Lo lagi nembak gue secara nggak langsung, ya?"

"Dih, enggak! Orang coba-coba doang. Cuma kalau kita nggak punya pacar aja pas umur segitu! Kalau udah punya, sih, ya udah."

Sebenarnya, Jeongguk juga mikir kalau mungkin ini bakal seru. Lagian dia juga penasaran rasanya pacaran gimana. Jadi kalau misal—misal—dia masih jomblo sampai umur tujuh belas, kayaknya nggak masalah buat nyoba pacaran sama Taehyung.

Iya. Nggak bakal ada bedanya, kan?

Lagian ini Taehyung.

"Oke. Umur tujuh belas," ucap Jeongguk, letakkan toplesnya dan angkat jari kelingkingnya ke arah Taehyung. "Kalau kita sama-sama jomblo, ayo pacaran."

Dan senyuman Taehyung makin mengembang cerah. Manis. Maka Jeongguk nggak sanggup untuk alihkan netranya dari sahabatnya.

Lalu Taehyung kaitkan kelingking mereka.

"Janji?"

"Janji."

Dan begitulah; Jeongguk dan Taehyung buat perjanjian di umur mereka yang ketiga belas, di ruang tengah rumah Taehyung sore-sore selepas nonton sinetron alay dan kemakan pemikiran nggak penting tentang pacaran.

▬▬▬

dor. dapet salam dari fetus taekook! <3

Continue Reading

You'll Also Like

286K 22.2K 102
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
300K 25.2K 37
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
90.9K 12.8K 28
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
433K 44.3K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...